Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 4 - 1

Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 4 - 1

Rim terburu-buru pergi ke istana Raja. Tapi Rim sama sekali tak bisa senang karena dia yakin Raja memanggilnya bukan karena merindukannya, Raja tak pernah memanggilnya tanpa alasan.


Benar saja. Begitu dia menghadap Raja, Raja sontak membanting buku novel karangannya itu sambil marah-marah, menuduh Rim berniat mempermalukannya.

"Kau bertindak seperti badut di hadapanku dan warga bodoh itu memujimu. Bagaimana rasanya? Apa kau merasa seperti seorang raja? Lebih baik melihatmu bermain-main dengan kisaeng atau berjudi! Bagaimana bisa seorang pria menulis hal konyol ini?!"

Rim sontak bersujud katakutan, dia menulis buku itu hanya agar dia tidak merasa bosan. Tapi Raja sama sekali tak mempercayai omongannya. Raja benar-benar malu memiliki seorang putra seperti Rim dan langsung memerintahkan agar semua buku dan segala macam peralatan tulis di kediamannya Rim disita dan dibakar.

"Mulai sekarang, Pangeran Dowon (Rim) dilarang membaca atau menulis buku apapun!"

Shock, Rim panik berusaha memohon ampunan dan berjanji tidak akan lagi menunjukkan tulisannya, tapi mohon tarik kembali titahnya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanya membaca dan menulis. Tanpa itu, dia tidak punya apa-apa. Tapi Raja langsung pergi begitu saja tanpa mempedulikan tangisan Rim.

 

Malam itu, Rim terseok-seok melarikan diri dari para penyerangnya. Dia bersembunyi di sebuah ruangan. Tapi saat dia menoleh ke belakang, dia malah mendapati ayahnya menatapnya dengan tajam sambil membawa sebilah pedang. Perlahan Raja berjalan mendekatinya... lalu menusuknya dengan kejam...


Dan Rim sontak terbangun dari mimpi buruk itu dengan napas terengah-engah. Fiuh! Cuma mimpi ternyata, tapi tak pelak mimpi buruk itu membuat d~~a Rim sesak.

Untung saja Kasim Heo cepat datang dan bergegas mengambilkannya obat. Tapi Rim jadi tidak bisa tidur lagi gara-gara itu.


Kasim Heo benar-benar cemas, "sudah lama sejak anda bermimpi buruk. Itu sungguh membuat anda menderita."

"Tempat ini berada di pojok istana besar itu. Nokseodang (nama kediamannya Rim) tak pernah dikunjungi. Aku bisa membaca atau menulis 10 ribu buku sesukaku tanpa sepengetahuan Baginda Raja," renung Rim.

"Kalau begitu lakukanlah. Saya juga akan bungkam."

Tapi Rim tidak mau. Raja tidak mau mendengarkan perkataannya. Jika Rim juga tidak mau mendengarkannya, maka mereka tidak bisa disebut sebagai keluarga.

Seharusnya Raja memerintahkannya untuk diasingkan saja. Misalnya ke sebuah tempat yang dekat sungai biar dia bisa memancing. Atau ke daerah pegunungan biar dia bisa menanam ginseng. "Dengan begitu, setidaknya aku akan punya kesibukan."

Kasim Heo ikut sedih mendengarnya.

 

Pada saat yang bersamaan, Hae Ryung juga tidak bisa tidur memikirkan ucapan kakaknya bahwa dia sudah menemukan calon suami untuk Hae Ryung.


Di tempat lain, Jae Kyung bertemu empat mata dengan Konselor Kedua Min yang tiba-tiba membahas tentang penulis 'Kisah Ho Dam'. Dia merasa ada yang aneh dengan penulis novel itu.

Konselor Kedua Min punya banyak kenalan dan pengaruhnya pun mencapai seluruh penjuru Joseon. Tapi sampai detik ini, dia masih belum bisa menemukan si penulis Kisah Ho Dam itu... serasa orang itu bersembunyi di belakangnya. Sekilas, Jae Kyung tampak agak tegang mendengarnya.

Dia yakin wilayah barat laut tempat tersebarnya novel itu hanya sebuah pengalihan. Semakin dekat orang itu bersembunyi, akan semakin sulit ditemukan. Dan hanya ada satu tempat yang dekat tapi berada di luar jangkauannya... yaitu istana.

"Maksud anda, penulis Kisah Ho Dam ada di istana?"

"Karena itulah, besok aku mau membuat petisi." Ujar Konselor Kedua Min sambil menunjukkan petisinya. Entah apa isi petisi itu, tapi itu sontak membuat Jae Kyung kaget.

Konselor Kedua Min berkata bahwa petisi ini harus diterima besok. Menurut Jae Kyung, apakah ini cukup untuk menangkap penulis Kisah Ho Dam?


Entah apa sebenarnya konten dari buku Kisah Ho Dam yang kontroversial itu hingga membuat Raja begitu kalang kabut. Tapi berdasarkan ingatan Ibu Suri 20 tahun yang lalu, mungkin Kisah Ho Dam itu ada hubungannya dengan masa lalu Raja. Sepertinya Raja yang sekarang mengambil alih tahta dengan cara melakukan kudeta dengan dibantu oleh Konselor Kedua Min.

 

Apel pagi keesokan harinya dipimpin oleh Pangeran Jin. Tapi ia sontak marah saat membaca petisi yang diajukan Konselor Kedua Min karena ternyata petisi itu berisi usulan untuk merekrut sejarawan wanita. Bahkan para sejarawan yang bertugas pun kaget mendengarnya.

Pangeran Jin tahu betul apa niatan Konselor Kedua Min dengan petisi ini, dia ingin merekrut sejarawan wanita untuk mematai-matainya. Konselor Kedua Min mengklaim bahwa usulannya ini supaya mereka mengikuti sistem kuno, yaitu sistem hukum Dinasti Zhou.

Dulu Dinasti Zhou memiliki sejarawan wanita untuk mencatat berbagai kejadian di kediaman wanita. Para raja dan orang bijak mendapatkan kebijakan dari catatan itu.

"Negara itu sudah tiada, hancur lebih dari 1.000 tahun yang lalu!"

"Tapi mereka tetap menjadi contoh walau sudah 1.000 tahun. Sistem hukum Joseon berdasarkan hukum Dinasti Zhou. Saya ingat Yang Mulia pernah membicarakan masalah ritual menggunakan Dinasti Zhou sebagai contoh."

Wakil Kanselir menentang ide itu, para wanita di Joseon tidak sama seperti wanita Zhou, para wanita Joseon buta huruf (Mungkin yang dia maksud adalah buta huruf bahasa Cina. Dari catatan yang ditulis U Won, sepertinya dia menulis pakai huruf Cina). Dia mengingatkan bahwa alfabet Korea tidak bisa dipakai untuk mencatat kejadian.

Seorang menteri lain setuju dengan Wakil Kanselir. Sejarawan haruslah seseorang piawai, berpengetahuan dan juga arif. Bahkan seorang cendekiawan terbaik yang lulus ujian negara saja gagal dalam ujian sejarawan.


Konselor Kedua Min berkata bahwa sejarawan wanita beda dari sejarawan pria. Sejarawan pria bertugas menulis urusan negara demi generasi mendatang, sedangkan tugas sejarawan wanita hanya mencatat kehidupan sehari-hari di istana. Mereka bisa memilih wanita istana yang yang bisa menulis alfabet Korea.

Wakil Kanselir sama sekali tidak melihat apa pentingnya mencatat kehidupan sehari-hari, catatan semacam itu sama sekali tidak perlu diteruskan pada generasi berikutnya.

"Kedisplinan keluarga kerajaan akan membaik dengan adanya sejarawan wanita," ujar Konselor Kedua Min.

Pangeran Jin tersinggung mendengarnya. "Apa maksudmu keluarga kerajaan sekarang tidak disiplin?"

"Mengenai itu... saya tidak berani membicarakan kejadian di Nokseodang." Sinis Konselor Kedua Min.


Usai apel pagi, Konselor Kedua Min langsung melaporkan segalanya pada Raja. Raja sudah menduga akan sulit meyakinkan Pangeran Jin. Kira-kira akan butuh waktu berapa lama?

"Pangeran orang pandai, saya yakin ia akan segera memahami saya."

"Aku percaya dan kuberi kau izin untuk melakukan apa yang tak pernah dilakukan dalam sejarah Joseon. Tapi jika ini mengakibatkan masalah, kau akan diberhentikan."

"Yang Mulia, hanya tiga orang di negara ini yang tahu tentang Ho Dam. Saya, Yang Mulia, dan..." (Ibu Suri???)


Sementara itu, Ibu Suri pergi menemui Pangeran Jin yang sedang galau memikirkan petisi sejarawan wanita itu. Ibu Suri sudah dengar tentang petisi itu, lalu apakah Jin sudah membuat keputusan?

"Ini tidak mudah."

Ibu Suri mengerti. Jika Jin mengabulkan petisi itu, maka sejarawan wanita pasti akan menjadi mata-matanya Konselor Kedua Min. Tapi jika dia menolak, maka dia pasti tidak akan bisa tenang memikirkan entah apa yang akan dilakukan Konselor Kedua Min pada adiknya.

Pangeran Jin mengaku kalau dia tidak ingin menjadi seorang pangeran yang gampang dipengaruhi oleh para pejabat, tapi dia juga tidak ingin gagal melindungi adiknya. Karena itulah, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

"Yang Mulia, kenapa kau ingin memasuki wilayah kekuasaan Konselor Kedua? Bahkan keputusan bodoh bisa berubah menjadi keputusan bijak. Kau harus berpikir lebih keras."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments