Seorang wanita memasuki sebuah rumah yang masih dalam pembangunan. Di dalamnya, dia bertemu seorang arsitek tampan yang kemudian membawanya berkeliling dan menunjukkan gambar denah rumah itu kepadanya.
Wanita itu berkata bahwa pria itu adalah pria sempurna. Punya pekerjaan tetap, humoris, dan saat dia tersenyum, dunia terasa cemerlang.
"Selain itu, pria itu juga sudah siap untuk menghabiskan sisa hidupnya bersamaku... selamanya." Ucap wanita itu. Pria itu lalu mengeluarkan sebuah kotak cincin berlian. Wanita itu memeluknya... saat tiba-tiba terdengar bunyi alarm. Hah?
Oalah, ternyata cuma mimpi si wanita. Wanita itu adalah Eve. Tapi menurut pengakuannnya, biarpun pria itu cuma ada dalam mimpi, dia yakin kalau pria itu benar-benar ada.
Sepertinya bukan kali ini saja Eve memimpikan pria itu. Di tembok kamarnya, tampak tertempel sketsa gambar pria yang ada dalam mimpinya tadi dan banyak sekali post-it note tertempel di sekitarnya. Eve menuliskan segala hal yang pernah dia lihat di dalam mimpinya di post-it itu.
Salah satunya tertulis tentang pria dalam mimpinya tadi. Bahwa pria itu akan memberinya cincin berlian dan akan melamar di lokasi rumah masa depan mereka. Dia adalah arsitek di masa depan.
"Jika kau mendengar tentangnya, kedengaran seperti mimpi saja, bukan? Mungkin saja. Tapi aku percaya kalau dia ada."
Eve bercerita bahwa mimpi itu normal dialami setiap orang saat mereka tidur. Tapi tidak baginya. Waktu dia masih kecil, dia menggambar sebuah telepon berbentuk aneh (smartphone) yang dia lihat didalam mimpi. Dia berkata pada Ibunya bahwa dalam mimpinya, dia mendapatkan benda itu sebagai hadiah kelulusannya.
"Sejak aku masih kecil, aku sering bermimpi akan masa depanku. Saat aku beranjak besar, mimpiku itu jadi kenyataan. Lulus dari universitas ternama, mendapatkan pekerjaan bagus dan punya sebuah mobil cantik."
Setiap mimpi yang benar-benar sudah menjadi kenyataan, dia coret catatannya. Dan sekarang, dia menggambar cincin berlian yang dilihatnya dalam mimpi tadi, mimpi yang sampai sekarang masih belum menjadi kenyataan. Terutama pria itu.
"Sampai sekarang, aku masih belum bertemu dengannya. Tapi aku percaya kalau suatu hari nanti, impianku akan menjadi kenyataan."
Tapi siang harinya di cafe, KanChai, rekan kerja Eve mendadak berlutut di hadapannya sambil menyodorkan bunga dengan gaya romantisnya... tepat di hadapan publik.
Dia bilang kalau ini adalah hadiah untuk Eve yang telah menyewa toko ini darinya cukup lama, dia juga ingin mereka makan malam bersama.
Eve langsung canggung. Tapi... "Tidak!" Tolak Eve yang sontak membuat semua orang mendelik kaget.
KanCai beralasan kalau ini bukan apa-apa kok, dia cuma ingin mereka ngobrol tentang kerjaan. Tapi Eve sama sekali tidak terpedaya dan tegas menolaknya dengan baik-baik. Dia sudah punya seseorang yang dia sukai. Patah hati, KanCai langsung kabur sambil mewek.
Gara-gara itu, Eve langsung dapat omelan dari temannya, Mit. Bagaimana kalau KanCai tak mau memperbarui kontrak Eve gara-gara perbuatan Eve tadi.
Eve yakin KanCai tidak akan begitu, lagipula dia memang tidak mau. Mit tahu sendiri kan kalau dia sedang menunggu hari saat dia bertemu pria dalam mimpinya.
Mit langsung komat-kamit sinis. Dia sudah mendengarkan itu lebih dari 10 kali, bahkan sejak mereka masih studi. Tapi apakah sampai sekarang Eve sudah pernah bertemu dengan pria itu.
Yah, belum sih. Terus Mit mau dia bagaimana? Gampang, Eve cuma perlu dandan yang cantik lalu pergi makan malam dan bicara bisnis dengan KanCai.
Dia terus nyerocos panjang lebar tentang perkembangan karir Eve yang sudah berhasil membuka 10 cabang bla-bla-bla. Tapi Eve sudah malas mendengarkannya dan akhirnya melamun menatap jendela... tepat saat dia melihat pria yang mirip dalam mimpinya itu lewat di depan cafe.
Eve sontak melesat keluar mengejarnya sampai nekat menyeberang jalan dan hampir saja tertabrak mobil. Eve langsung terjatuh ke aspal. Si pemilik mobil keluar untuk mengecek keadaannya, tapi malah terpesona melihat kecantikan Eve.
Dia langsung mengeluarkan ponsel untuk meminta nomor ponselnya Eve, tapi Eve malah sudah lari duluan mengabaikannya. hehe. Sayangnya, gara-gara itu Eve jadi kehilangan jejak pria itu sekarang.
Dalam perjalanan pulang malam harinya, Eve lagi-lagi harus mendengarkan omelan Mit yang menyindir perbuatannya tadi. Kalau dia jadi Eve, dia pasti sudah menerima KanCai sekarang.
"Hei, apa menurutmu aku akan bertemu dengannya?" tanya Eve sedih.
"Eve, sejak aku mengenalmu, aku tahu kalau mimpi-mimpi itu sangat akurat. Tapi tidak seharusnya kau terlalu terikat pada pria dalam mimpimu. Kau juga harus membuka dirimu dan hatimu sedikit."
Bukannya menjawab, Eve malah langsung beralih topik, Bahan bakarnya habis. Mereka pun belok ke sebuah pom bensin terdekat. Seorang petugas pom menyapa mereka dengan ramah, Eve tidak melihatnya dan terus berbincang dengan Mit.
Mit merasa hidup Eve sekarang sudah sesuai impiannya. Dia hidup dengan baik sampai orang-orang iri padanya, jadi kenapa juga dia begitu mempermasalahkan hal ini sampai bersedih. Dia sudah dewasa sekarang, jadi sudah seharusnya dia memikirkan dirinya sendiri. Ah, sudah lah. Mit mau pergi ke toilet dulu.
Sendirian di mobil, Eve termenung memikirkan kebenaran dari ucapan Mit. Memang benar kalau selama ini dia tidak pernah membuka dirinya pada siapapun. Apa yang bisa dia lakukan, tak ada seorangpun yang sebagus pria dalam mimpinya.
Dia memejamkan matanya, mengingat kembali wajah pria dalam mimpinya. Saat pria itu membawanya keliling rumah, saat mereka makan malam romantis berdua, saat pria itu melamarnya hingga saat pria itu menggendong bayi mereka.
"Nona pelanggan," sapa si petugas pom menyadarkannya dari mimpinya.
Dia tanya apakah Eve mau kaca mobilnya dibersihkan. Eve mengiyakannya saja sambil terus melamun.
Tepat saat si petugas pom menyeka sabun di kaca mobilnya, Eve melihat wajah si petugas pom itu... dia pria dalam mimpinya. OMG. Pria yang selama ini dicari-cari Eve, akhirnya dia bertemu juga dengannya hari ini. Tapi dia... petugas pom bensin.
Pria itu menawarkan sebuah bunga sebagai promosi mereka di hari valentine ini. Tapi Eve terlalu tercengang menatap wajahnya. Sontak dia menjerit histeris dan langsung kabur dan meninggalkan Mit seorang diri.
Mit cuma bisa melongo dibuatnya. Bos pom bensin langsung menghampirinya, dia temannya wanita itu? Iya. Wanita itu belum bayar. Hahahaha, Mit ketawa garing.
Keesokan harinya, Eve masih sulit mempercayai penemuannya kemarin. Mit juga langsung sinis, insinyur-nya Eve ternyata bocah pom bensin. Beneran pria itu pria dalam mimpinya Eve?
Iya, Eve yakin. Padahal dia memimpikan pria itu tidak malam, pasti ada sesuatu yang salah.
"Atau..." Mit tiba-tiba punya ide, "Jangan-jangan dia adalah anak seorang raja minyak yang sedang menyamar untuk mempelajari hidup pegawai pom bensin."
"Kau sudah kebanyakan nonton lakorn!"
"Aku cuma nyinyir!"
Tapi mungkin juga sih. Dia mungkin seorang pangeran yang sedang menyamar yang sedang belajar kehidupan orang Thailand dan hidup pas-pasan.
Mit langsung sinis, apa Eve mau minum obat? Mau 2 tablet sekaligus? Atau mau dia antarkan ke rumah sakit? Kalau begitu, untuk mengetahui kebenarannya, maka mereka harus membuktikannya.
Mereka pun kembali ke pom bensin itu dan memperhatikan si petugas pom itu dari kejauhan. Tapi Mit langsung protes, kenapa dia musti ikut juga?
Eve membujuknya, bantulah dia sekali ini saja. Dia janji kalau dia sudah mengetahui rahasia cowok itu, dia tidak akan lagi mempermasalahkan masalah ini lagi. Oke?
"Ini yang pertama dan terakhir kalinya!"
Oke, Eve pun pakai kacamata hitam dan menyuruh Mit pakai juga. Biar mereka tidak dikenali. Tapi saat mereka mendekat ke pom, pria itu malah lari untuk melayani pelanggan lain. Terpaksalah Eve musti keluar menemui pria itu dan meninggalkan Mit sendirian.
Eve to the point mendekati pria itu dan menanyakan namanya. Bingung, pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Pun. Lalu sudah berapa lama dia bekerja di sini? Sudah beberapa tahun. Terus apa ini satu-satunya tempat dia bekerja? Maksudnya, apa dia punya profesi lain? Tidak, Pun bekerja hanya di tempat ini saja.
"Tak punya profesi lain?"
Pun tambah bingung, Eve mau apa sih sebenarnya. Di mobil, Mit menunggu dengan gelisah. Setiap kali si petugas pom menagih duitnya, dia terus minta diisi lagi. Si petugas pom lama-lama kesal padanya, tankinya sudah penuh!
Bingung, dia coba cari alasan dengan meminta si petugas untuk membelikannya kopi. Dia janji akan kasih tip gede.
"Coffee shop-nya sudah tutup sejak lama," kata si petugas. Mit jadi tambah bingung harus bagaimana. Mulai curiga, si petugas meminta Mit menunggunya sebentar lalu pergi.
Eve bingung harus bagaimana apa lagi. Tapi tepat saat itu juga, dia melihat si petugas pom melaporkan dirinya dan Mit ke bosnya. Panik, Eve mendadak punya ide lalu meminta Pun untuk membantunya membuang sampah yang ada di mobilnya.
Pun percaya saja. Tapi tepat saat dia melongok kedalam mencari sampahnya, Eve langsung mendorongnya kedalam dan menyuruh Mit kabur sekarang juga.
Bos pom melongo, "Pun diculik!"
Mit jelas ngomel-ngomel sepanjang jalan. Pun meringkuk ketakutan seperti anak kecil, mengira mereka penculik dan memohon-mohon agar mereka tidak menyakitinya, dia tidak salah apa-apa. Eve dan Mit sampai aneh melihat ketakutannya.
Eve malah sengaja memanfaatkan ketakutannya, mengancamnya dengan semprotan merica dan menuntutnya menjawab pertanyaannya sejujur-jujurnya kalau dia tidak mau mati.
Dimana Pun tinggal? Pun berkata kalau dia menyewa sebuah rumah bersama seorang temannya di dekat pom bensin.
Eve bingung mau tanya apa lagi, Mit langsung saja nyerobot. "Apa kau sudah punya seseorang yang kau cintai?"
"Tidak."
"Jangan bohong! Berikan dompetmu sekarang!"
Mit tanya siapa namanya, nama lengkap beserta nama keluarganya. Pun malah bingung, namanya yang sebenarnya atau nama Thailand-nya.
Eve dan Mit kaget, dia bukan orang Thailand? Tidak juga, jawab Pun ambigu. Mit sok kejam menuntutnya untuk menjawab yang benar.
"Saya orang Lahu," jawab Pun takut-takut.
Eve dan Mit kontan berpandangan dengan bingung, Lahu itu apa. Pun menjelaskan bahwa Lahu itu daerah yang terletak di bagian selatan Thailand. Tepat saat itu juga, Eve menemukan KTP-nya Pun.
Dia membuka kacamata hitamnya saat dia membaca KTP-nya Pun yang menyebutkan dirinya adalah 'Non Thai'. Pun langsung mengenali wajahnya, dia nona yang semalam.
Eve tercengang menatap Pun... saat tiba-tiba saja Mit menjerit heboh. Lihat ke belakang!
Ternyata mereka sedang dikejar para petugas pom dan bosnya yang bawa tongkat pel untuk menyelamatkan Pun.
Panik, Mit langsung tancap gas. Tapi tepat di depan mereka ada pembangunan jalan. Eve langsung panik menyuruh Mit mengerem.
Mit panik, dia sudah menginjak rem tapi tidak berhasil. Pun melihat kakinya, dia salah injak. Jadilah mobil terus melaju cepat, tepat ke arah pembatas jalan...
1 Comments
Please next sinopsis gasohug
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam