Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 1 - 3
Maunya berniat menghindari Yan Mo, tapi Qiao Yi malah ditelepon gurunya yang meminta bantuannya untuk menghubungi Yan Mo soalnya mereka ingin mengundang Yan Mo untuk memberikan pidato dalam acara ultah sekolah yang ke-60.
Qiao Yi tak mungkin menolak dan akhirnya berjanji akan mencoba menghubungi Yan Mo. Dia benar-benar galau gara-gara permintaan itu, tapi akhirnya dia menyerah dan mencoba menelepon nomornya Yan Mo sambil beralasan pada dirinya sendiri kalau dia menelepon Yan Mo bukan karena keinginannya sendiri.
Tapi saat teleponnya diangkat, yang menjawab malah suara wanita. (Hmm, siapakah wanita itu?) Qiao Yi shock banget sampai-sampai dia tidak sadar kalau dia menumpahkan coca-colanya ke lantai bawah.
Kejadian ini benar-benar membuatnya semakin bingung akan alasan Yan Mo kembali. Apakah Yan Mo kembali karena Yan Mo masih menyukainya? Ataukah Yan Mo kembali... karena Yan Mo sudah tidak ada perasaan apapun padanya lagi?
Saat dia masuk studio rekaman tak lama kemudian, dia malah mendengar kabar kalau MC acara ini mendadak masuk rumah sakit gara-gara terpeleset... ada seseorang yang menumpahkan coca-cola ke lantai. Oops!
Qiao Yi kontan berusaha melarikan diri secara diam-diam, tapi tiba-tiba Supervisor Hu memanggilnya... dan menunjuknya jadi MC pengganti. Pfft!Qiao Yi panik, dia tidak bisa, dia tidak pernah jadi MC. Apa yang harus dia katakan?
"Kau belum pernah hamil tapi kau berakting jadi orang hamil dengan baik."
Qiao Yi tetap tidak mau dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Yua Shuai, tapi dia langsung didorong ke ruang ganti untuk didandani, dia bahkan disuruh pakai high heels.
Dia benar-benar gugup dan di saat seperti ini, dia mulai melakukan kebiasaannya menggigiti kuku. Apalagi dia bahkan tidak tahu siapa tamu mereka.
Dia berusaha mengulur waktu dengan alasan mau mempelajari tamu mereka dulu. Tapi Supervisor Hu tak peduli dan langsung menyeretnya keluar.
Pada saat yang bersamaan, Yuan Shuai mengantarkan Yan Mo masuk ke studio. Yuan Shuai menyarankannya untuk di-makeup biar dia kelihatan bagus di kamera nanti, tapi Yan Mo menolak, dia tidak terbiasa.
Mungkin karena tidak terbiasa pakai high heels, Qiao Yi berjalan masuk ke studio pelan-pelan... tapi malah membeku di tangga saat melihat Yan Mo duduk di tempat syuting.
Tepat saat itu juga, Yuan Shuai melihat Qiao Yi dan langsung memperkenalkannya sebagai MC acara pada Yan Mo. Saat itulah tatapan mereka bertemu, tapi Yan Mo menatapnya dengan dingin.
Qiao Yi begitu terpana melihatnya sampai saat Yuan Shuai menegurnya. Berusaha menguasai diri, Qiao Yi pun turun lalu duduk di samping Yan Mo dengan gugup.
Yan Mo benar-benar dingin padanya. Dia bahkan memperkenalkan dirinya pada Qiao Yi dengan formal seolah mereka orang asing yang baru pertama kali bertemu.
Karena syuting belum dimulai, Yuan Shuai menyarankan mereka untuk ngobrol-ngobrol saja dulu. Baru setelah mereka ditinggal berduaan, Qiao Yi akhirnya menyapa Yan Mo dengan akrab.
Tapi Yan Mo tetap sedingin es padanya. Qiao Yi sampai harus mengingatkan dirinya sendiri untuk tenang menghadapi situasi ini dan tetap profesional. Maka dia terus berusaha ngobrol akrab dan ramah pada Yan Mo.
"Sudah cukup lama kau pergi, apa kau tidak merasa ada banyak perubahan?"
"Ya. Harga-harga pada naik."
"Lalu apa kau kembali ke sekolah kita? Kudengar kalau buku catatanmu masih beredar."
"Tidak."
"Berapa lama kau akan tinggal kali ini?"
"Aku akan pergi besok."
"Cepat sekali."
"Karena tidak ada alasan bagiku untuk tetap tinggal."
Qiao Yi kecewa mendengarnya. Syukurlah percakapan mereka tidak terdengar orang lain karena sedang ada masalah dengan audio saat itu.
Penasaran dengan teleponnya tadi, Qiao Yi refleks menggigiti kukunya dan memberanikan diri bertanya. "Kudengar kau punya pacar sekarang?"
"Siapa yang bilang?" Heran Yan Mo.
"Aku pernah meneleponmu, dan yang menjawabnya seorang wanita. Kenapa kau tidak mengganti nomor teleponmu?"
"Kau pikir aku menunggumu?" Nyinyir Yan Mo. "Kau selalu menggigiti kukumu setiap kali akau merasa bersalah."
"Kenapa kau mengganti topik?"
"Kalau begitu jawab pertanyaanku. Kenapa dulu kau menolakku?"
Qiao Yi kontan terdiam tak tahu harus menjawab apa, dan reaksinya itu kontan membuat Yan Mo jadi makin emosi. Dia benar-benar tidak punya alasan untuk tetap tinggal di sini.
Maka seketika itu pula, dia langsung beranjak pergi tanpa mempedulikan acaranya. Qiao Yi berusaha mengejarnya tapi high heels-nya menghalangi langkahnya.
Sesampainya di rumah, Yan Mo mendapat kiriman dari Inggris yang ternyata dompetnya yang sempat hilang. Sepertinya ada sesuatu yang penting di dalamnya hingga Yan Mo begitu kalut waktu dompetnya hilang waktu itu.
Temannya yang di Inggris menelepon saat itu dan mengabarkan kalau dia juga akan mengirimkan hape lamanya Yan Mo (hape nokia jadul). Yan Mo mengeluarkan suatu benda penting di dalam dompetnya yang ternyata adalah fotonya bersama Qiao Yi, jelas dia masih punya perasaan ke Qiao Yi.
Qiao Yi membawa pulang pigura foto dirinya. Namun ternyata ada rahasia di dalam foto itu. Saat dia membuka piguranya, ternyata foto itu adalah fotonya bersama Yan Mo semasa mereka duduk sebangku di SMA.
Flashback.
Dulu, saat mereka masih SMA, si gendut memaksa Qiao Yi untuk pasang senyum buat kameranya. Soalnya dia mau pasang buat mading. Tapi Qiao Yi lagi nggak mood senyum dan menyuruh si gendut untuk memotret Yan Mo aja.
Tapi Yan Mo dengan dinginnya mengingatkan Qiao Yi bahwa PR-nya Qiao Yi belum selesai. Tapi kemudian si gendut mengiming-imingi Qiao Yi bahwa dia akan menulis artikel tentang idolanya Qiao Yi - Jay Chou.
Qiao Yi akhirnya mau juga senyum buat kameranya si gendut dan tepat saat itu juga, Yan Mo juga menoleh ke arah Qiao Yi... dan begitulah ceritanya mereka bisa punya foto berdua.
Bersambung ke episode 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam