Sinopsis Memory Lost Season 3 Episode 5 - 1
Polisi mulai patroli di seluruh kota, di jalan, di bandara, memeriksa mobil-mobil, orang-orang yang tampak mencurigakan, dll.
L sedang menyamar jadi pegawai kantoran, pura-pura sedang menelepon di depan kantor perusahaan satelit. Dengan sengaja dia menubruk seorang pegawai wanita yang lagi sibuk mengeluarkan barang di tasnya hingga semua isi tasnya terjatuh berhamburan.
Saat itulah, L diam-diam mencuri kartu ID-nya dan menukarnya dengan kartu palsu. Jelas saja saat wanita itu hendak masuk kantor, mesinnya tidak bisa membaca kartunya.
L pun bis masuk ke kantor itu dengan mudah dan R mengawasinya dari kejauhan sambil sibuk meretas sistem kantor itu.
Sementara itu, A sedang menyamar jadi pelayan bar di kapal pesiar dan mengakrabkan diri dengan seorang pegawai wanita. Dia mendekati wanita itu lalu menyuruhnya untuk memilih sebuah kartu tarot.
Wanita itu memilih satu kartu dan A memberitahunya kalau itu adalah kartu kematian. "Besok, akan terjadi sesuatu yang buruk pada kapal ini. Kurasa kau harus izin cuti selagi bisa."
Tapi si pelayan tak mempercayainya, sama sekali tak menyadari kalau A benar-benar sedang memperingatkannya.
Berkat samarannya, A dengan mudahnya menjelajahi kapal itu dan diam-diam menyembunyikan bom waktu di berbagai tempat dan langsung mengaktifkannya untuk meledak dalam waktu 24 jam.
L memasuki daerah terlarang di kantor itu. R meretas CCTV terdekat untuk membuat L menghilang dari layar dan si petugas CCTV sama sekali tidak menyadarinya saking asyiknya nonton bola.
Tapi kemudian L melihat ada dua pengawal yang berjaga di depan ruang kontrol. L langsung masuk ke ruang CCTV dan menghajar si petugas sampai pingsan. Dengan cepat dia berganti baju samaran serba hitam lalu merangkak masuk ke lubang angin dengan susah payah gara-gara tangannya yang masih sakit.
Dengan dipandu R dari kejauhan, L akhirnya berhasil masuk ke ruang kontrol mesin. Dengan lihainya dia menyembunyikan diri dari para penjaga lalu memasukkan sebuah chip ke dalam mesin yang langsung terhubung ke komputernya R.
Sukses terkoneksi ke dalam sistem, R meretas sistem alarm gedung. Sontak semua pegawai langsung keluar dan L pun bisa melarikan diri dari sana dengan mudah dan tanpa dicurigai.
"Kurasa sekarang saatnya memberi kabar pada Su Mian dan teman-temannya. Game tanpa lawan itu nggak asyik," ujar R sebelum kemudian melakukan sesuatu dengan komputernya.
Saat melewati jembatan, A berkata bahwa ini akan menjadi kali terakhir mereka melewati jembatan ini karena sebentar lagi semua ini akan jadi puing. Besok, begitu bom-bom itu akan membuat pemandangan kembang api yang indah baik di kapal pesiar maupun di jembatan ini.
Mereka semua lalu berkumpul bersama di bawah jembatan itu, menikmati pemandangan malam jembatan yang indah untuk yang terakhir kalinya sebelum mereka meledakkannya besok. A menyalakan banyak sekali lilin sebagai tanda berkabung.
"L, meski demi E, kita harus menyukseskan permainan ini"
"Kau pikir kita lagi main? Kita di sini karena ideologi kita. Aku tidak merasa kalau kita sedang main-main. Kurasa S juga tidak berpikir kalau kita sedang main-main. Kalau ini cuma main-main, bukankah itu berarti nyawa E dan yang lain jadi tidak berarti?"
S adalah orang yang memberi mereka kehidupan, mengajarkan mereka aturan baru akan hidup mereka. Karena itulah mereka harus gigih dan teguh. Siapapun yang tidak mau menerima aturan itu harus mati.
"Baiklah. Demi para kamerad kita, demi teman-teman kita yang sudah meninggal, kita harus menyingkirkan mereka."
"Aku sangat amat menantikan hari esok." Ujar A yang kedengarannya antusias sekali.
Tim Black Shield sibuk kerja lembur sepanjang malam, memeriksa berbagai dokumen, CCTV, dll. Keesokan harinya, Xiao Zhuan akhirnya mendapat notifikasi munculnya R.
Si kucing virtual langsung menyerang si anjing virtual, tapi si anjing menendangnya dengan mudah lalu menghilang. Tapi Xiao Zhuan mendapati R meretas database perusahaan kapal pesiar. Hmm... sepertinya R memang sengaja membiarkan Xiao Zhuan mengetahuinya.
Di tempat lain, banyak orang masuk ke dalam sebuah stadion olahraga. Tapi seseorang mendapati ada sebuah tas tergeletak di tengah jalan dan saat dia membukanya, isinya ternyata bom. Semua orang sontak berhamburan keluar dengan panik.
Han Chen dan Jin Xi tiba di sana tak lama kemudian, tim gegana melapor kalau itu cuma bungkusan ledakan kecil tapi tidak ada ledakan. Entah itu cuma guyonan ataukah para penjahat itu sedang mempermainkan mereka.
Setelah tim gegana pergi, Jin Xi melihat ada iklan diskon di sebuah mall. Jelas lah Jin Xi langsung tertarik dengan iklan itu. Han Chen sampai geli melihatnya.
"Kau begitu ingin shopping? Matamu sampai hampir copot tuh."
Si Bai tiba di sana saat itu, tapi malah melihat Jin Xi berduaan dengan Han Chen. Si Bai pun langsung berbalik ke arah lain.
Jin Xi galau, dia tidak bisa shopping sekarang ini karena dia ingin semua orang bisa shopping dengan aman dan bahagia. Tapi begitu kasus ini selesai, dia akan belanja habis-habisan kayak orang tajir.
"Oke, begitu kita menyelesaikan kasus ini, mari kita lakukan itu. Apapun yang ingin kau lakukan, kemanapun kau ingin pergi, aku akan selalu bersamamu."
"Oke. Bukankah kau bilang kau ingin mengajar? Kalau begitu, bagaimana? kau mengajar investigasi kriminal dan aku mengajar psikologi kriminal? Tapi entah apakah aku akan jadi guru yang baik atau tidak."
Tidak! Jin Xi punya ide lain, mending mereka travelling saja selama beberapa tahun lalu setelah itu balik lagi ke kepolisian. Tapi jika mereka pergi, bagaimana nasib ketiga pria itu?
Lao Dao mungkin akan terus mengoceh, Jin Xi tidak terlalu mencemaskan Cold Face. Dan Xiao Zhuan, Jin Xi bisa membayangkan dia akan seperti apa nanti.
"Dia pasti akan mencengkeram kaki kita dan berkata,
'Bos, Xiao Bai! Masukkan aku di koper kalian dan bawa aku pergi juga'."
"Aku akan mendengarkanmu. Kalau kau mau pergi, kita akan pergi. Kalau kau tidak mau berpisah dengan mereka, kita bisa kembali setiap saat."
Sambil berjalan kembali ke mobil, Jin Xi bertanya-tanya apa maksud si A dengan melakukan semua ini. Pertama di kantor polisi, sekarang di stadion. Apa dia sedang berusaha cari perkara dengan mereka.
Han Chen rasa tidak se-simple itu. Letak kantor polisi dan stadion ini berlawanan arah. Han Chen menduga kalau A sedang berusaha mengalihkan perhatian polisi.
Han Chen memperhatikan dari rekaman CCTV di kantor polisi, A memakai kemeja formal dibalik jaket samarannya. Mungkin dia sedang menyamar jadi pegawai kantoran dan tempat itulah target mereka.
Xiao Zhuan menelepon Han Chen untuk melapor tentang R yang meretas database perusahaan kapal pesiar eisenway. Kapal pesiar itu sendiri dibooking oleh sebuah yayasan amal untuk liburan para pegawai mereka. Malah kapal itu akan segera berangkat 30 menit lagi.
Han Chen lalu memberitahukan masalah ini ke Jin Xi dan mereka pun bergegas pergi ke kapal itu. Si Bai melihat mereka pergi dan langsung menanyakannya ke salah satu polisi. Cemas kalau itu masalah genting, Si Bai pun mengajak si polisi untuk menyusul mereka.
L dan R masuk ke dalam kapal pesiar itu dengan menyamar sebagai salah satu tamu undangan. L memberitahu R kalau A sedang sibuk membuat persiapan akhir.
"Ini adalah pertarungan besar yang direncanakan S, jadi kita harus memastikan ini berjalan dengan seksama dan spektakuler. Sejujurnya, bisa berperang bersisian dengan S lagi itu membuatku merasa seluruh darahku bergejolak antusias."
Dari kejauhan, si orang misterius sedang mengawasi mereka dengan teropongnya.
Han Chen dan Jin Xi bergegas masuk ke kapal pesiar itu dan meminta mereka membatalkan event karena dugaan adanya serangan teroris. Tapi Manager menolak perintah mereka karena persiapan event ini sudah dilakukan sejak berbulan-bulan yang lalu.
Dia bahkan tak percaya adanya teroris yang mereka duga menyelinap masuk ke pesta. Dia ngotot kalau semua orang yang ada di pesta ini adalah orang-orang kaya. Lagipula mereka memiliki regulasi keamanan yang sangat ketat.
"Jika teroris itu benar-benar ada didalam kapal dan terjadi sesuatu, siapa yang akan bertanggung jawab? Kau?"
Manager menolak menjawab pertanyaan semacam itu, yang pasti pesta ini tidak bisa dibatalkan. Itu adalah tanggung jawab yang terlalu besar untuk dia tanggung. Manager pun langsung pergi.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Kita tetap harus naik. Setidaknya saat mereka melakukan sesuatu, kita bisa berusaha mencegah mereka. Ini mungkin akan jadi pertarungan akhir. Aku tidak tahu bagaimana hasilnya nanti. Cuma ada kita berdua, apa kau takut?"
"Aku percaya padamu, dan aku juga percaya pada diriku sendiri."
"Baiklah. Aku janji aku akan melindungi wanitaku dan aku akan selalu memenuhi janji itu." Han Chen pun langsung menggandeng Jin Xi berlari memasuki kapal itu.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam