Melihat Raja berlari padanya dengan dramatis, Shao Yong buru-buru menyetopnya. Para prajurit ketawa ngakak menertawai Shao Yong, dia kayak kura-kura terbalik.
Shao Yong langsung bangkit dan ngamuk-ngamuk sok kejam memarahi dan mengkritiki mereka. Dia lalu minta maaf pada Raja dan mengklaim kalau dia ngamuk-ngamuk sampai lupa ada Raja di sini.
Tapi Da Xi malah semakin terkagum-kagum padanya, malah dengan santainya menyeka keringatnya Shao Yong.
"Shao Yong, jangan bersikap seperti orang asing. Mendisiplinkan itu penting. Itu bisa membuat mereka jadi pengawal yang lebih baik untukku, iya kan? Shao Yong, kau adalah payung pelindungku. Aku merasa aman kalau ada kau."
Shao Yong jelas tambah ngeri dengan sikap Raja. Apalagi Raja tiba-tiba bergerak mendekat mau memeluknya, Shao Yong sontak mendorongnya lalu cepat-cepat menyilangkan tangan di d~$a.
"Yang Mulia, tolong lepaskan hamba. Hamba sungguh tidak menyukai pria." Shao Yong langsung lari terbirit-birit.
"Aku tahu kau tidak menyukai pria, tapi aku menyukai pria."
Di tengah jalan, Shao Yong bertemu Jenderal. Shao Yong langsung panik meminta Jenderal untuk menyelamatkannya. Tapi saat dia hendak mengatakan apa masalahnya, mendadak dia takut kalau orang lain sampai tahu tentang perasaan Raja padanya.
Bagaimana kalau itu malah membuat Raja marah, dia bisa mati. Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan hanya minta cuti beberapa hari dengan alasan kalau Ibunya sudah menemukan calon istri untuknya. Makanya dia harus pulang, mungkin dia akan menikah juga.
Jenderal mempercayainya begitu saja, malah senang mendengar kabar baik itu dan mengizinkan Shao Yong libur.
Da Xi bangun pagi-pagi dan langsung minta dibawakan pakaian biasa. Tentu saja hari ini dia mau pergi melihat Shao Yong latihan lagi tanpa memakai jubah kebesaran raja.
Tapi sesampainya di sana, dia tidak melihat Shao Yong. Di mana Shao Yong? Kenapa dia tidak ada di sini? Apa dia sakit?
Salah satu prajurit langsung tergagap ketakutan. "Yang Mulia, Prajurit Shao, dia... dia..."
"Dia kenapa?"
"Dia minta cuti. Dia bilang kalau keluarganya sudah menemukan calon istri, jadi dia pulang untuk menikah."
Takut Raja marah, si prajurit buru-buru meyakinkan Raja bahwa biarpun Shao Yong menikah tapi dia tetap prajuritnya Raja. Pada dasarnya, Shao Yong masih milik Raja. Jadi dia memohon, ampunilah Shao Yong.
Da Xi shock, "Di-dia... mau menikah?"
Dia langsung oleh ke belakang. Untunglah, Shen Jia sigap menangkapnya. Da Xi patah hati dengan dramatisnya sampai kakinya lemas kelimpungan ke kanan dan ke kiri, "Shao Yong mau menikah!"
Shen Jia sampai khawatir. Da Xi menyuruhnya pergi, dia mau sendirian. Pergi! Pergi! Shen Jia terpaksa pergi meninggalkannya.
"Sudah berakhir. Sudah tak ada harapan tersisa. Sebesar apapun aku mencintai pria tampan, aku tidak akan pernah bisa jadi selir seseorang. Kenapa Langit memperlakukanku seperti ini? Bagaimana bisa menjadi raja pun, tidak cukup untuk dekat dengan Shao Yong?"
Sialnya lagi langit malah menurunkan hujan deras tepat saat itu juga. Da Xi pun menangis dan meratapi nasibnya di bawah rintik hujan.
Shen Jia mondar-mandir gelisah di depan kamar raja, cemas karena Raja belum kembali sampai sekarang. Ji Man sampai kesal melihatnya berlalu lalang. Bisa tidak dia berhenti mondar-mandir? Bikin pusing saja.
"Raja belum kembali. Sekarang sudah larut malam. Bagaimana kalau terjadi sesuatu?"
"Jangan khawatir. Dia pria dewasa. Dia tidak mungkin tersesat di istana. Dia mungkin cuma sedang butuh kedamaian. Dia pasti akan segera kembali."
"Aku ragu. Kau tadi tidak melihat tatapan matanya, penuh dengan keputusasaan. Aku takut Yang Mulia akan melewati batas dan bertindak gegabah."
Ji Man mulai cemas mendengarnya. Kenapa dia tidak bilang sedari tadi? Apa mondar-mandir bisa membantu? Cepat cari dia! Tapi Shen Jia tidak tahu musti nyari ke mana, sendirian lagi. Ah, dia akan minta bantuan saja.
"Gadis bodoh itu sebaiknya tidak melakukan sesuatu yang gegabah. Jika tidak, tamatlah riwayatku. Tubuhku akan hilang dan aku bakalan harus menghabiskan sisa hidupku jadi pelayan istana. Itu tidak boleh terjadi. Aku harus memikirkan sesuatu."
Da Xi akhirnya kembali saat itu, tapi langsung ambruk dan pingsan. Ji Man langsung memerintahkan Shen Jia utuk memanggil tabib dan para kasim lainnya memapah Da Xi ke tempat tidur.
Ibu Suri tidak bisa tidur karena perasaannya tak bisa tenang, takut terjadi sesuatu pada Raja. Qiu Shui berusaha menenangkannya, dia yakin Raja baik-baik saja. Tapi kemudian, datanglah pelayan yang mengabarkan kalau Raja pingsan. Ibu Suri langsung cemas mendengarnya.
Di kamar Raja, seorang tabib tengah berusaha mengobati Raja. Tapi alih-alih memberinya obat atau semacamnya, si tabib malah menyemburkan air ke muka Raja seolah dia sakit gara-gara kerasukan setan. Pfft! Ternyata dia memang tabib merangkap dukun.
Ji Man jelas kaget melihat itu. Tapi saat dia hendak protes, Shen Jia menghentikannya dan menyuruhnya jangan ikut campur. Ji Man kesal, baru tahu dia ternyata itu yang selama ini mereka lakukan padanya. Pantas saja setiap kali bangun dari sakitnya, dia selalu merasa lengket dan bau. Menjijikkan!
Ibu Suri tiba saat itu dan langsung menampar Shen Jia, "Apa begini caramu menjaga Raja?!"
Shen Jia langsung meminta maaf dan berusaha menjelaskan kalau tadi Raja sendiri yang ngotot ingin ditinggal sendirian. Tapi Ibu Suri tidak terima alasan apapun. Bisa-bisanya Shen Jia menuruti perintah Raja begitu saja.
Ji Man diam memperhatikan Ibu Suri yang tampaknya benar-benar cemas melihat putranya terbaring sakit. Tabib meyakinkan kalau Raja cuma demam dan tidak menderita penyakit serius lainnya.
Ibu Suri menyuruh semua orang keluar. Tapi Ji Man memutuskan mengkonfrontasi Ibu Suri dan terlebih dulu memperkenalkan dirinya sebagai pelayan pribadi Raja yang dipilih sendiri oleh Raja.
"Kalau begitu, kau harus menjaga Raja dengan baik agar kau tidak mengecewakannya."
"Tentu saja. Ibu Suri, saya dengar belakangan ini Yang Mulia menghindari Ibu Suri. Seperti yang anda dengar tadi dari tabib bahwa kondisi Yang Mulia tidak serius. Saya rasa Yang Mulia akan sangat marah jika ia melihat Ibu Suri di sini saat ia bangun nanti. Jadi maafkan saya atas kelancangan saya demi kebaikan Yang Mulia, mohon Ibu Suri meninggalkan kamar Yang Mulia."
Ibu Suri jelas tidak terima. Tapi Ji Man terus bersikeras menuntutnya dengan alasan demi kesehatan Raja. Ibu Suri akhirnya mengalah, tapi dia menyuruh Ji Man tetap di sini dan menjaga Raja dengan baik.
"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Yang Mulia, aku akan menuntutmu untuk bertanggung jawab!"
Setelah Ibu Suri pergi, Ji Man mendekati Da Xi dan memohon padanya untuk bertahan.
Shen Jia dan Ji Man terus berada di sana menunggui Raja sampai ketiduran. Da Xi akhirnya bangun tak lama kemudian dan mendengar suara kecapi dari kejauhan. Penasaran, dia langsung keluar tanpa membangunkan mereka berdua.
Dia mendapati Ibu Suri lah yang tengah memainkan kecapinya di paviliun. Dari kejauhan, dia mendengar Qiu Shui mengoceh cemas di samping Ibu Suri karena Ibu Suri bermain kecapi terus sedari tadi dan berusaha memintanya beristirahat.
Tapi Ibu Suri tidak peduli, malah terus mencemaskan keadaan putranya. Dia bercerita bahwa waktu Ji Man masih kecil, dia selalu suka mendengarkan permainan kecapinya setiap kali dia sakit atau ketakutan.
"Kuharap suara untaian ini bisa menjaganya tetap aman dan membantu penyembuhannya."
Mendengar itu, Da Xi mulai keheranan. Ibu Suri yang sebenarnya itu yang mana. "Kadang aku merasa kau membenciku, tapi kau sangat baik padaku. Kau jelas peduli padaku, tapi kau sangat keras."
Dia memutuskan untuk mendekati Ibu Suri dan meminta Ibu Suri untuk istirahat saja dan tidak usah mencemaskannya, khawatirkan saja dirinya sendiri. Kata-katanya memang terdengar kasar, tapi sebenarnya dia canggung saat mengucapkannya.
"Baiklah. Aku tahu kalau kau masih peduli padaku."
Da Xi langsung berbalik mau pergi. Tapi Ibu Suri cepat menghentikannya. Ibu Suri tahu ada kesalahpahaman di antara mereka berdua. "Biarkan aku memberitahumu apa yang sebenarnya terjadi selama bertahun-tahun ini."
Flashback.
Suatu malam setelah Raja terdahulu mangkat, Qiu Shui tak sengaja mendengar dua orang pelayan yang menggosipkan Pangeran yang masih kecil dan Ratu yang lemah. Mereka bertanya-tanya bagaimana cara Ratu melindungi putranya.
Sementara itu di dalam, Ibu Suri tengah mengajari Ji Man menulis. Qiu Shui masuk tak lama kemudian dan melapor kalau Pangeran regen sudah mulai membentuk aliansi bersama para pejabat untuk merebut tahtanya Ji Man.
Ji Man kecil kaget mendengarnya. Tapi Ibu Suri meyakinkannya untuk tidak cemas dan tidak usah memikirkan rumor itu. "Kau memiliki ibu. Dengar, kau teruslah belajar, dan ibu akan mencari tahu apa yang sedang terjadi."
Ibu Suri lalu meminta Qiu Shui untuk membantunya ganti baju dan mengubah gaya rambutnya jadi seperti saat dia baru pertama kali masuk istana, sederhana dan polos.
Saat Pangeran Regen tiba di paviliun, dia mendapati Ibu Suri menyambutnya dengan dandanan baru. Jelas dia bermaksud merayu Pangeran Regen. Bukankah dulu Pangeran Regen suka melihatnya menari dengan dandanan seperti ini?
"Apa kau memanggilku kemari untuk mengenang masa lalu?"
"Aku tahu aku berbuat salah padamu di masa lalu. Tapi pilihan apa yang kumiliki? Dia Raja. Kata-katanya adalah keputusan akhir. Jika aku menolaknya maka kau akan terpengaruh bersama seluruh anggota keluargaku. Aku tidak mau melihat orang yang kucintai menderita. Apa kau mengerti?"
"Apa tujuanmu mengungkit masa lalu?"
"Masa lalu adalah masa lalu, tapi perasaan yang kita miliki pada satu sama lain masih ada. Aku memanggilmu kemari hari ini adalah untuk mengenang masa lalu sambil minum arak."
Tapi Ibu Suri juga mengakui bahwa ia mengalami kesulitan dan ia harap Pangeran Regen akan membantunya demi masa lalu mereka. Ini adalah harapan terakhirnya. Pangeran Regen bersedia mendengarkan permintaannya. Tapi... dia merindukan tarian Ibu Suri.
Terpaksalah Ibu Suri menari-nari untuknya sebelum kemudian menjatuhkan diri ke pangkuan Pangeran Regen dan menawarkan arak. "Bagaimana menurutmu, apa (tariannya) masih sebagus dulu?"
"Kakakku tersayang. Aku penasaran bagaimana perasaanmu melihat istrimu melemparkan dirinya ke tanganku? Katakan saja, apa yang kau inginkan dariku?"
Ibu Suri tahu kalau Pangeran Regen tidak suka kalah dari orang lain. Karena itulah dia mungkin akan menggantikan Ji Man sebagai Raja.
Tapi mendapatkan tahta secara tidak sah, hanya akan membuat orang-orang punya alasan untuk memberontak. Dan para pejabat akan punya kekuatan untuk merebut tahta.
Ia meyakinkan kalau Pangeran Regen mendukung Ji Man, dia akan memastikan posisi dan kekuasaan Pangeran Regen tidak akan pernah berubah. Pangeran Regen tidak usah merebut tahta, dengan begitu kekuasaannya akan tetap sah.
Bujukannya sukses. Pangeran Regen menyetujuinya dengan mudah. Dia bersedia merelakan tahta pada anak kecil itu. Tapi terlebih dulu dia ingin mendapatkan segala sesuatu yang pernah menjadi milik kakaknya, Ibu Suri akan jadi yang pertama.
"Kalau begitu kita sepakat?" Tanya Ibu Suri sambil menyodorkan araknya. Tapi Pangeran Regen masa bodoh dengan arak dan lebih tertarik membuka pakaian Ibu Suri.
Suatu malam, Pangeran Regen mendatangi kamarnya Ibu Suri sambil ketawa senang dan langsung memeluk Ibu Suri terang-terangan di hadapan para pelayan.
Ibu Suri jelas tak nyaman dan buru-buru mengusir semua pelayan dan meyuruh Qiu Shui untuk membawakan kudapan dan arak.
Begitu mereka berduaan, Ibu Suri langsung sok mesra padanya. Qiu Shui kembali tak lama kemudian dengan membawakan berbagai makanan dan arak lalu keluar meninggalkan mereka berduaan dengan cemas.
Ibu Suri dengan sengaja membuatnya minum terus menerus dengan alasan berterima kasih atas jasa dan dedikasi Pangeran Regen pada Ji Man dan juga rakyat negeri ini.
Tak butuh waktu lama, Pangeran Regen pun mabuk dengan cepat. Ibu Suri langsung memanfaatkan saat itu untuk mencari tahu darinya tentang siapa saja pejabat pemerintahan yang bisa dipercaya.
Pangeran Regen yang sudah mabuk, dengan mudahnya membocorkan siapa-siapa saja para pejabat yang bisa dipercaya.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam