Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 3 - 2

  Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 3 - 2


Walaupun masih bingung, kedua pelayan buru-buru menurutinya dan mengambilkan berbagai macam kain hingga akhirnya Kade menemukan kain yang paling cocok. Kade lalu mulai merancang gambar cd-nya sambil mengukur kainnya. Kayaknya dia mau buat banyak.

Saking fokusnya dengan kegiatan barunya, dia sampai tidak sadar kalau orang-orang di luar sedang menunggunya untuk makan bersama. Kesal karena Kade masih juga belum keluar, Khun Ying langsung menyuruh Prik untuk memanggil Kade sekarang juga.

Por Date mengaku bahwa ada yang ingin dia katakan pada Ayah, tapi dia hanya akan mengatakannya setelah Kade keluar nanti.

Tapi Kade masih sibuk dengan kegiatan menjahitnya dan memberitahu Prik kalau dia tidak mau makan. Bilang pada paman dan bibi kalau hari ini dia sedang DIET. Prik langsung mendengus sinis mendengar kata itu.

 

Parahnya lagi, saat Prik kembali ke meja makan, dia malah melapor ke Khun Ying bahwa Kade tidak mau makan karena dia 'Don-et' (dimarahi). Pfft! Dia kira Kade lagi ngambek tidak mau makan gara-gara dimarahi Por Date tadi.

Por Date heran, dulu juga Karakade sering dimarahi, tapi biasanya dia tidak pernah terpengaruh. Karakade kan orangnya sangat keras kepala.


Baru diomongin, Kade mendadak muncul saat itu juga. Dia sudah punya firasat kalau Prik salah paham dengan ucapannya dan langsung menuntut apa yang Prik katakan tentangnya. Prik bilang kalau dia tidak mau makan karena apa?

"Kenapa kau ribut dengan pelayan? Dia cuma mengulang ucapanmu." Tegur Khun Ying.

"Apa yang dia bilang, jao ka?"

"Jangan membantah orang tua. Sikap yang sangat menjijikkan!"

"Aku tidak lapar, makanya aku bilang ke Bibi Prik. Tapi dia langsung pergi secepat mungkin. Makanya aku yakin dia sudah mengatakan sesuatu yang salah. Iya kan, Bibi Prik?"

"Saya mengatakan apa yang Mae Ying katakan."

"Mengatakan apa?"

"Bahwa Mae Ying tidak mau makan karena 'don-et', jao ka."

"Don-et? Apa kau gila? Kenapa juga aku harus kelaparan cuma karena dimarahi?"


"Kalau begitu karena apa? Kenapa kau tidak mau makan?" Tanya Por Date.

"Aku tidak bilang 'don-et', aku bilang 'di-et'."

Tuh kan, Prik ngotot kalau yang dikatakan Kade itu 'don-et'. Kade menegaskan kalau dia bilang 'di-et', tapi Khun Ying juga berpikir sama seperti Prik bahwa 'di-et' itu yah 'don-et'.

Malas mendengar keributan nggak jelas ini, Ayah Por Date buru-buru menyela mereka dan mengajak semua orang makan sekarang. Dia sudah kelaparan.


Selesai makan, Por Date akhirnya mengatakan apa yang tadi tertunda. Ternyata dia memberitahu Ayah kalau Kade meminta mereka untuk merapal mantra bulan lagi. Ayah terkejut mendengarnya, untuk apa?

Kade mengaduh kalau Khun Ying dan Por Date berpikir dia adalah hantu yang merasuki Karakade, makanya dia ingin mereka merapalkannya lagi.

Ayah tak percaya mendengarnya. "Kalian masih membicarakan masalah itu?"

"Paman, jao ka. Tolong rapalkan mantra itu dan usir aku. Kalau aku tidak sanggup menanggungnya, maka aku akan pergi."

Ayah kurang setuju. Mantra bulan bukan mainan, mantra itu bukan sesuatu yang bisa dirapal sembarangan. Mantra itu bisa menyakiti orang yang dirapalkan mantra itu.

"Kalau begitu, jangan dirapal. Aku jamin kalau aku adalah Kadesu..." Aduh! Hampir keceplosan lagi. "...Karakade. Orang asli, suara asli."

Khun Ying lagi-lagi memprotes cara bicaranya yang aneh. Tapi Ayah menyimpulkan kalau Kade tidak membunuh Dang mengingat dia selamat dari mantra bulan itu.

"Maka dari itu, aku percaya padamu." Pungkas Ayah.

Kade sungguh terharu mendengarnya. "Terima kasih, jao ka."


Kade langsung kembali ke kamarnya dan menangis sedih. Saat-saat seperti ini benar-benar membuatnya merindukan ibu dan neneknya.

Pin dan Yam ikut sedih melihatnya. Mereka bahkan meminta Kade untuk berbagi permasalahannya dengan mereka agar mereka bisa meringankan kesedihan Kade. Terharu, Kadepun  langsung memeluk mereka dan menangis.

 

Khun Ying protes pada suaminya. Ia masih yakin seyakin-yakinnya kalau Karakade itu kerasukan biarpun dia tidak terpengaruh oleh efek mantra bulan.

Salah. Ayah justru berpikir bahwa Karakade sebenarnya terpengaruh oleh mantra bulan. Tapi Ayah berpikir kalau itu karena Karakade hanya punya niat buruk pada Janward. Ayah yakin Karakade sebenarnya tidak punya niat untuk membunuh dan perahu itu tenggelam karena alasan lain.

Por Date tak yakin. Ayah sungguh berpikir begitu atau cuma ingin masalah ini cepat selesai? Karakade yang sekarang sangat aneh.

"Dia tidak seperti yang kau pikirkan, Por Date. Dia akan membaik. Percayalah padaku."

"Bagaimana Ayah bisa yakin. Mendengarkan kata-katanya dan caranya bicara, sudah pasti dia kerasukan."

"Aku melihat matanya."

"Matanya?"

"Ya. Cobalah lihat matanya, Por Date. Mata Karakade mengatakan padaku bahwa dia bicara kebenaran."


Tanpa mereka sadari, Kade sebenarnya sedang menguping dan benar-benar terharu mendengar kepercayaan Ayah padanya.


Saat mandi di rumah pemandian tak lama kemudian, Kade termenung sedih mengingat kenangan-kenangannya bersama ibu dan neneknya. Bagaimana dulu neneknya selalu memanjakannya dan membiarkannya makan sebanyak yang dia mau, dan juga ibunya yang selalu mengomelinya dan mengajarinya berbagai macam ketrampilan, seperti ketrampilan menyulam.

Kenangan itu kontan membuat air mata Kade berlinang. Pin dan Yam cemas melihatnya menangis lagi, tapi Kade menolak mengatakan apapun.


Di masa depan, kita melihat keadaan Ibu dan Nenek Kade yang benar-benar bersedih sepeninggal Kade. Mereka saling berpelukan dan berusaha saling menguatkan satu sama lain.

"Aku sangat merindukannya." Isak Nenek.


Por Date ternyata juga ada di sana dan tak sengaja melihat Kade. Tapi saat Pin berbalik, dia langsung menyembunyikan dirinya di balik tembok.

Berusaha mengalihkan pikirannya, Kade memperhatikan para pelayan yang mandi di pinggir sungai. Pin memberitahunya bahwa para pelayan dan majikan mandi di tempat yang berbeda.

Kade langsung nyinyir mengomentari perbedaan kasta itu. Lalu, apa mereka berdua juga mandi di sana? Pin membenarkan. Lalu, saat mereka mandi, apakah pernah ada yang mengintip mereka?

Pin dan Yam sontak terkekeh malu-malu. "Ada, jao ka. Para pria kurang ajar."

Kade sontak ngakak sekeras-kerasnya sampai membuat kedua pelayan langsung menegurnya. Karena tentu saja pada zaman itu, wanita tidak boleh tertawa keras-keras.

"Penduduk desa akan bergosip bahwa anda tertawa seperti kuda meringkik."

"Kalau begitu, aku harus menahan nada suaraku?" Bisik Kade yang langsung ditimpali cekikikan geli kedua pelayannya. Mereka lalu mengajaknya masuk sekarang, tapi Kade menolak.

"Kalian duluan saja. Biarkan aku duduk di sini sebentar." Ujarnya dalam dialek modern yang membingungkan kedua pelayan. Memahami kebingungan mereka, dia buru-buru mengoreksi kalimatnya. "Sedikit lebih lama."


Tapi biarpun kedua pelayan pergi, Por Date tetap di sana, mengawasi Kade dengan penasaran. Tiba-tiba ada sesuatu yang menarik perhatian Kade, dia melihat beberapa pria sedang melempar jala untuk menangkap ikan di sungai. Por Date jadi ikutan penasaran dan langsung mencari-cari apa yang dilihat Kade.

Kade langsung pindah tempat untuk melihat lebih dekat, tapi posisi barunya malah membuatnya bisa memergoki Por Date yang sedang mengawasinya. Teringat bagaimana Por Date masih berpikir kalau dia kerasukan, Kade langsung usil ingin mengerjainya.

Dengan sengaja Kade dadah-dadah pada para nelayan itu yang jelas saja membuat para pria itu shock bukan main.

Por Date sontak kesal (Err... atau mungkin cemburu?) melihat tingkahnya, tapi dia tidak mengatakan apapun dan terus mengawasi Kade. Kade pun terus pura-pura tak melihatnya dan memusatkan perhatian ke para nelayan penangkap ikan di sungai.


Tapi saat malam tiba, Kade akhirnya menghampiri Por Date dengan membawa sebuah lentera. "Permisi, bisakah anda memberi saya jalan?" Goda Kade.

"Kau bilang apa?"

"Saya mau masuk sekarang. Tolong beri saya jalan."

"Kau tersenyum. Apa sebenarnya yang kau pikirkan?"

"Kenapa aku harus memberitahumu?"


Kesal, Por Date langsung mengkritiki sikap menjijikan Kade pada para nelayan tadi. Seorang wanita tidak seharusnya melambaikan tangan pada siapapun.

Yang kapan hari juga Kade melambaikan tanganya pada para penjaga benteng. Sebentar lagi mungkin dia akan melambaikan tangannya pada semua orang di ibu kota.

"Sikap seperti ini, kau bilang kau bukan hantu yang merasuki Mae Karakade. Maka jangan melakukan hal-hal yang aneh seolah kau makhluk dari Hutan Himmaphan."

(Hutan Himmaphan adalah hutan legenda yang kabarnya dihuni oleh berbagai macam makhluk)

Kade geli mendengarnya. "Hutan Himmaphan? Khun Meun... Khun P', kau tahu tentang itu atau kau pernah ke sana?"

Kesal, Por Date langsung menjauh darinya. Kade jadi tambah getol menggodanya. "Apa kau tidak mau lentera? Sudah gelap loh. Hati-hati, jangan sampai jatuh ke air."

Por Date langsung berbalik dengan gregetan. Tapi Kade ternyata sudah tidak ada dan hanya meninggalkan lentera untuknya.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

4 Comments

  1. Lucu liat por date. Lanjuuut mba.. .

    ReplyDelete
  2. Sedih kalo liat film ini di youtube..soalnya ga ngerti bahasanya...hehe,untuk ada sinopsis lengkapnya ini..makasih kak...
    Kak..ada sinopsis film lain ga?gara2 film ini aku jd suka sama drama thailand tapi ga ngerti bahasanya..minta bantuannya kalo kakak punya sinopsis lengkap kaya gini tolong di share lagi ya kak,soalnya aku tertarik sama film phor yung lung may wang sama rak ork rit...tolong ya kak...makasih

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam