Flashback,
Thada ingin mengantarkan Sandee pulang semalam tapi Sandee menolaknya. Dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu pada Sandee tapi dia ragu dan akhirnya memutuskan untuk membatalkannya. Setelah Sandee pergi, dia langsung menelepon Thew yang saat itu sedang menunggu Sandee.
Thada secara blak-blakan menyuruh Thew untuk berhenti bergaul dengan Sandee bahkan mengklaim kalau Sandee tidak menyukai Thew.
Thew tidak percaya dan menuntut apakah Sandee sendiri yang mengatakan itu padanya ataukah semua itu sebenarnya ucapan dari Thada sendiri. Thada menolak mengakuinya dan mengklaim kalau dia tahu saja.
"Kau lucu sekali, kau bilang kau tidak punya perasaan padanya. Tapi kau selalu menjadi penghalang diantara aku dan dia dalam setiap kesempatan"
"Terserah. Pokoknya aku sudah memperingatkanmu"
"Apa sebenarnya maumu?"
"Mundurlah sebelum kau terluka"
Thew menjadi sangat kesal gara-gara itu. Dan gara-gara Thada lah, begitu Sandee pulang, Thew langsung menuntut Sandee untuk memberinya jawaban malam ini juga.
Begitu Thada menerima chat dari Sandee, Thada langsung buru-buru pergi. Dalam perjalanan, dia mengirim chat pada Sandee dan menyuruh Sandee untuk tidak memberi jawaban dulu pada Thew. Dia berusaha menelepon Sandee tapi Sandee tidak mengangkat teleponnya.
Karena saat itu Thew terus bersikeras menuntut Sandee untuk memberikannya jawaban malam ini juga. Sandee bingung harus menjawab apa. Dan akhirnya dia memutuskan untuk mengaku sejujurnya bahwa saat ini dia masih belum siap untuk memberikan jawaban apapun.
Bahkan sekalipun Thew berusaha meyakinkan Sandee bahwa dia sungguh-sungguh serius padanya, Sandee tetap belum bisa memberinya jawaban. Dia hendak pergi tapi Thew mencegahnya. Thew mengklaim kalau dia tidak ingin menekan Sandee.
Tapi kemudian dia malah mengusulkan agar mereka bermain batu, gunting, kertas sebanyak 3 kali dan kalau dia menang maka Sandee harus jadi pacarnya.
Tapi terlebih dulu dia memberitahu Sandee kalau dia akan mengeluarkan batu sebagai bukti kalau dia sungguh-sungguh tulus pada Sandee.
Jadi terserah Sandee mau mengeluarkan gunting yang artinya Sandee menerima cintanya, ataukan mengeluarkan kertas yang artinya Sandee menolaknya.
Sandee langsung protes, dia belum siap. Tapi Thew langsung memulai gamenya sekarang juga dan mengeluarkan batu sesuai janjinya.
Sandee bergerak refleks dan mengeluarkan kertas. Thew kecewa tapi ini baru permainan pertama, jadi dia belum mau menyerah begitu saja.
Mengacuhkan protes Sandee, kali ini Thew memberitahunya kalau dia akan mengeluarkan gunting. Dan lagi-lagi, Sandee menolaknya dengan mengeluarkan batu.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan?" tuntut Sandee
"Aku ingin membuktikan ketulusanku padamu. Agar kau bisa membuat keputusan cepat"
"Bukankah kau sudah kalah dua kali"
"Sekarang ronde terakhir. Aku akan mengeluarkan kertas. Kalau kau menang lagi, maka aku tidak akan lagi datang menemuimu"
Thew mengeluarkan kertas sesuai janjinya. Dan kali ini, Sandee ragu...
Kembali ke masa kini,
Sandee merenung bingung memikirkan apakah keputusannya kemarin malam benar atau tidak. Tiba-tiba dia tersadar dari lamumannya oleh bunyi sms masuk.
Dari seseorang yang anehnya memperingatkan Sandee untuk berhati-hati karena mungkin akan ada orang yang mencelakainya.
Thada akhirnya berhasil mengejar Sandee dan masih bersikeras menuntut apa yang terjadi sebenarnya antara dia dan Thew. Kesal, Sandee berusaha pergi mengacuhkannya. Tapi Thada terus bersikeras mengejarnya dan menuntut jawabannya.
Tidak ingin lagi diganggu Thada, Sandee akhirnya meminta maaf karena tidak seharusnya dia memberitahu Thada tentang Thew semalam.
Dia menegaskan bahwa masalah ini adalah sepenuhnya urusan pribadinya dan dia bisa menanganinya sendiri. Tapi Thada masih bersikeras menolak melepaskannya begitu saja.
Tepat saat itu juga, May tiba-tiba muncul mendorong Sandee menjauh dari Thada sampai dia terjatuh lalu melabrak Sandee sebagai penyebab kenapa Thada tidak pernah punya waktu untuknya.
Parahnya lagi, dia benar-benar bersikap seperti wanita yang terlalu posesif pada cowoknya bahkan menuduh Sandee merebut Thada darinya. Dia bahkan tidak percaya saat Sandee berusaha menjelaskan kalau dia dan Thada hanya teman biasa, teman satu grup.
Cemas, Thada langsung cepat-cepat menyeret May pergi dari sana. May memperingatkan Sandee untuk tidak lagi dekat-dekat dengan Thada sebelum akhirnya membiarkan Thada membawanya pergi dari sana.
Kejadian barusan benar-benar membuat Sandee tercengang sampai-sampai dia terus duduk disana dengan bingung. Thew datang tak lama kemudian, bingung melihatnya duduk di jalan lalu membantunya berdiri. Sandee heran kenapa Thew datang lagi padahal kemarin dia bilang kalau dia tidak akan datang lagi.
Oh, ternyata dalam ronde terakhir kemarin malam, Sandee lagi-lagi sengaja mengalahkan Thew dengan mengeluarkan gunting. Dia benar-benar menolak Thew dan meminta maaf setelahnya. Thew tentu saja kecewa tapi dia menerima keputusan Sandee.
Tapi walaupun semalam dia berkata kalau dia tidak akan menemui Sandee lagi jika dia kalah, nyatanya sekarang dia masih saja menemui Sandee karena dia merasa tidak bisa memenuhi ucapannya sendiri. Dia masih bersikeras ingin mencoba sekali lagi bahkan sekalipun dia tahu kalau dia akan kalah nantinya.
Dia hendak pergi, tapi tiba-tiba Sandee memanggilnya dan mengucapkan sesuatu yang sangat tidak disangkanya "Jika aku mengganti jawabanku dengan '
iya', apa yang akan kau katakan?"
Thew tentu saja bingung. Entah apa yang merubah pikiran Sandee, karena kali ini malah dia sendiri yang mengajak Thew pacaran dengannya. Thew shock, tak percaya dengan apa yang dia dengar, apa Sandee benar-benar sungguh-sungguh?
Begitu Sandee menjawabnya dengan anggukan kepala tegas, Thew langsung berteriak-teriak seperti penonton bola yang menjerit kegirangan setelah melihat tim unggulannya sukses memasukkan bola ke gawang.
Thada mengantarkan May pulang. Saat Ibunya May melihat mereka pulang bersama, dia langsung menuduh Thada sengaja membawa May keluar karena dia yakin sekali kalau May tidak mungkin keluar rumah dengan sendirinya.
May membela Thada dan meyakinkan ibunya kalau dia memang keluar atas keinginannya sendiri untuk menemui Thada. Kesal, Ibunya May berusaha mengusir Thada tapi May mencegahnya dan beralasan bahwa masih ada yang harus dia bicarakan di kamar berdua dengan Thada.
Setelah mengantarkan May sampai kamarnya, Thada berniat langsung pulang. Tapi May mencegahnya. Dia meminta maaf atas kejadian tadi. Tapi dia menolak melepaskan Thada dengan alasan kalau Thada pergi sekarang maka itu artinya Thada masih marah padanya.
Thada akhirnya menyerah dan duduk di samping May. Dengan lembut dia mengingatkan May bahwa jika dia terus disini maka Ibunya May akan memarahinya. Tapi May langsung menyandarkan kepalanya pada Thada dan bersikeras meminta Thada untuk tinggal bersamanya lebih lama.
Sanrak tidak mengerti kenapa Jane membelanya padahal jelas-jelas dia yang salah. Jane beralasan karena dia hanya ingin melindungi Sanrak. Na tidak boleh tahu bahwa asisten yang akan menggantikannya nanti, membuat kesalahan besar.
Dia akan pergi dari sini beberapa hari lagi dan Sanrak harus menjadi asistennya Na menggantikannya. Karena itulah, Na tidak boleh punya kesan buruk terhadap Sanrak .
"Kau harus menjadi orang yang bisa dia andalkan. Dan lagi, jika Ella tahu kalau kaulah yang membuat kesalahan ini maka dia pasti akan menggunakannya untuk menyerangmu dalam setiap kesempatan. Dan aku tahu betul bahwa orang yang rendah diri sepertimu, akan semakin menyalahkan dirimu sendiri"
Sanrak mengaku kalau dia sendiri juga ingin berhenti karena pacarnya memintanya untuk berhenti magang di sini. Tapi sekarang dia jadi bingung harus bagaimana kalau Jane mengundurkan diri juga.
"Aku membelamu berulang kali setiap kali membuat kesalahan. Tapi sekarang kau malah ingin berhenti hanya karena disuruh pacarmu? Seharusnya sekarang kau tahu bagaimana kau harus bertanggung jawab atas kesalahanmu dalam menangani artikel kolumnis Daoduen"
Malam harinya, semua pegawai sudah pulang. Tapi Sanrak melihat Jane masih lembur mengerjaka semua dokumen yang Na berikan tadi. Sanrak ingin membantunya tapi Jane menolaknya.
Tapi Sanrak tetap menemaninya disana lalu mulai bertanya-tanya, kapan Jane akan menikah. Dia beralasan kalau dia hanya ingin tahu karena dia ingin membantu di hari pernikahan Jane. Jane berkata kalau dia akan memikirkan masalah pernikahannya setelah segala urusannya beres.
"Lalu bagaimana kau tahu kalau dia adalah jodohmu? Maksudku bagaimana kau tahu kalau dia adalah orang yang ingin kau nikahi?"
"Itu... kurasa jika orang itu adalah seseorang yang membuatmu nyaman dan kau tidak perlu berusaha keras saat kau bersamanya"
Tiba-tiba Na datang untuk mengajak Sanrak pulang bersama. Sanrak menolak dengan alasan kalau dia masih ingin membantu Jane.
Tapi Na yang masih kesal dengan Jane, melarang Sanrak membantu Jane dan mengklaim kalau Jane bisa mengerjakan segalanya sendiri. Saat Sanrak masih bersikeras tidak mau pulang, Na langsung membawa pergi tasnya Sanrak untuk memaksanya pulang bareng.
Sanrak cepat-cepat mengejarnya dan terlepas dari larangan Jane, Sanrak tetap memutuskan untuk membuka rahasia kenapa Jane memutuskan untuk mengundurkan diri.
Dia berhenti bukan karena ingin meninggalkan Na, tapi karena ada hal lain yang ingin dia lakukan. Jane ingin mengejar impiannya, jadi bukankah Na seharusnya senang untuk Jane karena akhirnya Jane sekarang bisa meraih impiannya.
"Aku yakin kalau Khun Jane mencintai perusahaan ini sebesar cintamu pada perusahaan ini. Dia juga sedih karena harus meninggalkan tempat ini. Aku akan kembali untuk membantu Jane"
Na melihat kedua asistennya saling membantu mengerjakan pekerjaan mereka. Tampaknya Na sekarang sudah mulai melunak. Tidak ingin lagi memaksa kedua asistennya untuk bekerja keras, Na pun langsung pergi ke saklar listrik.
Sanrak membantu Jane tapi dia tak henti-hentinya bertanya ini-itu pada Jane. Kali ini dia bertanya berapa beda umur Jane dengan pacar mudanya yang bernama Kim itu.
Jane langsung menjawabnya dengan tatapan setajam silet, Sanrak akhirnya diam. Tapi Jane akhirnya memberitahu Sanrak bahwa dia dan Kim beda usia 9 tahun. Sanrak shock mendengarnya.
Saat mereka hendak serius mengerjakan pekerjaan mereka lagi, listrik tiba-tiba padam. Pekerjaan mereka akhirnya harus tertunda dan tepat saat itu juga, Na muncul kembali dan menyuruh Jane untuk melanjutkan pekerjaannya besok saja dengan alasan listrik padam lalu mengajak Sanrak pulang bersamanya sekarang.
Sandee tengah berjalan pulang saat tiba-tiba Fahsai memanggilnya dan mencemaskannya setelah tadi May melabrak Sandee. Tentu saja Sandee heran bagaimana Fahsai bisa tahu masalah itu.
Fahsai mengaku kalau dia mengetahuinya dari Thada, mereka bicara setelah Thada mengantarkan May pulang. Sandee mempercayainya dan meyakinkannya kalau itu cuma kesalahpahaman saja.
"Aku sudah terbiasa. Aku memang sering disalah pahami oleh cewek-ceweknya Thada. Aku sudah tidak terlalu peduli lagi sekarang"
"Kau tabah sekali. Kalau aku jadi kau, aku pasti sudah berhenti bergaul dengannya"
"Bagaimana bisa aku berhenti bergaul dengannya. Dia teman baikku. Ini cuma masalah kecil kau tidak perlu cemas"
"Kau benar. Tapi apa kau baik-baik saja? Dia kan sampai datang kemari dan mengamuk padamu"
"Kurasa aku bisa memahaminya. Lagipula, aku tahu kalau dia... kurang sehat. Aku kasihan padanya"
Sandee sama sekali tidak sadar bahwa semua yang dia ucapkan tadi sebenarnya direkam oleh Fahsai secara diam-diam.
Sesampainya di rumah dan melihat kalender, Sandee baru menyadari kalau dia sudah telat 2 hari. Hmm... jangan-jangan...
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam