Sinopsis Rookie Historian Goo Hae Ryung Episode 1 - 2
Malam harinya, Goo Jae Kyung - kakaknya Hae Ryung datang membawakan seguci arak dan mengajaknya jalan-jalan. Hae Ryung langsung keluar dengan antusias dan minum-minum dengan Jae Kyung.
"Kakak benar-benar pengaruh buruk. Minum-minum dengan adik yang sudah lewat umur menikah, kakak terlalu memanjakanku, makanya seorang orang merundungku."
"Siapa yang merundungmu, biar kakak beri dia pelajaran."
"Aku enggak mengikuti kelas pernikahan. Aku juga enggan menikah. Batalkan saja semuanya. aku benar-benar tidak sanggupa lagi. Aku akan menua dan mati jadi perawan tua dari Sajik-dong."
Dia serius beneran. Dia ingin mereka hidup seperti ini saja. Membaca buku seharian, membawa pulang barang-barang yang mereka anggap menarik dan membahasnya, dan minuam-minum bersama seperti ini. Tidak bisakah mereka hidup bahagia seperti ini saja?
Tapi Jae Kyung mengingatkan Hae Ryung bahwa pernikahannya bukan hanya menyangkut dirinya sendiri. Jika ada perawan tua di desa, maka kepala keluarganya akan dihukum. Itulah hukum negara ini.
Selama ini Jae Kyung sudah berusaha melindunginya. Tapi suatu hari nanti, dia pasti akan dipanggil ke istana dan namanya akana masuk ke dalam daftar orang untuk dinikahkan.
"Lalu aku harus menikah dengan dengan seorang bangsawan kharab atau duda di suatu tempat secepat mungkin." Keluh Hae Ryung
Karena itulah Jae Kyung sedang berusaha mencarikan pria yang cocok untuk Hae Ryung. Seseorang yang akan menyayangi dan memahami Jae Kyung, dan baik hati. Mereka asyik bercanda tawa saat tiba-tiba saja datang seorang pria mencari Jae Kyung. Sepertinya ada masalah penting, Jae Kyung pun segera pergi.
Jae Kyung dibawa ke sebuah tempat di mana sudah berkumpul beberapa pejabat. Pemimpin mereka, Konselor Kedua Min, tiba-tiba melempar sebuah novel berjudul
'Kisah Ho Dam' dan memberitahu mereka bahwa novel ini sedang sangat populer di bagian barat laut negeri ini. Sontak semua pejabat kasak-kusuk karena mereka tak pernah mengetahui tentang buku itu.
"Konselor Kelima Goo (Jae Kyung), kau tidak tahu?"
Jae Kyung membenarkan dan mengklaim kalau dia tidak pernah tahu tentang buku ini. (Hmm... tapi ekspresinya agak aneh). Kalau begitu, Konselor Kedua Min menyimpulkan mungkin popularitas buku ini belum sampai ke ibu kota.
Alasannya memanggil mereka semua kemari adalah agar mereka menghancurkan semua salinan buku ini. Tak boleh ada satupun salinan buku ini tersisa di Joseon.
Usai pertemuan itu, Jae Kyung tampak jelas semakin gelisah dan memberitahu pelayannya bahwa dia harus segera menikahkah Hae Ryung. Dia lalu menyerahkan sebuah surat pada pelayannya dan menyuruhnya untuk menyampaikan surat ini pada sebuah keluarga yang ingin dijodohkannya dengan Hae Ryung.
Keesokan harinya, Hae Ryung mereparasi jam bekernya pada seorang tukang. Setelah itu, dia berjalan pulang lewat pasar. Karena ada sebuah gerobak lewat, Hae Ryung pun minggir. Tapi tiba-tiba saja ada anak kecil yang melesat ke arahnya lalu mencuri buntelan berisi jam bekernya.
Kaget, Hae Ryung mengejar anak itu. Awalnya si pencuri kecil itu mengira dirinya berhasil lolos, tapi tiba-tiba saja Hae Ryung muncul di depannya dan langsung menjewer kupingnya sambil mengomelinya.
Anak itu sontak memberontak dan berusaha melarikan diri lagi, tapi malah bertemu jalan buntu. Hae Ryung nyinyir, pencuri macam apa dia sampai masuk jalan buntu? Dia mencoba menanyai anak itu. Dia tinggal di mana dan di mana ayahnya, tapi anak itu malah tertunduk sedih.
"Akan kubawa kau ke kantor polisi kalau kau tidak menjawab," ancam Hae Ryung.
"Aku tidak punya!" Ketus anak itu.
Dia lalu pergi. Hae Ryung sengaja membuntutinya diam-diam dan melihat anak itu mengetuk pintu rumah seorang bangsawan. Tapi dia malah melihat beberapa pria bertampang preman keluar dan menuntut uang dari anak itu.
Dan saat anak itu tak memberikannya sepeserpun, si preman sontak menghajar anak itu dengan kejam lalu menggeret anak itu masuk. Hae Ryung sebenarnya agak ketakutan, tapi akhirnya dia memberanikan diri masuk dan berusaha menyelamatkan anak itu tepat sebelum si preman menghajar anak itu lagi.
Dia bahkan menyatakan kalau dia akan membawa anak ini. Tapi saat dia mau pergi, si preman dengan cepat menariknya yang sontak membuat Hae Ryung kesal menamparnya.
Si preman sontak terpancing emosi dan hampir saja melayangkan tangan untuk menghajar Hae Ryung, tapi Hae Ryung mengingatkan si preman bahwa dia bisa dihukum pancung jika dia memukul seorang bangsawan.
Kesal, tapi akhirnya si preman tak berani berbuat apapun padanya. Tapi kemudian muncullah si bos preman yang memberitahu Hae Ryung bahwa anak ini adalah budaknya. Ayahnya anak ini menjual anak ini padanya untuk membayar hutang judinya.
Jadi dia punya hak sepenuhnya atas anak ini. Mau dia merebusnya kek, memukulnya kek, atau bahkan melemparnya ke sarang serigala juga itu haknya sebagai tuan anak ini.
Hae Ryung tercengang mendengarnya. Tapi biarpun anak ini budaknya, janganlah memperlakukan anak ini sekejam itu. Bos preman santai saja menyuruh Hae Ryung untuk mengajukan keluhan pada Raja saja kalau dia tidak terima.
Anak itu sontak memegang tangan Hae Ryung dan menangis. Tapi sekarang Hae Ryung benar-benar tak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkannya, bahkan saat para preman menyeret paksa dan memisahkan mereka.
Lee Rim menunjukkan buku terbarunya pada para pelayannya dan tegang menanti reaksi dan pendapat mereka. Kasim Heo mendadak mewek yang langsung diikuti para dayang.
Kasim Heo dengan lebaynya mengklaim bahwa kisah ini bisa membuat para berandalan keji menangis tersedu-sedu, ini mahakarya sejati yang mampu meluluhlantakkan hati. Keindahan agungnya sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Tapi alih-alih senang, Lee Rim kesal dengan reaksi lebay mereka. Jelas-jelas mereka bohong. Terakhir kali waktu itu juga mereka bilang bahwa karyanya adalah mahakarya sejati yang mematahkan hati. Mereka mengatakannya sambil nangis juga, sama persis seperti sekarang ini.
"Kenapa reaksi kalian sama setiap saat?"
Kasim Heo mengklaim bahwa air matanya mengalir makanya dia menangis. Kalau dia tidak menangis, terus dia harus apa? Buang ingus? Lee Rim menegaskan bahwa dia hanya ingin mendengar pendapat jujur mereka tentang karyanya.
Kasim Heo ngotot bahwa karya Lee Rim ini sangat mengharu biru sampai-sampai membuat mata semua sembap. Orang-orang bahkan mengantri sejak semalam dan tidur di tenda hanya demi membaca buku terbarunya Maehwa.
"Karena itulah aku benci situasiku. Aku hanya pernah mendengarnya lewat dirimu, aku tak bisa tahu."
Dia hanya ingin melihat reaksi publik terhadap novel-novelnya. Dia ingin keluar dari istana dan melihat sendiri apakah novelnya mampu membuat orang-orang tertawa dan menangis. Tiba-tiba dia berbalik dan menatap Kasim Heo dengan mata berbinar.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam