Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 18 - 2
Berbeda dengan keluarga Wei Yi yang menghabiskan malam tahun baru dengan sepi dan tenang, keluarga Mo Mo justru merayakan tahun baru dengan penuh keceriaan, menyalakan kembang api sambil bercanda seru bersama keluarga-keluarga lainnya.
Wei Yi sedang sibuk sendirian mempelajari benda-benda artefak ayahnya saat Mo Mo menelepon dan dengan antusias memperdengarkan suara-suara kembang apinya pada Wei Yi dan berhasil membuat Wei Yi sedikit ceria.
Saat Ayah dan Wei Yi berkendara berdua malam itu, mereka melihat kembang api yang menyala indah di langit malam dan kontan membuat Wei Yi bergumam merindukan Mo Mo.
"Alangkah bagusnya kalau aku menikmati itu bersama Si Tu Mo."
Ayah tercengang mendengarnya, mungkin beliau berpikir kalau putranya ternyata sangat mencintai Mo Mo.
Setengah bulan kemudian...
Mo Mo akhirnya kembali. Tapi setibanya di halte, Wei Yi tidak tampak di mana-mana, dihubungi pun tidak bisa. Tapi tiba-tiba Wei Yi datang meluncur dengan skateboard. (Wah, sejak kapan dia jadi ahli main skateboard?)
Mo Mo sampai terpana dibuatnya. Cepat-cepat menguasai diri, Mo Mo sontak protes karena Wei Yi tidak menjawab teleponnya.
"Aku lagi skateboarding, berbahaya kalau sambil teleponan."
Oh, gitu. Tapi bagaimana dia tiba-tiba bisa menguasainya? Wei Yi dengan bangga mengklaim kalau dia tiba-tiba bisa saja dengan sendirinya. Bukankah dia hebat?
"Terus bagaimana caranya kau akan membawa koperku dengan skateboard?" Tanya Mo Mo sengaja menghindari topik.
Gampang, Wei Yi cuma tinggal memegang skateboard dengan satu tangan dan membawa kopernya Mo Mo dengan tangan satunya. Dia pasti bisa kok.
Awalnya memang dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi setelah beberapa lama, sepertinya dia cukup kesulitan juga. Tapi saat Mo Mo berniat mau membantunya, dia ngotot menolak.
Di tengah jalan, dia malah melihat sepasang kekasih yang jalan bergandengan tangan sambil bawa koper yang kontan membuatnya mupeng karena dia tidak bisa melakukan hal yang sama gara-gara kedua tangannya penuh.
Parahnya lagi, Mo Mo yang melihatnya lambat, langsung saja mengambil alih semua barang bawaannya lalu berjalan mendahuluinya. Wei Yi kecewa.
Tapi setibanya di rumah, tiba-tiba saja dia menggandeng paksa tangan Mo Mo, berniat menirukan sepasang kekasih tadi. Bawa koper sambil bergandengan tangan biar romantis gitu.
Tapi bukannya merasa romantis, Mo Mo malah menatapnya dengan aneh. Sejak kapan Wei Yi belajar semua ini?
"Aku tidak mempelajarinya." Wei Yi mendadak ngambek.
Tapi Mo Mo dengan cepat meluluhkan hatinya dengan memeluk Wei Yi. "Gu Wei Yi, kau sangat romantis."
"Terima kasih. Si Tu Mo, aku merindukanmu."
Semua orang sudah berkumpul saat Wei Yi masuk lab. Zhou Lei kecewa, dia kira Senior Lu Jian Shi yang datang. Yu Yin tak percaya mendengar cara Zhou Lei menyebut Jian Shi. Dia juga seniornya Zhou Lei, tapi Zhou Lei tidak pernah menghormatinya.
"Kau kan tidak bisa menentukan apakah aku akan bisa pergi ke Universitas Heidelberg atau tidak."
"Kalau aku tidak jadi pergi, maka kau akan bisa pergi."
"Kau tidak akan pergi?" Zhou Lei langsung antusias.
"Tentu saja aku akan pergi."
Kecewa, Zhou Lei langsung beralih membujuk Wei Yi tidak usah pergi ke Jerman saja. Dia kan baru saja jatuh cinta.
Jian Shi datang saat itu dan Zhou Lei langsung semangat menunjukkan laporan lab yang dibuatnya semester kemarin. Biar Jian Shi bisa melihat kualitas laporan lab-nya.
Tapi Jian Shi mengaku kalau dia sudah melihat semua laporan lab-nya mereka... dan laporannya Wei Yi jauh lebih bagus daripada punyanya Zhou Lei. Zhou Lei sakit hati mendengarnya. Apalagi Prof Jiang dan Yu Yin tiba-tiba memalingkan muka mereka yang jelas menunjukkan kalau mereka sebenarnya setuju dengan Jian Shi hanya saja mereka tak enak pada Zhou Lei.
Saat membantu Prof Jiang di kantornya, Jian Shi heran memikirkan sikap Zhou Lei. Kenapa dia bertingkah seperti anak kecil tapi tak ada seorang pun yang mengoreksinya.
"Apa kau tidak merasa Zhou Lei itu lucu?" Tanya Prof Jiang.
"Tidak. Menurut penilaianku, levelnya Gu Wei Yi jauh lebih tinggi daripada Zhou Lei. Menurutku tidak perlu memberi mereka ujian."
"Kau tidak mengerti Zhou Lei. Ujian itu harus."
Jian Shi tidak mengerti, kenapa mereka harus repot-repot melakukan hal tidak berguna hanya demi menenangan emosinya Zhou Lei.
Karena inilah cara paling adil yang bisa Prof Jiang berikan pada mereka. Kedua pria itu sangat antusias dengan ujiannya. Makanya, anggap saja ini demi kebaikan mereka.
Tapi dengan banyaknya kalkulasi dalam ujian ini, Jian Shi rasa, ini hanya akan menguntungkan Zhou Lei yang notabene berasal dari jurusan matematika.
"Berarti kau tidak memahami Gu Wei Yi juga."
Wei Yi berjalan ke lab sambil latihan dengan bola tenis mejanya tepat saat Yu Yin baru keluar dari lab dan Wei Yi tak sengaja membuat bolanya jatuh menggelinding ke kakinya Yu Yin.
Yu Yin memungut bola itu untuknya dan karena Wei Yi mau masuk lab, Yu Yin membukakan pintu untuknya lalu ikutan masuk dengan alasan mau mengecek semua peralatan lab.
Tapi kemudian perhatiannya teralih saat melihat Wei Yi mengeluarkan sebuah hand dynamo buatannnya sendiri. Soalnya belakangan ini di rumahnya sering terjadi pemadaman listrik. Alat ini belum sempurna, makanya dia mau membawanya pulang dan mengembangkannya di rumah.
Yu Yin penasaran. Waktu terakhir kali dia ke rumahnya Wei Yi, dia dan Mo Mo belum saling jatuh cinta. Kenapa mereka tiba-tiba bisa saling jatuh cinta?
"Aku sudah lama jatuh cinta." Santai Wei Yi.
Tiba-tiba Zhou Lei datang dan seperti biasanya, dia langsung curiga dan menuduh Yu Yin ngasih tips-tips ke Wei Yi.
"Kau pikir dia perlu (dikasih tips)?"
"Benar juga. Terus ngapain kalian di sini?"
"Kami cuma ngobrol tentang pacarnya."
Zhou Lei heran, kenapa semua orang peduli banget dengan pacarnya Wei Yi. Tidak ada seorang pun yang peduli padanya. Masalah seminar ke Jerman itu membuatnya tak bisa tidur dan makan dengan tenang loh. Bagaimana dengan Wei Yi.
"Aku baik-baik saja." Santai Wei Yi.
"Pria yang lagi jatuh cinta memang beda. Eh, apa yang biasanya dilakukan pasangan yang lagi jatuh cinta? Mengerjakan perhitungan matematika?"
"Kami melakukan segala hal yang seharusnya dilakukan dalam sebuah hubungan."
Hah? Mereka sudah melakukan semuanya? Wei Yi mendadak canggung menyadari kesalahan ucapannya, nggak gitu kok. Tapi Zhou Lei tak percaya, wajar lah kalau Wei Yi dan Mo Mo bisa melakukan semuanya dengan mudah. Mereka kan tinggal seatap. Kasih tahu, dong!
"Aku pulang. Jangan lupa kunci pintu."
Di kantor, Li Na menyuruh Mo Mo dan Jie Er untuk menyerahkan proposal-proposal mereka padanya... buat laporan mereka dalam format CDR (Corel Draw).
Mo Mo jadi bingung, biasanya dia cuma pakai Photoshop. Sama, Jie Er juga. Bagaimana cara meng-convert-nya? Sepertinya Mo Mo harus mempelajarinya di rumah nanti.
Malam harinya saat Mo Mo tengah menyiapkan makan malam mereka, lampu tiba-tiba padam. Mo Mo kontan ketakutan memanggil-manggil Wei Yi, mengira ada pemadaman listrik lagi.
Tapi Wei Yi emengaku kalau dia cuma sengaja mematikan lampu lalu mulai menyalakan hand dynamo-nya yang berpendar kelap-kelip.
"Ini hand dynamo buatanku. Di masa mendatang, kita tidak perlu takut pemadaman listrik lagi."
Mo Mo penasaran bagaimana Wei Yi membuat benda itu. Wei Yi pun langsung nyerocos panjang lebar menjelaskan detil teknisnya. Tapi Mo Mo nyinyir, masa nyalanya cuma kelap-kelip gini aja? Nyalainnya juga repot banget, harus diputar-putar tangkainya... mending pakai senter hape. Wkwkwk! Wei Yi sakit hati.
Menyadari ekspresinya, Mo Mo buru-buru menjelaskan bahwa dia tidak bermaksud menuduh Wei Yi kurang cakap.
"Aku akan mengembangkannya." Tegas Wei Yi.
"Bisakah kita makan malam sekarang?"
Usai makan malam, Mo Mo mengurung diri di kamar, bingung memikirkan cra meng-convert photoshop-nya jadi corel draw. Dia sama sekali tidak menyadari kalau Wei Yi sedang gelisah menunggunya dengan gelisah di luar.
Bahkan saat Wei Yi mencoba mengajak Mo Mo nonton TV, Mo Mo menolak, dia sibuk. Kecewa, Wei Yi akhirnya beralih membuka medsos, tapi malah mendapati Mo Mo posting status, meminta tolong pada siapapun yang bisa membantunya untuk meng-convert PS ke CDR. Wei Yi mendadak punya ide bagus.
Beberapa orang mencoba memberinya Mo Mo saran. Tapi kemudian, Mo Mo melihat Wei Yi berkomentar kalau dia bisa. Mo Mo sontak membawa laptopnya ke Wei Yi. Apa dia sungguh bisa melakukannya?
"Tentu saja."
"Butuh waktu berapa lama?"
"Entahlah, akan kucoba dulu. Kau duduk saja di kasurku dan tunggu."
Jelas saja Mo Mo ragu. Gini aja, dia akan tunggu saja di kamar. Kalau sudah selesai, Wei Yi bisa panggil dia.
Wei Yi geli mendengarnya. "Apa yang kau takutkan?"
"Aku nggak takut."
"Lalu kenapa kau tidak berani duduk di sini?"
Mo Mo akhirnya sukses terprovokasi dan langsung duduk kaku di bagian paling ujung kasurnya Wei Yi. Tapi saat Wei Yi mulai bekerja, Mo Mo mulai merasa nyaman dengan mengangkat kedua kakinya ke kasur sambil mainan hape. Lama-kelamaan, dia benar-benar bisa santai tiduran di sana... hingga akhirnya dia mulai ngantuk.
Tak tahan lagi dengan kantuknya, Mo Mo meminta Wei Yi untuk memberitahunya kalau dia sudah selesai lalu tidur.
Setelah beberapa lama, Wei Yi akhirnya selesai dan memanggil Mo Mo. Tapi Mo Mo sudah tidur lelap dan sulit dibangunkan.
Epilog:
Klaimnya Wei Yi yang katanya bisa skateboarding dengan sendirinya itu sebenarnya bohong. Dia justru latihan keras seorang diri selama beberapa hari sampai akhirnya dia bisa menguasai alat itu.
Bersambung ke episode 19
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam