Sinopsis Kleun Cheewit Episode 13 - 3

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 13 - 3


Jee berhasil melepaskan diri dari Sitta dan berusaha menyerangnya. Tapi Sitta langsung mendorongnya hingga Jee menabrak meja lalu mendekatinya dengan senyum licik.

Melihat vas bunga di depannya, Jee langsung memecah vas itu dan menggunakan bagian tajamnya sebagai senjata. "Aku tidak akan membiarkanmu membunuh siapapun yang kucintai!"

"Kau pikir kau bisa membunuhku dengan sesuatu semacam itu?"

"Coba saja. Akan kugorok lehermu dan akan kubiarkan darahmu mengucur perlahan-lahan. Biar kau tersiksa sampai mati karena telah telah menghancurkan hidup banyak orang. Hidup Khun Sathit, hidupku dan hidup ibuku!"


Si pelayan terus menyerang Khun Ying dengan ganas dan mencekiknya kuat-kuat. Tapi Khun Ying dengan cepat mengunggulinya dan balas mencekiknya lebih kuat sampai si pelayan sulit bernapas.

Khun Ying akhirnya terlepas dari cengkeraman si pelayan. Tapi si pelayan tak menyerah begitu saja dan langsung menangkap kakinya. Kesal, Khun Ying sontak menamparnya dengan tas lalu menghantamkan sebuah guci ke kepalanya.

 

Tapi suara ribut itu membuat Jee jadi kehilangan fokus dan Sitta sontak melemparkan lampu meja ke arahnya. Untung saja Jee sigap menghindar.

Sitta dengan cepat menangkap tangan Jee hingga vas itu terlepas dari tangannya. Dia langsung melempar Jee ke ranjang lalu menodongnya dengan pistol.


Si pelayan mati bersimbah darah. Tapi Khun Ying malah dihalangi sekretarisnya Sitta. Tanpa babibu, Khun Ying menghantam kepalanya dengan tas lalu menodongnya dengan pistol dan menendangnya.

Jee dengan cepat menyerang Sitta dan berusaha merebut pistol itu darinya. Tapi Sitta dengan cepat mengungguli lalu menempelkan pistol itu ke p**ut Jee.

"Selamat tinggal."


Menyadari dirinya tak bisa menghindar lagi, Jee pun menutup mata dan menunggu ajal menjemputnya dan DOR!

Pistol meletus... dan Sitta pun ambruk. Fiuh! Untunglah Khun Ying datang tepat waktu dan menembak Sitta. Dan akhirnya, Sitta pun mati.


"Jangan takut. Dia tidak akan bisa melakukan apapun padamu, jangan takut."

Jee shock, dia tak mengerti kenapa Khun Ying melakukan ini? Kenapa Khun Ying datang menolongnya? Tentu saja karena Jee putrinya. Bagaimana bisa dia mencampakkan Jee?

"Cepat pergi sebelum polisi datang!"

Tapi Jee malah memberontak dan menolak pergi meninggalkannya. Dia tidak akan membiarkan Khun Ying menanggung segalanya seorang diri. Dia akan bilang kalau Khun Ying melakukan ini demi menyelamatkannya.

"Ibu rela mengorbankan masa depan ibu untuk membeli hidup baru untukmu. Jangan melakukan hal bodoh! Jangan kotori dirimu sendiri dengan hal-hal seperti ini lagi. Percayalah padaku. Cepatlah pergi!"


Tapi Jee terus melawan, bersikeras tidak mau meninggalkannya sendirian menghadapi semua ini. Saat Khun Ying terus berusaha mendorongnya, Jee sontak memluknya erat.

"Berhentilah mengusirku, Bu. Apa Ibu tidak sadar kalau Ibu mengusirku sepanjang hidupku? Tapi aku tidak bisa pergi ke mana pun."

Bahkan saat Sitta menghancurkan hidupnya, Jee tidak pernah pergi ke mana pun. Satu-satunya hal yang Jee inginkan dalam hidupnya bukanlah uang atau reputasi, tapi Ibunya lah yang paling dia inginkan.


"Aku menginginkan Ibu. Jangan mengusirku lagi, Bu. Bukan cuma Ibu yang tidak bisa meninggalkanku. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Ibu. Aku mencintaimu, Bu. Bahkan sekalipun Ibu tidak mencintaiku, tapi aku mencintai Ibu."

Khun Ying menangis haru mendengarnya. "Maafkan Ibu, Jee. Maaf karena terlambat memberitahumu. Tak pernah satu hari pun dalam hidup ibu, ibu tidak mencintaimu. Ibu mencintaimu. Kaulah yang ibu cintai dalam hidup ibu. Ibu mencintaimu."

Ibu dan anak itu pun saling berplukan dengan penuh haru.

 

Sementara Thit masih berjuang melawan maut, Khun Ying menyerahkan diri ke kantor polisi. Jee hanya bisa melihat dari luar dengan berlinang air mata.

Suki dan yang lain terburu-buru datang dan berusaha mengajaknya pergi sekarang juga karena di luar ada banyak reporter. Tapi Jee menolak meninggalkan ibunya seorang diri.

Dao meyakinkan kalau dia sudah menyiapkan uang jaminan untuk Khun Ying, Jee pergi saja dulu dengan Suki sebelum kasus ini jadi tak terkendali.

Chaiyan setuju dengannya. Kalau sampai ada yang tahu Jee berada di TKP saat kejadian itu terjadi, maka media pasti akan heboh.


Tapi Jee ngotot tidak mau meninggalkan Khun Ying. Jade meyakinkan Jee kalau dia sudah menyiapkan pengacara untuk Khun Ying. Jee tidak usah khawatir, dia dan Dao yang akan menangani masalah ini untuk Jee.

Suki langsung menyeretnya pergi, tapi Jee masih tidak bisa tenang karena mencemaskan keadaan Thit. Bagaimana keadaannya? Dia sudah selamat, kan?

 

Saat Jee kembali ke rumah sakit, Thit masih belum sadarkan diri. Denga mata berkaca-kaca, Jee mengusap lembut wajahnya, memohon agar Thit akan baik-baik saja.

"Aku hanya memohon agar kau tetap di sini. Hiduplah agar aku tahu kau baik-baik saja. Kau boleh menyalahkan aku. Kau boleh marah padaku. Kau boleh marah padaku. Tapi tolong jangan tinggalkan aku. Kumohon padamu... jangan tinggalkan aku."


Jee langsung memluknya dengan berlinang air mata... saat tiba-tiba saja tangan Thit bergerak dan matanya terbuka. Sepertinya dia mendengar tangisan Jee karena kemudian dia melepaskan oksigennya dan berkata.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan tetap dekat denganmu, mengganggumu... dan menghukummu. Kau tidak akan pernah bisa kabur dariku, Jeerawat."


Jee sontak memluknya dengan penuh haru. Tapi tiba-tiba Thit mulai menyadari ada yang aneh dengan kakinya. Dia tidak bisa merasakan kakinya. Thit sontak berteriak-teriak panik...


Dan Jee pun tersentak bangun dari tidurnya. Ternyata cuma mimpi buruk. Tapi tak pelak mimpi itu membuat Jee gemetar ketakutan.

"Dao, aku bermimpi Khun Sathit tidak bisa jalan. Dia akan baik-baik saja, kan? Sekarang ini dia selamat, kan? Saat dia sadar nanti, dia bisa jalan kan? Iya kan, Dao?"

Prihatin, Dao langsung memluknya dan berusaha menenangkannya. Dia sungguh tak menyangka kalau cinta Jee pada Thit sebesar ini.

"Maaf, Jee. Karena sudah meninggalkanmu dan membiarkanmu menghadapi semua ini sendirian. Kalau aku kembali lebih lambat, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri."

Dao meyakinkan Jee bahwa Thit adalah orang yang baik. Dia sudah melewati banyak situasi berbahaya, kali ini pun dia pasti akan baik-baik saja.


Di rumah sakit, Jane melihat berita TV yang mengabarkan tentang pembunuhan Sitta oleh Khun Ying. Polisi menduga perselisihan mereka dikarenakan masalah bisnis dan polisi akan menyerahkan kasus ini ke pengadilan.

Jane langsung masuk kembali ke kamar Thit dan memberitahunya bahwa Sitta sudah terkena karmanya. Karena itulah Thit harus bangun agar dia bisa melihatnya sendiri bahwa karma dan keadilan itu benar-benar ada.

"Keluarga itu sudah membayar karma mereka. Entah apakah ini sepadan dengan nyawamu untuk mencapai keadilan itu. Tapi aku berharap kau sadar dan apapun yang akan kau hadapi, aku akan berjuang bersamamu. P'Thit, jangan tinggalkan aku sekarang."


Saat Pim membaca berita itu di koran, dia langsung emosi melempar korannya. Kesal bukan karena Sitta mati, tapi kesal karena dia cuma dapat saham dari Sitta. Dia tidak rela kalau Jee yang mewarisi semua kekayaan Sitta.


Saat Jee mengunjungi ibunya lagi, ternyata Khun Ying menolak pengajuan jaminan. Ia tidak akan memperjuangkan kasus ini.

"Tapi Ibu tidak bermaksud membunuhnya, Ibu melakukannya untuk melindungiku."

"Tapi jika kita memperjuangkan kasus ini, mereka akan menggali latar belakang kita. Aku tidak mau ada apapun yang bisa menghancurkanmu, Jee."

"Aku tidak takut. Inilah kebenarannya, Bu."

"Kebenaran yang akan mati bersamamu. Ibu ingin kau memiliki hidup baru. Ibu tidak mau sejarah yang penuh skandal ini mengikutimu. Dengarkan ibu. Ibu mengakui bahwa ibu melakukan ini sendiri. Tidak ada hubungannya denganmu."

"Tapi ini tidak adil, Bu."

Tapi bagi Khun Ying, ini cukup senilai dengan melihat putrinya akhirnya bebas. Jika bukan karena dirinya, Jee pasti tidak akan mengalami hal seburuk ini. Jee tidak perlu menyalahkan dirinya saendiri. Dia punya hak untuk memiliki hidup yang baik dan bahagia seperti orang lain.


"Ibu akan membeli hidup baru untukmu. Jangan sia-siakan pengorbanan ibu. Mengerti? Mulai sekarang, kau harus menunjukkan padaku kalau kau bahagia agar semua yang kulakukan menjadi berharga."

"Bagaimana bisa berharga jika aku tidak punya siapapun dalam hidupku, Bu."

"Tapi ibu sudah mengaku, jadi mereka akan mengurangi hukumannya dan masa depan adalah kesempatan kita untuk bersama. Percayalah padaku, Jee. Kau harus bahagia. Kau harus memiliki hidup baru dan bahagia."

Mendengar itu, Jee sontak memluk erat ibunya dan menangis haru.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments