Sinopsis Before We Get Married Episode 8 - 4
Hao Yi sudah selesai mengemasi barang-barangnya lalu memberitahukannya ke Wei Wei.
"Kau bahkan tidak berdiskusi denganku kalau kau mau ke Shanghai, kenapa juga kau memberitahuku kalau kau sudah selesai packing?" Sinis Wei Wei.
Hao Yi usul agar Wei Wei ditemani seseorang selama dia pergi, tapi Wei Wei menolak, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Dia mau tidur saja.
"Secepat ini?"
"Saat aku sendirian di rumah nantinya, aku harus tidur lebih cepat dan bangun lebih cepat. Itu akan menjadi kebiasaan yang baik."
Tepat saat itu juga, Ayahnya Hao Yi menelepon. Ia benar-benar merasa tak enak pada Wei Wei, tapi dia berusaha meminta Wei Wei untuk mengerti alasan Hao Yi melakukan ini. Semua ini Hao Yi lakukan demi meningkatkan kehidupan mereka jadi lebih baik.
Hao Yi bilang padanya kalau dia pasti akan menikahi Wei Wei setengah tahun yang akan datang, Ayah yakin kalau Hao Yi tidak bohong. Bertahanlah dan tunggu Hao Yi selama setengah tahun lagi. Ayah janji akan membuat Hao Yi menikahi Wei Wei dengan pesta yang mewah meriah.
Wei Wei jadi merasa tak enak pada Ayah dan mengiyakannya saja. Tapi Wei Wei tahu betul kalau ini pasti idenya Hao Yi. Dia terlalu takut bicara makanya dia menyuruh ayahnya yang ngomong.
Hao Yi berusaha membela diri, tapi Wei Wei tak percaya dan menolak mendengarkan alasan apapun. Dia langsung pergi ke kamar. Hao Yi masih belum menyerah dan terus meyakinkan Wei Wei untuk menunggunya setengah tahun lagi. Dia janji akan menikahi Wei Wei saat itu.
Dia terus saja nyerocos mengucap segala macam janji-janji manis tanpa melihat air mata Wei Wei yang berlinang.
Hao Yi pergi pagi-pagi sekali dan ingin enci~m Wei Wei, tapi ditolak sama Wei Wei dengan alasan belum sikat gigi. Hao Yi cepat-cepat pergi sambil berjanji akan pulang 2 minggu lagi dan meminta Wei Wei untuk meneleponnya kalau sempat.
Wei Wei kecewa mendengarnya. "Kenapa kau tidak bilang kalau kau akan meneleponku setiap hari?"
Tapi protesnya tak terdengar karena Hao Yi sudah pergi.
Di kantor, Wei Wei memberitahu Ke Fei kalau Hao Yi sudah pergi. Ke Fei tak percaya mendengarnya, dia kira kalau Wei Wei bakalan memaksa Hao Yi dengan dramatis biar Hao Yi tetap tinggal dan mereka bakalan hidup bahagia selama-lamanya kayak di drama-drama.
Sudahlah, jangan marah. Bagaimanapun, Hao Yi sudah pergi ke Shanghai. Ngomong-ngomong, dia kan bakalan bekerja dengan Ke Huan secara face to face, apa dia tidak akan masalah?
"Kenapa juga harus masalah?"
Tepat saat itu juga, Ke Huan baru datang. Ke Fei pun langsung memberitahu Ke Huan bahwa Hao Yi sudah berangkat ke Shanghai. Jadi sekarang Wei Wei sendirian di rumah, Ke Huan tidak boleh memanfaatkan kesempatan itu.
"Apa kau akan mati kalau kau diam? Bisakah kau pura-pura bisu?!" Kesal Wei Wei.
"Ini bukan pertama kalinya baginya. Yang penting adalah di mana hatinya berada." Ujar Ke Huan penuh arti.
Rapat dimulai. Ke Huan melapor bahwa mereka sudah menemukan investor baru. Dia akan mengunjungi orang itu akhir pekan nanti, tapi dia ingin pihak Hualei mengirimkan perwakilannya juga.
Tidak masalah, Jessica langsung saja memerintahkan Wei Wei untuk pergi menemui Ke Huan. Wei Wei refleks protes, why me?!
"Why? Because kau adalah manajer proyeknya. Kaulah yang paling memahami situation-nya."
"Ok. You're the boss."
Ke Fei berusaha menawarkan dirinya saja dengan alasan kalau Wei Wei lagi sibuk menyiapkan pernikahannya. Tapi Jessica tidak setuju, lagian menyiapkan pernikahan kan bukan pekerjaan full time.
Memahami ketidaknyamanan Wei Wei, Ke Huan akhirnya usul ke Jessica agar Ke Fei ikut juga dengan alasan bahwa investor mereka mungkin ingin mengetahui rencana marketing selanjutnya. Jessica akhirnya setuju.
"Manager Zhou, kau sekarang bisa lebih tenang dengan satu orang lagi yang ikut."
"Terima kasih, CEO Chu. Terserah anda saja."
Keesokan harinya, kedua wanita itu mendapati Ke Huan sudah menunggu mereka dengan mobil van. Dia bahkan langsung membukakan pintu untuk Wei Wei, tapi Ke Fei langsung nyerobot duduk di samping supir dan Wei Wei duduk di belakang.
Tapi Ke Huan malah tidak konsen menyetir dan matanya terus melirik Wei Wei lewat spion. Ke Fei sampai harus menegurnya untuk lihat depan, jalannya ada di depan... bukan di belakang.
Mendengar itu, Wei Wei malah sengaja menggoda Ke Huan dengan mendekatkan mukanya biar Ke Huan bisa melihatnya dengan lebih jelas lewat spion.
Tapi tiba-tiba mobilnya mogok di tengah area persawahan dan harus diderek. Wei Wei sampai tertawa sinis dengan situasi ini. Terus sekarang harus bagaimana, cari taksi? Bis? Atau jalan kaki?
Tapi sepertinya tidak ada taksi yang lewat daerah sepi begini. Ke Huan akhirnya memutuskan jalan ke halte bis terdekat. Begitu bis datang, Ke Fei dengan sengaja menyerobot duduk di belakang di samping seorang pria muda tampan sehingga terpaksa Ke Huan dan Wei Wei duduk di satu bangku yang tersisa.
Wei Wei benar-benar memperlakukan Ke Huan dengan dingin. Saat Ke Huan mengajaknya bicara, dia menanggapinya dengan nada sengit. Saat Ke Huan menawarinya headphone juga dia menolak dan tidur.
Setibanya di halte tempat tujuan, mereka masih harus jalan kaki melewati area persawahan yang cukup jauh.
Sesapainya di alamat tujuan mereka, Ke Huan dan Wei Wei menunggu di ruang tamu, sementara Ke Fei ke kamar mandi.
Karena pelayan rumah itu berkata bahwa setiap kamar di rumah ini ada kamar mandinya, jadi Ke Fei asal saja masuk ke salah satu kamar yang dia kira kosong... tapi malah mendapati ada cowok yang lagi mandi. (Pfft!)
Cowok itu tidak menyadari kehadirannya karena dia berdiri membelakangi Ke Fei. Dari sosoknya, jelas pria itu masih muda dan bodinya lumayan yahud dan pastinya membuat Ke Fei tergoda mengira orang itu adalah Ketua Wang.
Tiba-tiba pria itu berbalik dan melihatnya. Kaget, Ke Fei buru-buru pergi. Pria itu refleks keluar mau mengejar Ke Fei, tapi malah terjatuh dan tersungkur ke lantai.
Ke Fei jadi khawatir, dia mencoba memanggil-manggil Ketua Wang tapi tak ada jawaban. Terpaksalah Ke Fei nekat membuka pintu kamar mandi dan mendapati pria itu tergeletak di lantai. Ke Fei berniat menolong, tapi dia sendiri malah tak sengaja terjatuh... tepat menimpa pria itu.
Suara jeritan mereka terdengar sampai keluar. Cemas, Ke Huan dan Wei Wei buru-buru masuk melihat keadaan dan mendapati Ke Fei terduduk di atas punggung pria itu. Ke Fei sontak panik meminta maaf pada si Ketua Wang.
Tapi pria itu malah berkata "Aku bukan Ketua Wang!"
Bingung, semua orang langsung memperhatikan wajah pria itu baik-baik... dan ternyata dia Da Wei. Hah? Ngapain dia di sini?
"Ketua Wang adalah pamanku!"
Tak lama kemudian, Ke Huan membantu memapah Da Wei ke ruang tamu. Ke Fei sungguh-sungguh meminta maaf, dia tidak sengaja. Tapi Da Wei tadi bilang kalau Ketua Wang adalah pamannya?
Da Wei membenarkan, pamannya seharusnya kembali dari Jepang hari ini, tapi bandara di Jepang ternyata ditutup entah karena alasan apa. Makanya pamannya menyuruhnya datang kemari dan mengurus tamu-tamunya, dia tidak menyangka kalau tamu-tamu yang pamannya maksud ternyata mereka... dan si pembawa sial Wei Wei.
Sejak saat Wei Wei mengambil Hao Yi dari departemennya, Wei Wei benar-benar bawa sial untuknya. Dia bahkan menyarankan Ke Huan untuk menjauh dari Wei Wei biar dia nggak sial. Wei Wei jelas emosi mendengarnya, untung saja Ke Fei sigap menghentikannya sebelum Wei Wei sempat menghajar Da Wei
.
Ke Huan dengan bijak membela Wei Wei dan meyakinkan Da Wei bahwa Wei Wei sudah bekerja keras demi lancarnya kerja sama kedua perusahaan mereka. Dan menurutnya, mereka sangat beruntung bertemu Da Wei di sini.
Ke Huan yakin kalau Da Wei pasti akan memuji mereka pada pamannya entah demi perusahaannya atau demi kebaikannya sendiri. Lalu apakah Ketua Wang menitip pesan untuk mereka? Kapan dia akan kembali?
Da Wei berkata kalau pamannya akan kembali besok dan beliau berharap mereka akan menunggunya sampai dia kembali. Pamannya juga berpesan bahwa mereka boleh menginap di rumah ini. lagian di sini ada banyak kamar.
Mereka lalu diantarkan ke kamar masing-masing. Tapi sekarang setelah mengetahui kalau Da Wei ternyata keponakannya orang kaya, Ke Fei mendadak tertarik padanya dan langsung keluar menemui Da Wei lagi lalu berusaha menggodanya secara terang-terangan.
Kalau pamannya sekaya ini, terus buat apa Da Wei repot-repot kerja, diomeli atasan dan lain sebagainya? Dia kan bisa saja hidup dari kekayaan pamannya.
"Kau tidak mengerti. Ini namanya perasaan memiliki prestasi. Aku suka mencari diskonan di internet, aku suka bergosip dengan para kolegaku, aku kerja bukan untuk cari duit, tapi untuk cari teman."
Tapi dia heran dengan sikap Ke Fei, kenapa dia punya perasaan kalau Ke Fei tertarik padanya? Dan Ke Fei pun tak ragu untuk mulai menggoda Da Wei dan meraba-raba pa~~nya.
"Kita semua kan kolega. Kurasa sangat penting untuk membangun sebuah hubungan baik agar mereka merasa berbeda saat bertemu di kantor nanti."
Bersambung ke episode 9
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam