Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 12 - 2

Sinopsis Memory Lost Season 2 Episode 12 - 2



Si Bai tiba di jembatan tak lama kemudian dan berkata kalau menurutnya, Nan Bo lah pelakunya. Jin Xi bingung, perasaan Si Bai tidak banyak kontak dengan Nan Bo tadi, mereka juga belum lama bertemu.

Si Bai membenarkan. "Tapi orang itu membuatku merasa tak nyaman. Sayang sekali."

"Sayang sekali? Sayang kenapa?"

Si Bai menyayangkannya karena dia mati dengan menenggak racun yang belum mereka ketahui tipenya, kemungkinan sianida. Sekarang dia malah terjatuh dari ketinggian dan tubuhnya belum ditemukan. Mungkin dia sudah terbawa arus.

"Kau selalu seperti ini. Langit besar, bumi besar, penelitianmu jauh lebih besar (tak ada yang lebih penting daripada penelitian)."


Lao Dao melapor kalau mereka masih belum menemukan Nan Bo dan menyarankan agar mereka pergi dulu, biarkan tim pencari untuk terus mencarinya. Han Chen pun langsung mengajak Jin Xi pergi.

Jin Xi mengajak Si Bai pergi bersama, tapi Si Bai sengaja menghindarinya. Jin Xi sampai tak enak melihat reaksinya. Han Chen langsung cemburu. "Kau tidak mau pergi?"


Di rumah sakit, Cold Face dirawat oleh si suster imut. Saat Suster Xia tengah menggantikan perbannya, Cold Face kesengsem sampai tak bisa mengalihkan pandangannya. Dia bahkan sampai tak sadar saat ponselnya berbunyi dari Han Chen.

Han Chen menanyakan keadaan Cold Face tepat saat Suster Xia tak sengaja terlalu kasar sampai Cold Face meringis kesakitan. Suster Xia merasa bersalah karenanya.

"Aku tidak apa-apa," ujar Cold Face pada Han Chen sekaligus Suster Xia. "Aku cuma perlu istirahat."

"Syukurlah kau baik-baik saja. Beristirahatlah."


Setelah Han Chen memutus teleponnya, Suster Xia minta maaf karena tadi terlalu keras. Cold Face meyakinkan kalau dia baik-baik saja. Dia sudah terbiasa dengan luka seperti ini kok.

"Apa polisi sepertimu selalu terluka?"

"Apa suster sepertimu selalu membersihkan luka pasienmu dan memberi mereka obat?"

"Iya."

"Kalau begitu, pekerjaan kita sangat cocok."

"Kurasa benar juga."


Suster Xia lalu membantu memakaikan kembali bajunya dan menyelimutinya. Tapi saat dia hendak pergi, Cold Face tanya apakah besok dia akan mengganti perbannya lagi? Tapi Suster Xia berkata bahwa mungkin besok bukan dia soalnya suster kan kerja shift.

"Tapi jika pasien meminta suster tertentu, mereka bisa datang. Apalagi, pelayanan rumah sakit ini yang terbaik di kota."

Cold Face langsung sumringah. "Oke."


Melirik Han Chen yang masih manyun, Jin Xi tanya apakah dia pacar yang cemburuan? Han Chen mengakuinya, Jin Xi sudah tahu tapi masih saja flirting dengan Si Bai di hadapannya.

"Bai Jin Xi, kukasih tahu kau. Kalau ini terjadi lagi, aku akan..."

"Kau akan apa?"

"Aku..."


Han Chen mendadak speechless bingung mau mengancam apa, dan Jin Xi langsung mengejutkannya dengan kec**an di pipi dan meeluknya.

"Sebenarnya, aku menyukaimu. Hatiku ini kecil, hanya satu orang yang muat di dalamnya. Aku mencintaimu. Aku hanya akan mencintaimu seorang."

Han Chen langsung luluh seketika dan meng**upnya singkat. Sudah lebih tenang, Han Chen pun menyuruh Jin Xi duduk yang benar dan pasang sabuk pengamannya lagi.

Han Chen yakin kalau Nan Bo adalah salah satu dari pembunuh berantai 5 tahun yang lalu. Jadi, pada saat penangkapan Sindikat Alfabet gagal waktu itu ditambah dengan fakta kalau Nan Bo adalah psikolog kriminal, apa mungkin ada hubungannya dengannya?

 

Tim polisi terus berusaha menyusuri berbagai wilayah sungai dan danau itu untuk mencari Nan Bo, tapi tetap saja nihil. Karena mereka tidak bisa menyusuri anak sungai, atasan mereka memerintahkan untuk terus mencari ke dasar danau.


Di sebuah pabrik, seorang karyawan tengah mengecek mesin. Tapi kemudian, dia mendapati salah satu meterannya mati. Heran, si karyawan segera memanggil rekan-rekannya.


Tim Black Shield mendatangi kantornya Si Bai setelah mayatnya Nan Bo ditemukan. Tapi mayat itu sudah rusak total sampai dia tidak bisa dikenali.

Lao Dao berkata bahwa menurut pengakuan tim pencari, waktu t**uh Nan Bo terbawa arus ke hilir, dia melewati dua area dangkal. Karena banyaknya benturan antara t**uh dan bebatuan, t**uh Nan Bo akhirnya berubah jadi seperti ini.

Sementara Si Bai menjelaskan dugaannya akan kronologi t**uh Nan Bo yang terbawa arus hingga jadi seperti itu, Han Chen sibuk sendiri memperhatikan bebatuan yang diambil dari TKP. Dari bebatuan itulah Si Bai bisa menentukan kronologi kejadian.


Tapi Han Chen punya pendapat lain. Menurutnya, wajah orang ini dihancurkan dengan batu sampai dia tak bisa dikenali sebelum kemudian dilempar ke sungai.

Suasana mendadak jadi tegang karena kedua pria itu saling tatap-tatapan dengan sengit. Jin Xi berusaha menenangkan suasana dengan mengklaim bahwa Han Chen cuma bermaksud tanya apakah mayat ini beneran Xu Nan Bo?


Si Bai diam saja, tapi Xiao Yao (asistennya Si Bai) langsung kesal dengan keraguan mereka. Dia mengklaim kalau mereka sudah mengecek tipe darah, rambut dan DNA orang ini dan semuanya membuktikan kalau orang ini adalah Xu Nan Bo.

Dia bahkan langsung melemparkan laporan otopsi pada Xiao Zhuan dan memberitahu semua orang kalau Si Bai belum istirahat sejak semalam hanya demi menunggu hasil tes, dia bahkan belum sarapan. Si Bai buru-buru menenangkannya dan memintanya untuk pergi mengambilkan hasil tes yang lain.


Di pabrik, para karyawan berkumpul di bawah mesin yang mati itu. Seorang karyawan berkata bahwa bahan baku di dalam mesin tidak menunjukkan adanya asam phenylacetic dan hanya air.

Tapi seorang karyawan lainnya berkata bahwa dia sudah mengecek persediaan bahan bakunya dan tidak ada yang hilang. Mungkin tujuan pelaku bukan untuk mencuri asam phenylacetic.

Karyawan satu menduga mungkin ada masalah dengan pipanya hingga mengacaukan penyaluran bahan baku. Begini saja, ia menyarankan agar mereka mengosongkan air di dalam mesin dan menganalisanya.


Beberapa karyawan pun disuruh menutup beberapa katup pipa dan yang lain disuruh membuka beberapa katub lainnya. Tiba-tiba air mulai menetes perlahan hingga muncrat dari semprotan pemadam kebakaran. Sayangnya, mereka tak segera menyadari kalau itu bukan air biasa, melainkan asam.

Sontak semua orang berhamburan keluar. Para pria langsung membuka baju-baju mereka, sementara para wanita kebingungan mencari tempat. Gara-gara itu, para wanita terlambat menyelamatkan diri mereka dan langsung berjatuhan.


Di kantor polisi, Wen Long memimpin rapat mendiskusikan kemungkinan Nan Bo adalah salah satu anggota Sindikat Alfabet.

Jin Xi sudah menanyai rekan-rekan Nan Bo di universitas dan ternyata dia mendapati kenyataan yang sangat berbeda dari yang pernah diklaim Nan Bo.

Dia pindah ke psikologi klinis bukan karena dia ingin membantu orang lain, tapi karena teorinya agak ekstrem. Dia suka melakukan beberapa eksperimen ekstrem dan radikal. Pihak universitas tidak setuju dengannya dan ingin memecatnya.

Hubungannya dengan rekan-rekan kerjanya juga tidak baik. Hubungannya dengan almarhum ayahnya juga tidak baik, Ayahnya Nan Bo pernah terang-terangan tidak menyetujui teorinya. 

Jin Xi menduga alasan Nan Bo bergabung ke dalam Sindikat Alfabet pasti supaya dia mendapat pengakuan. Lao Dao menambahkan kalau tim forensik tengah menganalisa partikel mikro di mobilnya Nan Bo, mungkin mereka bisa mendapatkan petunjuk dari situ.


Xiao Zhuan terburu-buru kembali tak lama kemudian dan melaporkan tentang kejadian di pabrik kimia Lan Sheng itu.

Han Chen tahu pabrik itu, itu adalah pabrik yang telah mendapat persetujuan dari pemerintah untuk membuat phenylacetone. Phenylacetone sendiri bisa digunakan untuk membuat methylamphetamine (sabu-sabu). Wen Long pun segera memerintahkan Han Chen untuk menghubungi badan narkotika.


Setibanya di pabrik itu, Han Chen dan Jin Xi melihat beberapa pegawai pria yang selamat sedang menggosipkan kejadian itu. Mereka sungguh tak mengerti bagaimana kejadian itu bisa terjadi dan siapa yang melakukannya.

Salah seorang karyawan menjelaskan duduk perkaranya. Data menunjukkan bahwa bahan bakunya, asam phenylacetic tidak dicuri. Seorang karyawan shift malam menemukan keanehan saat dia melihat meteran mesin, makanya mereka menghentikan produksi di bagian itu.

Dia lalu bergegas mencari beberapa teknisi karena mereka pikir ada masalah dengan pipanya yang menghambat penyaluran bahan baku dan pada akhirnya membuat tidak terjadinya reaksi kimia.

 

Sebagai salah satu dari sedikit pabrik phenylacetone yang mendapat persetujuan pemerintah, mereka tidak menjual produksi mereka ke publik. Mereka bahkan memakai standar keamanan nasional.

Karena mereka menggunakan sistem pintar, jadi kebanyakan reaksi kimia tidak mendapat pengawasan manusia. Sistemlah yang secara otomatis mendistribusikan bahan-bahan produksi.

Jin Xi menyimpulkan bahwa masalah ini bukan cuma karena masalah hardware tapi juga ada masalah dalam sistem. Kalau begitu, kenapa mereka malah mengecek pipa duluan?

Seorang karyawan lain berkata bahwa mereka sudah menanyai teknisi bagian IT terlebih dulu. Teknisi IT berkata memang ada masalah di sistem, tapi dia bilang kalau  dia sudah menanganinya. Makanya mereka berpikir kalau masalahnya mungkin ada pada pipa.

 

Di luar, Si Bai sedang meneliti mayat-mayat yang tidak selamat dari kejadian itu. Sementara Lao Dao dan Xiao Zhuan menanyai seorang teknisi, apa ada yang aneh terjadi belakangan ini?

Teknisi mengaku kalau kemarin malam, sepertinya ada virus di dalam sistem. Tapi dia sudah memperbaikinya dan setelah itu tak ada masalah lagi. Makanya dia tidak mengerti kenapa bisa terjadi masalah ini. Dia lalu membawa mereka berdua ke ruang kontrol sistem.


Di ruang kontrol, Lao Dao tanya apa yang akan terjadi jika asam phenylacetic tidak mengalir di pipa yang tepat. Teknisi berkata bahwa biasanya itu akan tersimpan di kompartemen penyimpanan. Masalahnya, asam yang tersimpan itu tertukar dengan air dalam semprotan pemadam kebakaran.

Xiao Zhuan yang sibuk berkutat dengan komputernya, menemukan ada cela di sistem yang sebelumnya tidak diketahui si teknisi.

Si teknisi sampai kagum dibuatnya, Xiao Zhuan pasti seorang hacker kucing putih. Lao Dao bingung apa maksudnya.


Si hacker kucing virtual itu terus menjelajah jauh ke dalam sistem. Tapi tiba-tiba dia bertemu dengan si hacker penyerang berbentuk anjing virtual. Xiao Zhuan langsung panik menyadari dirinya masuk perangkap.


Si hacker itu langsung menyerang Xiao Zhuan dan mengalahkannya dengan telak. Lalu tiba-tiba saja muncul pesan dari si hacker: 'Hai, pencundang. Aku R'


Tak mereka sadari, kalau si R memang sudah mengawasi segala gerak-gerik mereka. Makanya dia bisa mengalahkan Xiao Zhuan dengan mudah.

Temannya si R kagum dengan kehebatan R. R langsung nyerocos bijak bahwa apa yang kita lihat di dunia ini, baik dunia virtual maupun dunia nyata, hanyalah setetes dari lautan.


"Siapapun yang ingin menguasai web atau kecerdasan buatan, pada akhirnya akan tergantikan oleh web dan kecerdasan buatan. Semakin cepat teknologi berkembang, semakin kita dekat pada kematian." Ujar R.

"Lagi-lagi kau mengatakan hal-hal yang tidak kumengerti. Tapi tidak masalah. Karena setelah ini adalah giliranku muncul," kata temannya R itu.


Suster Xia membantu mengganti perbannya Cold Face. Lukanya hampir sembuh, tapi Cold Face masih harus istirahat dan jangan makan sesuatu yang pedas, dan Cold Face menjawab semua nasehatnya dengan hanya kata 'baik'.

"Kalau ada yang lainnya, beritahu aku saja."

"Baik."

Suster Xia sampai heran mendengarnya. "Haruskah aku memanggilmu Tuan Polisi yang baik?"

"Baiklah. Tapi kurasa kau perlu menyingkirkan kata polisi-nya, biar lebih enak untuk diucapkan."


Teleponnya Cold Face berbunyi saat itu. Sepertinya dia mendapat perintah dan seketika itu pula dia langsung minta keluar dari rumah sakit. Suster Xia tidak setuju karena lukanya masih belum sembuh benar. Cold Face ngotot mau keluar karena ini tugas penting, jadi dia harus pergi sekarang.

"Apa jauh lebih penting daripada lukamu, hidupmu?"

"Hidup seorang polisi adalah milik negara."

Suster Xia langsung terdiam tak bisa membantahnya lagi, dan Cold Face pun langsung mengambil bajunya. Tapi kemudian Suster Xia berkata. "Pernahkah kau berpikir bahwa bagi beberapa orang, kau bukan cuma sekedar polisi? Apa kau tidak peduli pada mereka?"

"Pertanyaan itu, aku akan menjawabnya setelah aku kembali. Aku hanya akan melakukan investigasi, tidak akan berbahaya. Jangan khawatir. Tunggulah aku."


Dalam perjalanan, Xiao Zhuan memberitahu Jin Xi kalau dia dan R sudah saling pukul tapi dia kalah. Lao Dao berusaha menghiburnya, biarpun dia kalah, tapi berkat dialah mereka jadi menemukan cela dan R lah si pelaku peretasan itu.

Ngomong-ngomong, dia tidak menyangka kalau identitas virtual yang Xiao Zhuan gunakan ternyata cuma seekor kucing.

Xiao Zhuan tidak terima, dia kucing hutan, kucing hutan itu sama seperti harimau, tahu!

Lao Dao nyinyir. Kucing tetap saja kucing, bagaimana bisa dibandingkan dengan cereberus (anjing penjaga neraka dalam mitologi Yunani). Memangnya dia pernah melihat ada kucing memburu anjing? Itu sih namanya cari mati.


Han Chen cepat-cepat menengahi mereka dan tanya program apa yang diciptakan si R itu. Xiao Zhuan berkata kalau programnya R hanya fokus pada kode target, makanya dia bisa menyembunyikannya dengan baik, teknisi biasa tidak akan bisa mengetahuinya.

Dia mengupgrade cela di program aslinya hingga menyebabkan kecelakaan di pabrik itu. "Kurasa R ini bukan hacker biasa."

"Han Chen, kurasa mobilmu perlu diperbaiki." Protes Lao Dao.

"Kalau tidak suka, lain kali kau numpang saja di mobilnya Cold Face."

"Menurutku mobil ini bagus kok. Luas, dingin dan nyaman."

"Oh yah, bagaimana keadaan Cold Face?"

"Xiao Yao bilang kalau di mobilnya Xu Nan Bo, mereka menemukan barang-barangnya. Dari jejaknya, mereka mendapati Nan Bo berada di taman kota satu hari sebelum kejadian. Cold Face sedang menginvestigasinya sekarang."


Petugas taman rumah kaca heran saat Cold Face mendatanginya, soalnya tim foresik hanya menemukan serbuk sari, lalu bagaimana mereka bisa tahu kalau itu berasal dari taman ini?

Cold Face berkata karena itu adalah serbuk sari tanaman tropis yang di kota ini hanya bisa hidup di lingkungan khusus dan perlu penanganan profesional.

Di dalam taman, seorang anak kecil lari-lari ke sebuah patung manusia. Saat dia menyodok si patung, dia malah mendapati t**uh patung itu lunak. Hah? Dia manusia?

"Mama, patungnya lembut. Lucu deh." Kata anak itu dengan lugunya.


Cold Face mendengarnya dan langsung bergegas meneliti patung itu. Tampaknya itu memang manusia mati yang diatur sedemikian rupa hingga menyerupai patung dan di dekatnya ada sebuah batu yang ditinggalkan oleh L.


Di markasnya, L sedang sibuk menggambar gambar iblis sambil berkata. "E tidak boleh mati sia-sia. Aku menginginkan Han Chen!"

Bersambung ke season 3 episode 1

Post a Comment

0 Comments