Suki sontak melesat keluar dengan penuh emosi untuk mencari dan melabrak Thit. Dia mau tanya ke pria itu apakah menyiksa seorang wanita bisa mengkompensasi nyawa wanita lain yang sudah meninggal dunia. Apa melakukan ini bisa membuat wanita itu hidup kembali?!
Jee sontak panik meemluknya untuk mencegahnya pergi. Thit tidak tahu kalau dia hamil dan dia juga tidak mau Thit mengetahuinya. Segala yang terjadi adalah karena dirinya sendiri.
Dia sudah mengkompensasi segalanya untuk Thit. Tapi nyawa bayi ini tidak berdosa, bayi ini tidak ada hubungan dengan semua kebencian dan pembalasan dendam.
"Aku hanya ingin dia tahu kalau dia terlahir karena cinta dan aku juga sangat mencintainya."
"Dan kau juga sangat mencintai ayahnya, bukan?"
Jee menangis mendengarnya. Suki meyakinkan Jee bahwa walaupun bayi ini tidak memiliki ayah, tapi dia memiliki orang-orang yang jauh lebih baik daripada ayahnya dan mencintainya.
"Setidaknya dia masih punya aku." (Aww, P'Suki so sweet)
"Terima kasih, P'Suki."
"Baguslah. Orang jahat seperti dia, tidak pantas mendapatkan berita baik apapun. Biarkan dia hidup dalam kegelapan karena hatinya buta."
Keesokan harinya, Suki menemui Ayahnya Piak untuk mengabarkan bahwa Jee akan mengundurkan diri dari lakorn terbarunya dengan alasan kalau Jee harus berhenti bekerja sementara waktu untuk mengurus ibunya dan kesehatannya sendiri juga. Ayah Piak jelas penasaran, memangnya Jee sakit apa?
"Dia... menderita alergi dan dia disuruh dokter untuk berobat ke luar negeri dan tidak pernah kembali."
Ayah Piak jelas tidak percaya. Dia sudah berkecimpung dalam industri ini cukup lama, bahkan jauh lebih lama sebelum Suki sadar kalau dia ingin menjadi seorang manager. Dan Suki ingin dia percaya kalau nang'ek yang lagi naik daun seperti Jee mau meninggalkan industri ini karena menderita alergi parah?
Suki jadi galau harus menjawab apa, pokoknya dia tidak boleh mengatakannya.
"Kalau begitu, biarkan aku yang mengatakannya. Jee hamil, kan?"
Whoops! Suki shock dan reaksinya itu sudah cukup menjadi jawaban yang sangat jelas bagi Ayah Piak.
Ayah langsung pergi ke ruangannya Chaiyan dan menuntutnya untuk menjawabnya dengan jujur dan jantan. Apa Jee hamil dengan Chaiyan?
"Ayah tahu?"
"Aku tanya apa itu bayimu?"
Chaiyan ragu sesaat sebelum kemudian menyangkalnya yang jelas saja membuat Ayah meragukan jawabannya. Apa dia yakin?
"Walaupun aku suami yang buruk, tapi aku yakin kalau aku jauh lebih jantan daripada Thit."
"Apa hubungannya sama Thit? Jangan-jangan... Hei, Chaiyan! Jangan mencampakkan kesalahan dan tanggung jawab pada orang lain seperti bagaimana kau mencampakkan cucuku!"
Chaiyan bingung. "Cucu? Cucu apa?"
"Cucuku! Anakmu!"
"Ayah bicara apa?"
"Chaiyan! Jangan bilang kalau kau benar-benar yakin kalau Piak tidak hamil? Kalau kau sungguh berpikir seperti itu, berarti kau suami yang sangat bodoh!"
"Piak hamil?"
"Dia hamil! Aku harus memisuhimu atau Piak, hah? Bertengkar terus menerus sampai kehidupan rumah tangga kalian hancur!"
Dan kenapa Chaiyan masih berdiri saja di sini? Kenapa dia tidak segera pergi? Piak sudah mau pergi ke bandara. Kalau Chaiyan masih menginginkan istri dan anaknya, maka pergilah hentikan Piak.
"Baik."
"Jangan 'baik', pergi saja sana!"
Chaiyan akhirnya ngeh untuk segera pergi... dan kembali sedetik kemudian hanya untuk bilang terima kasih lalu cup~~~ mengecup pipi Ayah. LOL!
Piak sedang dalam perjalanan saat Chaiyan meneleponnya. Tapi tentu saja dia me-reject-nya.
Tak kekurangan akal, Chaiyan langsung menelepon supirnya Piak dan menyuruhnya untuk berhenti dan tunggu dia di sana, buat saja alasan kalau mobilnya mogok atau apalah.
Terpaksalah Pak Supir berhenti di tengah jalan dengan alasan mobilnya lagi mogok dan Chaiyan pun langsung ngebut ke sana.
Tapi Piak tidak mau menunggu karena takut ketinggalan pesawat. Dia bahkan sudah menelepon mobil jemputan dari bandara.
Jemputannya datang saat itu juga. Piak masuk duluan sementara para supir memindahkan barang-barangnya.
Untunglah Chaiyan datang tepat waktu dan langsung mengambil alih mobil jemputan itu sementara Pak Supir membantunya menahan si supir bandara.
Piak tidak menyadarinya sama sekali karena dia sedang memejamkan matanya. Baru saat mereka sudah cukup jauh, Chaiyan akhirnya buka suara dan menuntut kenapa Piak melakukan ini.
Piak jelas kaget melihatnya di sana dan langsung menuntut Chaiyan untuk menghentikan mobilnya.
Chaiyan menolak. Dia tidak mengerti kenapa Piak mau menculik anaknya? Apa Piak sebenci itu padanya sampai dia tidak mau membiarkan anak mereka punya ayah?
"Kau punya anak dengan orang lain, jadi kenapa juga kau mempedulikan anak ini? Aku tidak akan membiarkan anak ini berbagi ayah dengan orang lain. Jika dia tidak bisa memiliki ayahnya seorang diri, maka lebih baik dia tidak punya ayah!"
Hah? Menyadari Piak sudah salah paham, Chaiyan sontak menghentikan mobilnya di tengah jalan agar mereka bisa bicara baik-baik. Siapa yang bilang kalau anaknya Jee adalah anaknya? Piak menceraikannya supaya dia bisa memiliki anak mereka sepenuhnya, kan?
Kesal, Piak langsung mengeluarkan barang-barangnya dari bagasi. Tapi Chaiyan langsung merebutnya lalu melemparnya sejauh mungkin.
"Jee tidak hamil denganku! Anak itu anaknya Thit!"
"Tidak mungkin."
"Aku bertanggung jawab atas Jee gara-gara kakakmu yang tercinta itu!"
"Kenapa? Kau begitu mencintainya hingga kau rela bertanggung jawab menjadi ayah bayi itu? Itu yang ingin kau katakan padaku?!"
"Dengarkan aku dulu, Piak. Jika aku tahu kalau hamil, aku tidak akan meninggalkanmu. Jee dan aku tidak punya hubungan apapun. Orang yang kucintai adalah kau. Aku rela kau menghancurkan hidupku, tapi anak kita tidak tahu apa-apa dan aku tidak akan mengizinkan bayi kita menderita karena kedua orag tuanya tidak saling memahami, Piak."
"Waktu kau tahu kalau Jee hamil dengan orang lain, kau ingin kembali padaku, begitu? Jangan gunakan bayiku sebagai alasan. Katakan saja kalau kau cuma tidak punya tempat berpaling."
Saat Piak berniat pergi lagi, Chaiyan langsung mengambil ponselnya dan melemparnya sejauh mungkin. Piak kontan kesal memukuli d**anya.
"Pukul saja aku! Kalau kau ingin melampiaskan kemarahanmu, lampiaskan padaku. Kalau kau ingin menang dariku, kau tidak boleh menggunakan cara ini. Kau tidak boleh membawa bayi kita ke mana-mana. Mengerti Piak?"
"Kenapa? Kenapa aku tidak boleh melakukan? Kenapa?!"
"Apa kau ingin bayi kita menderita dan terlahir tanpa salah satu orang tuanya, Piak?"
Piak sontak menampar Chaiyan dan menuduh Chaiyan tidak mencintainya. Jadi bagaimana bisa dia percaya kalau Chaiyan mencintai bayi ini?
"Aku cuma pria biasa. Aku tidak tahu apakah aku bisa menjadi suami yang baik bagi siapapun. Tapi jika kau menghukumku seperti ini, anak kitalah yang akan terkena karmanya. Tidak masalah jika kita tidak menjadi suami istri. Tapi jika kita akan menjadi orang tua, ini tidak benar."
Chaiyan meminta maaf karena telah menyakiti Piak di masa lalu. Tapi biarpun dia suami paling buruk di dunia, tapi dia janji kalau dia akan menjadi ayah yang baik untuk anak mereka.
Chaiyan langsung berlutut di hadapannya dan memohon setulus hati agar Piak memberinya kesempatan.
Piak menangis haru mendengarnya. "Terima kasih karena kau kembali. Terima kasih karena kau selalu mengalah padaku di masa lalu dan bertahan menghadapi kebodohanku setiap saat."
"Terima kasih... terima kasih karena menjadi dirimu sendiri. Terima kasih karena kau masih mencintaiku. Terima kasih karena tidak meninggalkanku dan bayi kita. Maafkan aku, Chaiyan. Mulai sekarang aku janji, aku akan menjadi orang yang baru. Aku tidak akan menyakitimu lagi dan membuatmu merasa sial karena mencintai wanita sepertiku."
Di lobi, Managernya Pim terburu-buru datang membawakan dua berita penting: Jee dipecat dari lakorn produksinya Piak. Tapi berita kedua jauh lebih hebat, kabarnya Jee hamil.
Pim langsung antusias mendengarnya. "Hamil? Sama siapa? Jangan bilang sama Chaiyan?"
"Aku tidak tahu juga, tapi dipecat seperti ini saja sudah cukup mencurigakan, Nong Pim."
"Apa yang harus kita lakukan untuk mengeksposnya?"
Tepat saat itu juga, Jee dan Suki baru tiba di sana. Jee sama sekali tidak kelihatan hamil, karena itulah Pim makin bertekad untuk mengeksposnya. Pokoknya hari ini mereka harus tahu apakah Jee hamil atau tidak.
Selesai didandani, kedua aktris pun masuk ke lokasi pemotretan. Jee agak cemas karena dia disuruh berpose sambil menaiki kuda, sementara Pim terus mengawasinya dengan curiga.
Thit sedang sibuk bekerja saat Jane datang. Jane agak ragu awalnya, tapi akhirnya dia memutuskan untuk memberitahu Thit kebenaran akan Jee.
Ibunya Jee bilang bahwa pada malam kecelakaan itu, Sitta berusaha memper**sa Jee dengan cara menyuntikkan obat bius ke t**uh Jee. Karena itulah Jee melarikan diri dalam keadaan setengah sadar.
7 Comments
Ayo mb tinggal 1 episode ..lagi...lagiii
ReplyDeleteLanjut.......
ReplyDeleteHanya satu kata penasaran....lanjuutt
ReplyDeleteMaju terus minnn
ReplyDeleteakhirnya thit tau kebenarannya juga.
ReplyDeleteahhh cuma baca aja sampe mewek. lanjut mba, makasih
Lanjuutt mb... O ya stelah kluen cheewit slese tlng donk unwilling bride nya dilanjutin yaahh...☺️☺️☺️
ReplyDeleteKenapa aku ngrasanya ini updatenya satu episode seminggu yaa.
ReplyDeleteBtw... semangat minn
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam