Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 5 - 3

 Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 5 - 3

Saat sit-up dalam pelajaran olahraga, Miao Miao memperhatikan kalau Qiao Yi dan Wu Yi tidak saling bicara. Ada apa dengan mereka belakangan ini?  Qiao Yi menyangkal.


Wu Yi tiba-tiba datang, maka Miao Miao pun menyingkir. Wu Yi berusaha meminta Qiao Yi untuk marah saja daripada mengabaikannya seperti ini. Dia hanya takut kalau Qiao Yi tidak menyukai Da Xiong.

"Itu urusanku. Kau boleh menyembunyikannya dari siapapun, tapi tidak seharusnya kau menyembunyikannya dariku!"

Wu Yi malah terpancing emosi, Qiao Yi kan juga menyembunyikan sesuatu darinya. Qiao Yi selalu saja bersama Yu Miao Miao, apa Qiao Yi pernah memikirkan perasaannya?!


Sontak kedua sahabat itu langsung terbakar emosi hingga mereka saling menyerang satu sama lain dengan ganas... hingga mereka berakhir disidang di hadapan Guru Gao.

Tapi keduanya masih saja emosi saling menyalahkan adan menuduh satu sama lain dan ujung-ujungnya perang fisik lagi dan menyatakan putus hubungan.

"Omong kosong!" Bentak Guru Gao. "Jangan seenaknya menyebut-nyebut kata putus. Kalian biasanya selalu dekat, apa sebenarnya yang terjadi?"

Tapi mereka malah kompak diam. Kalau begitu, Guru Gao menghukum mereka untuk menulis daftar enam kebaikan dan keburukan satu sama lain.


"Bolehkah saya menulis keburukan saja?" Sinis Wu Yi

"Aku bisa menulis 12 daftar keburukan."

"Aku bisa menulis 24!"

"Aku bisa menulis 48!"

"Aku bisa menulis 86!"

"Perkalian 48 hasilnya 98!" (Pfft! 96 kali)

Guru Gao sampai stres dan malu. "Jangan bilang-bilang ke siapapun kalau aku guru matematika kalian!"


Tapi malam harinya, Qiao Yi bingung harus nulis apa. Tepat saat itu juga, Guan Chao disuruh Ibu untuk mengantarkan makan malamnya Ayah ke kantor polisi. Guan Chao langsung menarik paksa jaketnya Qiao Yi dan menyeretnya pergi bersamanya.


Di kantor polisi, Ayah sebenarnya ingin menyerahkan surat izin cuti. Tapi saat ia masuk ruangan Kepala Polisi, ia malah melihat Kepala Polisi sedang sibuk menangani bertumpuk-tumpuk dokumen.

Biarpun mereka teman sekelas dulu, tapi Ayah jadi merasa tak enak utuk menyerahkan surat izin itu dan akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niatnya lalu membuang surat itu ke tong sampah.


Qiao Yi masih saja tertunduk lesu saat mereka keluar dari kantor polisi. Guan Chao penasaran, apa sebenarnya yang terjadi di antara Qiao Yi dan Wu Yi?

"Bukan urusanmu." Ketus Qiao Yi.

"Dia kan kurus banget, bagaimana bisa kau kalah darinya? Biasanya kau hebat banget kalau mukulin aku."

Qiao Yi sontak mempelototinya dengan kesal. Guan Chao akhirnya berhenti bercanda dan memberitahu Qiao Yi tentang alasan kenapa Ayah belakangan ini sering lembur.


Itu karena kepala polisi adalah teman sekelas Ayah dulu. Dulu Ayah sangat miskin, tapi ia orang yang pantang menyerah. Suatu hari, kepala polisi mendapati Ayah hanya makan bakpao.

Terus kepala polisi mengajak Ayah makan di cafetaria dan berbagi makanannya dengan Ayah. Kepala polisi juga akan memberika sepatunya pada Ayah kalau iabeli yang ukuran salah. Kepala Polisi bahkan memberikan sweater buatan ibunya untuk Ayah karena ukurannya pas untuk Ayah.

Tentu saja Ayah tahu betul semua yang dilakukan kepala polisi itu demi dirinya. Lalu suatu hari saat mereka menjalankan misi, Ayah melindungi kepala polisi dari serangan pisau.

"Qiao Yi, apa kau tahu apa itu teman sejati? Mereka melewati suka dan duka bersamamu, tumbuh bersamamu. Kalau kau bertemu dengan teman seperti itu, kau harus menghargainya dengan hidupmu."

"Kenapa aku tidak pernah mendengar Ayah bercerita tentang hal ini?"

"Karena aku ngarang." (Pfft!)

Sebenarnya Ayah terluka gara-gara dia memanjat pohon untuk mencuri buah kesemek. Tapi dia sengaja berbohong untuk membantu Qiao Yi memahami inti pesan yang dia kemukakan ini. Pikirkanlah!


Akhirnya, alih-alih menulis daftar keburukan Wu Yi, Qiao Yi malah menulis daftar berbagai kebaikan Wu Yi sembari mengingat berbagai kenangan mereka bersama.

Seperti misalnya saat Wu Yi pernah memuji ikat rambut barunya, Wu Yi selalu memujinya dan membuatnya jadi percaya diri.

"Tak pernah ada seorangpun yang pernah memberiku kepercayaan diri seperti yang dia lakukan."

Lalu suatu hari saat Qiao Yi tak sengaja menumpahkan ember air pel dan membuat Miao Miao and yang lain marah, Wu Yi lah satu-satunya yang membela dan melindungi Qiao Yi.

"Dia selalu bersamaku dan melindungiku. Setiap kali dia melihat sesuatu yang dia sukai, dia selalu membeli dua. Dia selalu menjadi orang pertama yang mengucap selamat ultah untukku. Dia bahkan ingat ulang tahu ayah dan ibuku. Setiap kali membicarakan tentang sahabat, yang pertama kuingat pastilah dia... Hao Wu Yi, aku sangat merindukanmu." Qiao Yi berkaca-kaca saat menulisnya.


Di sekolah keesokan harinya, Kepala Sekolah sendiri yang berjaga di gerbang untuk memeriksa seragam para murid. Seperti yang sudah diintruksikan kemarin, semua murid memakai seragam biru... tapi Wu Yi malah datang pakai seragam merah gara-gara kemarin dia telat dan tidak mendengarkan instruksi Guru Gao. Terang saja Kepala Sekolah langsung marah-marah mengomelinya.

Yan Mo sebenarnya juga salah pakai seragam, tapi dia lolos dari inspeksinya Kepala Sekolah dan langsung mengganti seragamnya dengan seragam biru yang dia simpan di laci mejanya.

Tapi saat mereka baru tiba di lapangan, Qiao Yi malah melihat Wu Yi di hukum dan dipermalukan di hadapan semua murid. Wu Yi benar-benar berusaha keras menahan air matanya saat Kepala Sekolah mengomelinya panjang lebar.

Qiao Yi tidak terima temannya diperlakukan seperti itu. Maka kemudian dia sengaja balik ke kelas, lalu kembali ke lapangan tak lama kemudian dengan memakai seragam merah.



Tangis Wu Yi pecah seketika melihat sahabat baiknya akhirnya memanggil namanya kembali alu naik ke atas panggung untuk menemaninya menerima hukuman.

Tanpa mempedulikan omelan Kepala Sekolah, kedua sahabat itu saling berpandangan dengan penuh haru dan saling menggenggam erat tangan satu sama lain. Guan Chao dan Da Chuan kagum melihat persahabatan mereka.

"Apa itu sahabat? Kau akan merasa cemburu melihatnya dekat dengan orang lain."


Setelah upacara usai, Miao Miao tiba-tiba menghampiri mereka dan memberi Wu Yi seutas gelang benang merah. Pakai itu biar kesialan mereka berubah menjadi keberuntungan dan dia jadi bintang keberuntungannya Qiao Yi. (Ah, jadi ini rahasia di antara Qiao Yi dan Miao Miao) Wu Yi langsung memakai gelang benang merah itu dengan antusias lalu memeluk Qiao Yi dengan penuh haru.

"Apa itu sahabat? Kau peduli tentang perasaannya dan kau takut kehilangan dia."


Dalam kilasan di tahun 2018, kita bisa melihat persahabatan mereka tetap awet dan kental dan Wu Yi masih memakai gelang benang merah itu.

"Di depannya, kau tidak perlu pura-pura jadi hebat, kau bisa tertawa ngakak, kau juga bisa menangis keras-keras."
 

Di kantor polisi, Kepala Polisi ternyata menemukan surat izin cutinya Ayah yang sudah Ayah buang ke kantor polisi. Ayah jadi canggung, tapi yang tak disangkanya, Kepala Polisi ternyata memberikan persetujuannya dan menandatangani surat izin itu. Ayah benar-benar senang dan tersentuh berkat kebaikan temannya itu.

"Sebagai seorang sahabat, kau harus selalu membantu dan mendukungnya. Bahkan sekalipun kau tidak mengekspresikan rasa terima kasihmu, dia pasti akan mengerti."


Yan Mo pulang ke rumahnya yang kosong dan sepi dengan sedih... saat tiba-tiba saja terdengar suara ibunya menyanyikan lagu ultah sambil bawa kue.

Yan Mo kaget. "Katanya Ibu tidak pulang?"

"Ibu bohong, Ibu ingin memberimu kejutan. Surprise!"

Yan Mo refleks tersenyum senang. Tapi sedetik kemudian dia sok jaim lagi. Ibu malah tambah getol menggodainya. Dan walaupun Yan Mo protes terus, tapi dia benar-benar bahagia.

Bersambung ke episode 6

Post a Comment

0 Comments