Sinopsis Love is Deep Episode 2 - 2
Wei Jin lalu membawa Ding Ding ke rumah sakit untuk memeriksa bekas luka operasinya sambil mengomelinya karena tidak istirahat satu minggu pasca operasi sesuai anjuran mereka.
Ding Ding mengerti. Tapi masalahnya, ada hal penting yang harus dia lakukan. Maaf, dia akan mendengarkan kata dokter deh mulai sekarang.
Yi Ran hendak masuk saat itu, tapi Wei Xuan dengan cepat menghadangnya. Yi Ran heran melihatnya di sini, bukannya seharusnya dia di Inggris? Wei Xuan mengklaim kalau dia sudah lulus.
Tapi Yi Ran tak percaya, dia pasti DO kan? Dia sontak mengomeli Wei Xuan, mengingatkannya untuk tidak manja terus-terusan. Bagaimanapun, sekarang Wei Xuan sudah bukan anak kecil lagi.
Wei Xuan tak peduli, lagian kan dia punya kakaknya. Dia akan mengandalkan kakaknya seumur hidupnya. Dan kalau kakak iparnya di masa depan nanti tidak menyukainya, dia akan suruh kakaknya menceraikan istrinya itu.
Yi Ran mau masuk, tapi Wei Xuan dengan cepat mencegahnya, dia lagi ada pasien. Kalau begitu, Yi Ran nitip pesan saja. Suruh Wei Jin makan malam dengannya nanti. Wei Xuan mengiyakannya saja, padahal begitu Yi Ran pergi Wei Xuan sengaja tidak menyampaikan pesannya itu ke Wei Jin.
Selesai mengobati Ding Ding, Wei Jin memberikan baju ganti dan jaketnya untuk Ding Ding karena dia tidak boleh pakai baju basah. Dia keluar duluan, biar Ding Ding bisa ganti baju.
Wei Xuan langsung antusias menggodanya, tapi Wei Jin jadi kesal. Wei Xuan heran melihat reaksinya, biasanya juga dia bercanda seperti ini tapi Wei Jin tidak pernah marah, ada apa dengan Wei Jin hari ini? Wei Jin menolak menjawab.
Wei Xuan benar-benar penasaran. "Siapa sih wanita itu?"
"Pasien."
Wei Xuan tak percaya kalau hubungan mereka sesederhana itu. Ding Ding keluar saat itu, Wei Xuan sontak antusias banget mengajaknya kenalan bahkan menjabat tangan Ding Ding terlalu kuat sampai Ding Ding kesakitan.
Dia bahkan bertingkah bak calon mertua yang sedang menginterogasi calon menantunya dengan menanyakan segala pertanyaan yang muncul di pikirannya. Ding Ding umur berapa? Zodiaknya apa? Hobinya apa? Dia suka makan apa?
Wei Jin dengan cepat mendorong Wei Xuan untuk memberikan resep obatnya Ding Ding dan berkata. "Hubungi saja aku kalau kau punya pertanyaan seputar obat-obatannya."
Ding Ding berterima kasih lalu pamit, tak lupa dia berkata kalau dia akan mengembalikan jaketnya Wei Jin setelah dia mencucinya nanti. Wei Xuan jadi makin getol menggoda kakaknya itu, dia baru tahu loh kalau Wei Jin ternyata dokter yang sangat perhatian. Apa sekarang dia jadi dokter berwajah dingin yang baik hati?
Wei Xuan mendadak antuasias mengejar Ding Ding, mereka bahkan langsung akrab dengan cepat. Mereka santai saja jalan sambil ngobrol melewati Yi Ran yang kontan penasaran dengan jaket yang dipakai Ding Ding, dia mengenali jaket itu milik Wei Jin.
Ding Ding tengah menata keperluan kerjanya saat bel pintunya tiba-tiba berbunyi dari seorang kurir yang mengantarkan paket yang sangat besar yang tidak Ding Ding kenali. Ding Ding sampai takut melihat paketannya itu.
Dengan hati-hati dia mulai memotong kardusnya hinga terbuka dan ternyata itu gaun pengantin yang kemarin dibelikan Xiao Feng untuknya. Ding Ding kontan menangis sedih melihat gaun pengantin itu, gaun yang mengingatkannya harapannya yang begitu besar, namun sekarang hancur.
Ayah dan Ibu video call lagi saat itu. Ding Ding berusaha menghapus air matanya, tapi begitu dia mengangkatnya, Ibu malah mendadak ngomel-ngomel gara-gara baru tahu kalau Ding Ding baru saja operasi, dan kontan saja itu membuat Ding Ding semakin sedih. Ibu bingung, kenapa Ding Ding menangis?
"Bu, aku merindukanmu. Bisakah kalian pulang cepat?"
Ibu dan Ayah kontan panik mendengarnya. "Baiklah, aku akan pulang pagi-pagi sekali besok. Jangan menangis, ibu ada di sini. Ayah dan Ibu akan segera pulang."
Wei Xuan suka banget sama Ding Ding dan langsung berusaha menjodohkan Wei Jin dengan Ding Ding, dia rasa Ding Ding sangat cocok untuk Wei Jin. Dia tidak pakai makeup atau high heels atau kebanyakan perhiasan. Tapi yang paling penting adalah kesederhaan dan ketulusan yang tergambar jelas di mata Ding Ding. Dia benar-benar tipe idealnya Wei Jin.
Tapi... mungkin juga tidak sih. Ding Ding tidak cerita apakah dia menonton drama idola atau semacamnya. Dia juga tidak bilang apakah dia menyukai babi pakai bawang atau tidak. Wei Xuan harus menanyakan semua itu pada Ding Ding lain kali. Dicatat dulu aja.
Tapi Wei Jin dengan cepat menegaskan bahwa tidak akan ada yang namanya lain kali. Wei Xuan terus saja nyerocos penasaran tentang bagaimana awalnya mereka saling mengenal. Tapi Wei Jin terus saja diam membisu.
Wei Xuan pantang menyerah, apa Wei Jin tidak sadar kalau hari ini dia tidak seperti dirinya yang biasanya. Kapan Wei Jin pernah begitu peduli dengan seorang pasien? Wei Jin bahkan marah padanya cuma gara-gara dia menggodanya, padahal Wei Jin sebelumnya tidak pernah marah saat Gao Ren berusaha menjodohkan Wei Jin dengan seorang suster.
"Maksudnya apaan?"
"Maksudnya yah segalanya. Misalnya... Zheng Ding Ding mungkin bukan pasien biasa, atau mungkin kau tertarik padanya, dan..."
"Apa kau nganggur banget?"
"Lebih nyantai daripada kau."
"Kalau begitu masak makan malam, sana! Aku lapar."
"Kenapa kau tidak melakukannya sendiri?"
"Karena itu tugasmu. Jika tidak mau, kau harus bayar sewa rumah."
"Dasar pelit. Aku tidak mau bicara denganmu. Kau memang pantas tidak akan pernah memiliki pacar! Weeeek!"
Wei Jin cuek bebek, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi dari Wei Xuan yang mengiriminya nomor kontaknya Ding Ding. Wei Jin masih saja jual mahal, dia tidak pernah berteman dengan seorang pasien di Wechat.
"Duh, Kak. Bisakah kau jujur aja. Apa yang sangat spesial dari Ding Ding?"
Wei Jin sontak mengancam mau menimpuknya dengan buku dan sukses membuat Wei Xuan kabur. Tapi saat Wei Jin melihat gantungan boneka kucingnya, dia langsung teringat kejadian semasa kecilnya... yang sepertinya ada hubungannya dengan Ding Ding.
Flashback.
Wei Jin dan Wei Xuan masih kecil saat Ibu mereka meninggal dunia. Hujan turun dengan deras pada hari pemakaman Ibu. Entah mengapa Wei Jin kecil tampak begitu benci dengan ayahnya. Tanpa mengucap sepatah kata, dia memberikan payungnya pada Wei Xuan lalu berjalan pergi sendirian.
Dia berjalan linglung dan sedih hingga dia tidak sadar kalau dia hendak menyeberang jalan raya tepat saat lampu lalin berubah hijau. Untung saja ada seorang gadis kecil yang sigap menariknya (Err, mungkin dia Ding Ding).
"Apa kau tidak mengecek lampu lalin saat kau jalan?" Omel gadis kecil itu.
Flashback end.
Mungkin juga gantungan boneka itu adalah pemberian gadis kecil itu. Seketika itu pula Wei Jin akhirnya memutuskan untuk add friend Ding Ding di wechat.
Ding Ding keluar buang sampah tepat saat Chen Xun datang. Melihat gaun pengantin itu, Chen Xun seenaknya menarik tangan Ding Ding tepat di bagian luka bekas operasinya yang jelas saja membuat Ding Ding keskitan.
Chen Xun jadi cemas, bagaimana operasinya? Tapi Ding Ding menolak menjawab dan mengalihkan topik ke pekerjaannya Chen Xun.
Bersambung ke part 3
1 Comments
Lnjutt kakkk
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam