Sinopsis King is Not Easy Episode 14

 Sinopsis King is Not Easy Episode 14


Gara-gara kecurigaan Ni Chang pada mereka berdua, Ji Man memaksa Da Xi bangun lebih pagi untuk mengajarinya segala sesuatu tentang istana.

Da Xi jelas kesal. Lagian kalau misalnya dia memberitahu Ji Man ada dua orang yang bertukar jiwa, apa dia bakal mempercayainya? Tidak, kan? Jadi tidak mungkin akan ada yang mempercayai Ni Chang.

"Bagaimana kalau ada yang mempercayainya? Apa yang harus kita lakukan?"

"Terserah mereka mau percaya apapun. Mereka tidak punya bukti."

"Kau dan aku adalah buktinya. Pelayan istana yang tahu segala seluk beluk istana dan seorang raja yang tidak tahu apapun. Menurutmu apa yang orang lain pikirkan."

Sudahlah. Akan kuajarkan segala hal tentang istana padamu. Cuma ringkasan, siapa tahu terjadi sesuatu."


Ji Man baru bicara satu kata, tapi Da Xi sudah tidur lagi sampai Ji Man harus memaksanya untuk melek. Tapi di tengah pelajaran, Shen Jia muncul untuk mengabarkan bahwa Ibu Suri memanggil mereka berdua untuk mendikusikan sesuatu.

Da Xi langsung cemas. "Apa yang harus kulakukan? Apa aku akan diinterogasi? Mati aku!"

"Bukankah barusan kau tenang-tenang saja? Kenapa? Sekarang kau takut?"

Da Xi menyangkal. "Aku tidak takut kok."

"Kalau begitu, mari kita pergi... Paduka."


Begitu mereka tiba, Ibu Suri langsung mengetes Raja dengan tanya apakah dia masih ingat apa dulu sering dibicarakan Ayahandanya Ji Man?

Waduh! Da Xi jelas panik mendengarnya dan gugup menjawab: kejujuran, efisiensi, mencintai rakyat dan... dia sudah tidak ingat lagi. Sudah begitu lama waktu berlalu.

Ibu Suri lalu beralih topik membahas Da Xi yang katanya berdebat dengan Ni Chang. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa Ni Chang membuli lagi? Ji Man santai mengklaim kalau dialah yang salah, jadi wajar kalau Ni Chang menghukumnya.

"Tapi kudengar kalau pelajaran etiketmu sangat baik. Kenapa kau malah membuat kesalahan?"


Da Xi mengklaim kalau itu karena dia terlalu memanjakan pelayannya ini. Membahas hal itu, Ibu Suri langsung memanfaatkannya untuk membahas tentang salah satu selir Ayahandanya Ji Man yang manja dulu. Apa Raja masih ingat apa yang terjadi pada selir manja itu?

"Kau dan aku bahkan ada di sana waktu itu. Kau bahkan janji padaku bahwa para selirmu tidak akan pernah berbuat hal sembrono seperti itu. Apa kau lupa janjimu sendiri?!"

Da Xi panik tak tahu harus bagaimana. Saat Ji Man diam-diam mengisyaratkannya dengan sodokan ringan, Da Xi langsung pura-pura pingsan. Ji Man beralasan kalau ini karena Raja kelelahan setelah membaca berbagai laporan semalam suntuk.


Cemas, Ibu Suri memerintahkan para pengawal untuk membawa Raja kembali ke kamar. Akhirnya mereka aman untuk saat ini.

Tapi Ibu Suri kemudian memerintahkan Qiu Shui untuk memanggil dukun ke istana. Dia harus menyingkirkan iblis yang bersembunyi di istana ini.


Setelah Da Xi diletakkan di ranjangnya, Ji Man mengusir semua orang dengan menyuruh Shen Jia memanggilkan dukun untuk menyembuhkan Raja yang kelelahan.

Begitu aman berduaan, Da Xi langsung bangun dengan cemas. Mereka benar-benar sudah ketahuan. Jangan-jangan mereka akan dikurung seolah mereka kerasukan iblis. Lebih baik mereka melarikan diri saja.

Ji Man masih santai dan mengingatkannya untuk tidak gegabah, itu membuat keadaan makin buruk. Lebih baik mereka diam dulu dan lihat apa rencana orang-orang itu.

"Kalau kita tidak pergi, maka mereka akan membunuh kita. Ayo, pergi saja. Yah?"

"Pergi ke mana? Seluruh negara ini milik keluarga kerajaan. Ke mana kita bisa pergi? Lagipula, tidak mungkin kita melarikan diri seumur hidup."

Tapi... mungkin mereka bersembunyi untuk sementara waktu di luar istana. Karena itulah, Ji Man menyuruh Da Xi untuk membuat pengumuman bahwa dia akan melakukan inspeksi ke luar istana.

Begitu mereka keluar istana, mereka bisa mencari seorang ahli bela diri yang mungkin bisa membantu mereka bertukar jiwa kembali. Jika tidak, setidaknya mereka bisa melarikan diri untuk sementara waktu.


Da Xi setuju. Mereka pun bergegas pergi. Tapi baru juga mereka keluar selangkah dari gerbang istana, Qiu Shui sudah menghadang mereka dengan membawa para dukun dan prajurit.

Dia mengaku kalau belakangan ini dia selalu membuntuti mereka berdua... untuk menangkap dan menyingkirkan iblis. Dia memberi isyarat dan seketika itu pula para prajurit langsung mengepung mereka.

"Kau mengira aku kerasukan iblis?" tanya Da Xi gugup

"Saya tidak berani. Tapi para dukun ini bisa mengetahui mana raja yang asli. Anda tidak perlu takut, Paduka."

Sementara Da Xi gugup, Ji Man tegas mengomeli Qiu Shui karena berani menghalangi raja untuk melakukan inspeksi keluar istana. Qiu Shui berkata bahwa Ibu Suri memerintahkan tidak ada seorang pun yang boleh meninggalkan istana hari ini. Terutama mereka berdua.

"Bagaimana kalau kami tetap pergi?"

"Berdasarkan perintah resmi Yang Mulia Ibu Suri, siapapun yang melawan, akan dihukum mati!"


Para pengawal langsung menyerbu mereka. Alih-alih Raja, malah Da Xi yang bertindak melawan dan menghajar para pengawal itu. Jelas saja Qiu Shui jadi makin curiga.

Salah seorang pengawal berhasil menendang Da Xi hingga dia terjatuh bersama Ji Man dan membuat Ji Man menimpanya.

Tepat di tengah kepanikannya, langit mendadak mendung. Petir menggelegar bersahut-sahutan lalu tiba-tiba saja sebuah petir dahsyat menyambar Ji Man dan Da Xi.


Seketika itu pula terjadi sesuatu yang aneh pada mereka berdua. Jiwa mereka bertukar kembali ke tubuh masing-masing. Ji Man bangkit kembali dengan aura rajanya dan seketika itu pula para pengawal ketakutan dan berlutut padanya.

"Qiu Shui, siapa yang memberimu keberanian untuk memperlakukannya seperti ini?" Omel Ji Man.

Saking senangnya mendapati dirinya sudah kembali, Da Xi sontak jejeritan heboh di sana, di hadapan orang banyak. Ji Man sampai harus membisikinya untuk diam karena mereka sedang dilihat banyak orang.

"Syukurlah, akhirnya kita bertukar kembali! Kita tidak perlu khawatir lagi." Bisik Da Xi.

Sudah bisa tenang sekarang, Ji Man memutuskan untuk membatalkan kepergian mereka keluar istana. Toh Ibu Suri juga memerintahkan mereka untuk tidak keluar istana. Dia mau kembali saja, para dukun itu boleh ikut kalau mereka mau.

Qiu Shui jelas bingung. "Kenapa aku merasa dia raja yang asli? Apa intuisiku salah lagi?"


Mereka lalu pergi menemui Ibu Suri yang tampak masih sangat curiga pada mereka. Da Xi sampai tegang ditatap seintens itu, untung saja mereka sudah bertukar jiwa kembali.

Ibu Suri tanya kenapa Ji Man mau melakukan inspeksi ke luar istana dengan membawa Da Xi? Apa Da Xi mengatakan sesuatu padanya? Ji Man menyangkal. Dia cuma sedang bosan, makanya dia berniat mengobservasi warga.

Dan juga, karena Da Xi sudah cukup lama tidak keluar istana sejak saat dia masuk istana. Belakangan ini dia memperhatikan Da Xi tampak depresi, mungkin dia ingin pulang kampung. Makanya Ji Man membawanya agar mereka bisa mampir ke rumahnya Da Xi untuk membangkitkan semangatnya.

"Apa itu benar, Da Xi?"

"Err... Benar, Yang Mulia."


"Aneh sekali. Jika memang begitu, lalu kenapa Ni Chang memberitahuku kalau kalian berdua bertukar jiwa?"

"Kebohongan yang konyol. Ibunda, kurasa ini karena Ni Chang tidak bisa menerima sikap acuhku padanya. Makanya dia merencanakan semua itu dan membohongi semua orang."

Jika Ibu Suri tidak percaya padanya, Ibu Suri boleh melakukan segala macam cara untuk mengkonfirmasi kebenarannya. Ibu Suri mencoba mengetesnya lagi dengan berbagai pertanyaan dan Ji Man sukses menjawab semuanya dengan mudah.


Tapi pertanyaan terakhir, sempat membuat Ji Man gugup karena Ibu Suri tanya ada berapa banyak wanita yang dia kurung bersamanya di ruang memorial waktu itu.

Jelas dia tak tahu karena dia tak ada di sana waktu itu. Tapi dengan tenang dia menolak menjawabnya dengan alasan kejadian itu masih membuatnya trauma. Mengingat wanita sebanyak itu tiba-tiba menyerbunya, rasanya mengerikan sekali.

Ibu Suri akhirnya mempercayainya dan langsung mengeluarkan perintah untuk mencabut gelar dan posisi Ni Chang. Mulai sekarang, dia akan diasingkan ke Istana Dingin selamanya.


Begitu mereka kembali ke kamar raja, Ji Man mengusir semua orang kecuali Da Xi. Begitu semua orang pergi, Ji Man langsung memeluk Da Xi.

"Bagus sekali. Akhirnya aku bisa memeluk dirimu yang asli."

"Syukurlah. Aku akhirnya jadi Da Xi lagi."

"Bukankah kau bilang kau senang jadi raja dan punya pelayan?"

"Aku kan asal bicara waktu itu. Aku lebih cocok jadi pelayan untuk orang lain."

Ji Man tiba-tiba mendekat seolah mau menci~mnya yang jelas membuat Da Xi protes. "Mau apa?"

"Tidak ada. Aku cuma ingin menci~mmu dan mengecek tbuh sementaraku."

"Dasar c~~~l. Aku tak percaya kau seorang raja. Tidak pantas."

"Kau malu apa? Aku bukan cuma sudah melihat semua, aku juga sudah menyentuh semuanya."

"Diamlah. Jangan katakan apapun lagi."

"Jangan khawatir. Biarpun aku sudah melihat dan menyentuh semuanya. Tapi itu bukan tidak pantas. Karena kau... sangat jelek."

Da Xi tidak terima dan langsung mengejarnya. Saat berusaha menghindarinya, Ji Man tak sengaja tersandung dan langsung terjatuh dan Da Xi pun ikut terjatuh menimpanya.

Ji Man mengomentari Da Xi berat. Tapi saat Da Xi hendak menjauh, Ji Man langsung menggulingkan mereka berdua hingga posisi mereka terbalik.

"Maaf, tidak seharusnya aku bilang kalau kau jelek. Tapi biarpun kau jelek dan gendut, hanya kau satu-satunya yang kusukai."


Ji Man lalu mendekat dan menci~mnya mesra. Da Xi berusaha mendorongnya. Tapi Ji Man bertahan dan menghentikan Da Xi dengan menautkan tangan mereka.


Ni Chang jejeritan heboh saat dia dilempar ke Istana Dingin, berusaha mengklaim kalau dia tidak bersalah, dia difitnah.

"Berhentilah berteriak." Tegur seorang tahanan lainnya. "Semua orang yang dikirim kemari selalu bilang kalau mereka difitnah."

Dia menasehati Ni Chang untuk tidak buang-buang tenaganya. Percuma berpikir kalau dia bisa meninggalkan tempat ini begitu dia dikirim kemari.

Ni Chang sinis. "Kau tahu apa? Aku tidak sama denganmu! Jika aku mau pergi, maka aku bisa pergi."


Dia terus berusaha teriak-teriak meminta bertemu Paduka Raja dan Ibu Suri, tapi tentu saja para pengawal mengacuhkannya. Sebal mendengar teriakan Ni Chang, si kasim memerintahkan rekannya untuk menyuruh Ni Chang diam.

Dengan sikap sok manis, Ni Chang berusaha membujuk si kasim agar dia bisa bertemu Kaisar dan Ibu Suri. Tapi si kasim bersikeras menolak. Kalau begitu, Ni Chang menuntut untuk bertemu Da Xi.

Dia bahkan menyuap si kasim dengan memberinya benda berharga. Si kasim pun langsung luluh dan pergi untuk memanggilkan Da Xi.


Ji Man hendak sarapan, tapi yang menyajikan makanannya malah pelayan lain. Dia melapor kalau Da Xi harus pergi ke Istana Dingin untuk bertemu Ni Chang. Tadi seorang kasim datang menyampaikan pesan dari Ni Chang untuknya.

"Ni Chang itu sangat licik. Bagaimana bisa Da Xi menanganinya?"

Cemas, Ji Man bergegas pergi menyusul Da Xi. Tapi di tengah jalan, dia bertemu Da Xi yang baru kembali dari Istana Dingin. Ji Man langsung mengeceknya depan belakang saking cemasnya.

Dia tidak apa-apa kan? Apa Ni Chang melakukan sesuatu padanya? Bahkan Istana Dingin dia mampu menanganinya. Akan dia bunuh si Ni Chang itu!

"Eh, tunggu, tunggu! Tidak apa-apa. Kami cuma ngobrol sedikit."


"Apa yang kalian bicarakan?"

Da Xi dengan lebay-nya menirukan gaya bicaranya Ni Chang yang berusaha merayunya dan mengklaim kalau dia tidak pernah punya maksud jahat.

"Aku cuma menginginkan seseorang untuk ngobrol di istana sebesar ini. Tapi siapa sangka kalau kalian salah paham dengan maksudku. Kali ini juga salah paham. Suatu hari... aku bermimpi. Aku mimpi jadi kau, kau menjadi raja dan raja menjadi aku. Saat aku bangun, aku keliru mengira semua nyata. Lalu aku dengan bodohnya memberitahu ibu Suri. Nona Da Xi, tolong ampuni aku. Aku janji takkan membuat masalah lagi. Kumohon!"

"Lalu mempercayainya? Kenapa kau pergi menemuinya?"

Tentu saja karena Ni Chang mengirim seseorang untuk menjemputnya. Ni Chang bicara seolah dia mau membunuhnya atau semacamnya. Kalau begitu, abaikan saja dia.

"Da Xi, asal kau tahu saja. Waktu aku dengar kau pergi ke sana, aku begitu takut sampai aku bergegas kemari, aku bahkan belum makan. Aku sekarang kelaparan dan merasa lemah. Maukah kau menggendongku di punggungmu?"

"Bagaimana kalau aku memaafkan Ni Chang saja. Kadang aku merasa otak kalian serasi. Aku menggendongmu? Yang benar saja!"


Saat berniat pergi, Da Xi tak sengaja tersandung dan hampir saja saja terjatuh. Untunglah Ji Man sigap menariknya lalu membopongnya.

"Karena kau tidak mau menggendongku, kurasa akulah harus menggendongmu. Pokoknya kau tidak boleh memberikanku pada orang lain."

"Tentu saja tidak akan."

Flashback.


Saat mereka bertemu tadi, Ni Chang memang bersikap kurang lebih sama seperti yang dikatakan Da Xi. Dia berusaha sok melas bahkan mewek biar Da Xi kasihan padanya.

Dia bahkan mengumbar janji bahwa jika dia dikeluarkan dari sini, dia janji akan jauh-jauh dari Raja. Tapi saat Da Xi berkata kalau dia akan bicara pada Raja agar Ni Chang dikeluarkan dari istana, Ni Chang sontak protes dengan alasan kalau dia akan dibuli di luar sana.

Da Xi rasa, Ni Chang cuma takut kehilangan kehidupan mewahnya di istana ini. Ni Chang menyangkalnya sambil mewek lagi. Bukannya dia takut kehilangan kemewahannya. Dia kan sekarang cuma rakyat jelata, kemewahan apa yang dia miliki?

"Kalau begitu, kenapa kau tidak mau meninggalkan istana?"

"Karena kurasa aku bisa memenangkan hati paduka lagi," itulah alasan Ni Chang yang sebenarnya. Tapi tentu saja dia tidak mengatakannya secara lantang.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

0 Comments