Sinopsis Before We Get Married Episode 1 - 1

 Sinopsis Before We Get Married Episode 1 - 1

Selanjutnya: Episode 1 - Part 2

Chu Ke Huan (Jasper Liu) adalah seorang financial trader sukses dan berprestasi yang telah mendapatkan award selama 7 tahun berturut-turut. Dia masuk ke sebuah ruang seminar untuk memberikan pidatonya.


"Biarkan aku bertanya. Jika hari ini kalian memiliki seperempat dolar, lalu uang itu terjadi ke tanah dan hilang, tolong angkat tangan bagi siapa saja yang akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya kembali."

Begitu beberapa orang angkat tangan, Ke Huan langsung mengucap selamat dengan nada nyinyir. Selamat karena mereka akan menjadi orang bodoh miskin.

Memang kehilangan uang bisa menyebabkan kepanikan bagi beberapa orang, namun hal yan paling penting untuk bisa sukses dalam trading adalah kualitas pikiran.

Mereka harus bisa punya ide sendiri untuk setiap pemasukan dan pengeluaran. Di dunia ini, tidak ada investasi tanpa kerugian. Karena itulah mereka harus berani mengambil resiko.

"Investasi dan berkencan sebenarnya sama. Aku yakin bahwa orang yang berselingkuh juga memiliki mental mengambil resiko. Investasi pasti memiliki resiko. Berselingkuh juga ada konsekuensinya."


Tanpa dia ketahui, di tempat lain, ada seorang wanita yang justru sedang melakukan apa yang dia nyinyirin itu. Hanya demi satu uang koin, wanita itu rela mengejarnya bahkan sampai ngesot di atas got demi memancing uang koin itu. (Wkwkwk! Segitunya amat, mbak)


Wanita itu adalah Zhou Wei Wei (Puff Kuo) Berbeda dengan Ke Huan yang berani mengambil resiko dalam segala hal, Wei Wei justru orang yang lebih suka bermain aman dengan merencanakan segala hal dalam hidupnya dan benar-benar mengikuti rencana hidupnya itu dengan ketat. Wei Wei bahkan memiliki sebuah buku jurnal berisi segala macam rencana hidup dan masa depannya.

Wei Wei memiliki seorang pacar bernama Li Hao Yi yang juga bekerja di perusahaan yang sama dengannya, tapi mereka menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang.

Dan sepertinya Wei Wei terobsesi membuat berbagai rencana hidupnya karena dia terpengaruh oleh Hao Yi karena Hao Yi adalah orang yang terobsesi menghemat uang dan membuat rencana-rencana hidupnya dan masa depannya.

Bahkan saat orang-orang di kantor heboh rebutan beli kamera DSLR yang lagi diskon di online shop, cuma dia seorang yang tidak ikut-ikutan karena dia merasa kamera itu tidak ada gunanya untuknya.

Dia bahkan mengaku kalau dia tidak punya kartu kredit karena menurutnya hanya uang tunai yang bisa menjaganya dari pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting.

Bukan cuma mengatur segala macam hal dalam hidupnya, kehidupan cintanya dengan Wei Wei juga dia rencanakan sesuai jadwal. Mereka biasanya hanya bertemu dan kencan tiap akhir pekan.


Hari itu, ada masalah dengan peluncuran produk di perusahaannya Wei Wei. Atasannya Wei Wei Wei, Jessica, marah besar begitu mengetahui masalah itu dan langsung memerintahkan Wei Wei untuk pergi ke perusahaan partner mereka dan mengecek apa yang terjadi. Selesaikan masalah secepatnya dan kembali tepat waktu untuk rapat.
 

Wei Wei pun terburu-buru naik taksi. Tepat saat tiba di tempat tujuan, Ke Huan mengantri untuk naik taksinya tapi dia tak bisa segera masuk karena Wei Wei masih menunggu pak supir memberinya struk pembayaran.

Saking buru-burunya sambil sibuk teleponan dengan partner-nya, Wei Wei langsung lari secepat mungkin... tapi malah bertubrukan dengan seorang skater.

Tasnya dan seluruh isinya berhamburan di trotoar. Parahnya lagi, tiba-tiba ada sepeda motor lewat yang membuat struk taksinya terbang. Wei Wei sontak panik mengejar struk itu dan hal itu kontan menarik perhatian Ke Huan.


Struk itu terus terbang kesana-kemari sampai akhirnya sampai di dekat Ke Huan, dia langsung menangkap struk itu dengan mudah dan membaca nominalnya cuma NT$105.

"Struk ini cuma NT$105. Kenapa kau susah payah mengejarnya?" Heran Ke Huan.

"Buat ditukar (minta ganti ke perusahaan), makanya aku harus mengejarnya. Terima kasih." Wei Wei langsung mengambil struk itu lalu pergi.


Ke Huan geli sekaligus heran melihat wanita itu. Dia akhirnya naik taksi tapi malah menemukan buku jurnal merahnya Wei Wei yang ketinggalan saking buru-burunya dia tadi.


Hari ini, Ke Huan dan seorang saingannya bernama Shu Ming sedang bertanding dalam pasar saham demi mendapatkan posisi CEO modal ventura. Awalnya, saingannya Ke Huan itu tampak unggul sampai membuat timnya Ke Huan mulai panik.

Tapi Ke Huan tetap tenang dalam melihat, menilai, dan menghadapi segalanya lalu menyuruh semua orang di timnya untuk mengirimkan semua kuota mereka padanya. Awalnya tidak tampak ada perubahan apapun, tapi dengan cepat situasi terbalik.


Sahamnya Ke Huan mulai semakin menanjak tinggi hingga berhasil terjual dengan harga tinggi. Ke Huan akhirnya menang dan sukses jadi CEO baru.

Sementara Shu Ming cuma bisa merana setelah rugi besar. Padahal sebenarnya Ke Huan sudah memperingatkannya sejak awal kalau saham pilihan Shu Ming itu beresiko, tapi Shu Ming tidak mau dengar.


Yan Bai Yang penasaran kenapa Ke Huan ingin sekali menjadi CEO. Yah memang sih, jabatan CEO tuh kelihatan mentereng, tapi kan gajinya segitu-gitu aja. Bukankah lebih baik main saham?

"Kau tahu berapa lama aku main saham?"

Bai Yang tahu, 7 tahun. Dan selama kurun waktu itu, Ke Huan sudah memenangkan 2 kali putaran pada setiap inspeksi yang diadakan tiap 3 setengah tahun. Makanya dia merasa sayang sekali karena sekarang Ke Huan malah memilih jadi CEO.

Tapi Ke Huan tidak merasa seperti itu, baginya uang sudah tidak penting lagi. Dia cuma ingin istirahat dan tidur tenang sekarang.


Selesai main squash, dia mulai tertarik untuk membuka buku jurnalnya Wei Wei. Bai Yan heran melihatnya, buku itu kan punya orang, nggak sopan membaca buku milik orang.

"Kalau aku tidak membacanya, lalu bagaimana aku bisa mencari tahu pemiliknya?" Alasan Ke Huan.

Dia dengan cepat menemukan nama pemiliknya, Zhou Wei Wei, berkat kartu nama yang tersemat di bagian belakang buku itu.


Baru setelah dia kembali ke kantor, Wei Wei sadar kalau dia kehilangan buku jurnalnya. Dia langsung panik mencari rekannya yang sekaligus teman serumahnya, Han Ke Fei, tapi malah mendapati Ke Fei sedang merayu seorang cowok di ruang kosong.

Ke Fei memang hobi tidur dengan sembarang cowok sih, makanya Wei Wei nggak terlalu kaget dengan pemandangan itu. Tapi apa Ke Fei melihat buku jurnalnya tadi? Ke Fei kesal, nggak lihat!


Yang jadi masalah besar, di dalam jurnal itulah Wei Wei menyimpan password file proyeknya. Dan sekarang rapat jadi tertunda gara-gara dia tidak ingat apa password-nya.

Jessica mulai kesal, dia harus melaporkan proyek ini ke bos dalam waktu 1 jam 20 menit lagi. Kalau dia tidak bisa melapor tepat waktu, maka dia akan dimarahi. Dan kalau dia sampai di marahi bos, maka jangan harap Wei Wei bisa kerja di sini lagi.

Dia tidak terima kesalahan sekecil apapun, apalagi dalam proyek besar seperti ini. Bisa-bisanya dia malah lupa pasaword-nya!

Untung saja saat itu juga, ada nomor asing yang menelepon dan mengabarkan bahwa dia datang membawa buku jurnalnya Wei Wei.


Wei Wei langsung minta waktu 3 menit saja lalu bergegas keluar ke lobi untuk menemui Ke Huan. Wei Wei masih ingat padanya dan sebagai ungkapan terima kasih, dia berjanji akan mentraktir kopi Ke Huan lain kali.

Tapi begitu mendengar kata 'traktir kopi', Ke Huan malah tiba-tiba memberitahu Wei Wei bahwa di luar negeri, istilah 'traktir kopi' itu artinya Wei Wei tertarik padanya. (Pfft! Cowok aneh)

Wei Wei mulai ilfil padanya, dia cuma mengerti bahasa Cina jadi dia tidak mengerti apa maksud Ke Huan. Tapi dia sungguh-sungguh ingin mentraktir Ke Huan minum kopi.

"Kau imut juga kalau lagi marah."

"Kalau kau terus bicara padaku dengan cara seperti ini, aku akan memanggil polisi."


Dia tidak ada waktu meladeni Ke Huan lagi karena Jessica menelponnya saat itu. Tapi Ke Huan malah tiba-tiba berkomentar. "Bukankah membeli rumah di Taipei dengan harga 20 juta itu terlalu sulit?"

Wei Wei kaget. "Kau membaca buku jurnalku?"

"Kalau aku tidak membacanya, lalu bagaimana bisa aku menemukanmu?"

"Akan kutuntut kau!" Kesal Wei Wei lalu pergi. Ke Huan geli melihatnya.

Jessica hampir saja membubarkan rapat, tapi untunglah Wei Wei kembali tepat waktu dan rapat akhirnya bisa dimulai.


Biarpun mereka biasanya hanya kencan waktu weekend, tapi hari ini pengecualian karena hari ini adalah hari jadian mereka yang ke-3.

Malam harinya, Wei Wei dan Hao Yi makan malam di sebuah kedai yang menawarkan sidedish gratis dan Hao Yi dengan seenaknya mengambil banyak sampai di pemilik kedai menatapnya dengan kesal. Tapi Hao Yi masa bodo, ini kan gratis. Astaga, nih cowok... duh!

Bahkan saat Wei Wei curhat tentang rapat yang hampir gagal tadi, bukannya menghibur atau menyemangati Wei Wei, satu-satunya yang Hao Yi pikirkan adalah jika Wei Wei gagal dan dipecat, maka rencana mereka untuk pensiun pada usia 65 tahun, akan gagal total.

Bagaimanapun, mood Wei Wei agak membaik setelah makan bersama Hao Yi. Tepat saat itu juga, Wei Wei melihat seorang rekannya lewat depan kedai. Wei Wei sonyak menyembunyikan dirinya dengan panik. Tapi untunglah orang itu tidak melihat mereka.

Dan lagi-lagi, satu-satunya yang Hao Yi khawatirkan adalah jika mereka ketahuan kencan, maka mereka akan dipecat. Kalau seperti itu, maka semua rencana masa depan mereka akan gagal.


Parahnya lagi, dibanding mementingkan hari jadian mereka ini, Hao Yi lebih tertarik memindai kode QR tiket-tiket lotre-nya. Wei Wei sampai gregetan melihatnya, bagaimana bisa Hao Yi malah lebih mementingkan tiket-tiket lotrenya dibanding merayakan hari jadian mereka?

Hao Yi beralasan kalau ini adalah cara lain merayakannya. Kalau mereka menang, maka mereka bisa makan enak dan sisanya ditabung. Bayangkan kalau mereka bisa menang 10 juta, mereka bisa beli mobil dan sisanya untuk hipotek rumah mereka.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments