Kade cepat-cepat mengalihkan topik memberitahu Por Date kalau dia ingin pergi ke pasar kecil untuk memesan panggangan. Por Date heran mendengarnya, di dapur kan banyak panggangan, untuk apa beli lagi.
Kade meyakinkan kalau ini bukan hotpot biasa, ini hotpot baru. Yang tak disangka, Por Date setuju dengan mudah dan menyuruh Kade untuk menggambarnya, nanti dia akan menyuruh pedagang Cina untuk membuatnya.
Tapi sedetik kemudian, dia malah mengomeli Kade bahwa wanita baik-baik tidak boleh 'Ta Waen' (keluyuran) keluar rumah. Melakukan hal itu hanya akan membuat orang-orang menggosipkannya. Apa Kade tidak takut digosipin?
Tapi Kade malah tidak mengerti kata-katanya barusan. "Apa itu 'Ta Waen'?"
Por Date bingung. "Ta waen... itu... pergi kesana-kemari. Kenapa kau tidak memahami bahasa kita?"
"Pergi kesana-kemari? Oh, Da Waen (keluyuran - pelafalan modern)."
Por Date sontak emosi, ngotot menegaskan kalau yang benar itu 'ta waen'. Apa itu 'da waen'?! Kedua pelayan sampai ketakutan dan langsung mundur. Tak ingin memperpanjang masalah ini, Kade mengalah saja.
"Mengenai gosip, dengarkan yah. Hentikan api membakar. Hentikan mentari bersinar terang. Hentikan usia dari menua. Hentikan semua itu dulu sebelum kau bisa berhenti bergosip. Siapapun yang bergosip, biarkan saja. Kitalah yang paling tahu diri kita sendiri, itu saja sudah cukup."
Por Date tersenyum mendengarnya. "Puisi yang bagus... tapi sikapmu, perangaimu, dan main mata seperti itu tidak baik."
"Aku tidak menciptakan puisi itu sendiri. Aku menghapalnya dari para tetua. Sedangkan perangaiku, aku sudah seperti ini sejak lahir. Aku ingin sekali menggambarnya, tapi aku cuma bisa menggambar ayam yang kelihatan kayak bebek. Aku takut kalau aku menggambar panggangan, malah akan kelihatan kayak ayam. Ayam memasak ayam." Canda Kade... yang kontan membuat Por Date ikut tertawa.
Tapi sedetik kemudian dia menyadari semua orang menatapnya dengan senyum geli. Pfft! Por Date sontak balik sok jaim lagi dan kembali menekuni pekerjaannya sambil ngotot menyuruh Kade untuk mengambarnya.
Maka Kade pun langsung mendekati Joi sambil tanya. "Apa ada sesuatu untuk 'sketch'?"
Joi bingung apa maksud ucapannya yang aneh itu. Menyadari kebingungannya, Kade menegaskan bahwa yang dimaksudnya adalah sesuatu untuk menggambar. Oh, Joi mengerti lalu menyerahkan sebuah papan tulis kecil dan kapur untuknya.
Kade mencoba menggambar, tapi bingung bagaimana harus menggambarnya dan jadilah dia sibuk menggambar dan menghapus terus menerus. Melihat itu, Por Date dengan manisnya menyuruh Joi untuk menerangi Kade dengan lentera.
Sementara Kade sibuk fokus pada kegiatan menggambarnya, Por Date terpesona melihat sosoknya yang tampak begitu bersinar... sampai saat Kade menunjukkan hasil gambarnya yang nggak jelas bentuknya.
Por Date sontak menyuruhnya untuk menggambar ulang dengan ketus. "Sembuh dari sakitmu kali ini, yang kau pikirkan cuma keluar rumah?" Heran Por Date dan Kade cuma menjawabnya dengan senyum canggung.
Tapi akhirnya Por Date menyerah juga. "Baiklah, aku akan membawamu."
Kade dan duo pelayan senang mendengarnya. Joi bahkan antusias menyatakan kalau dia akan menyiapkan perahu besok padahal Por Date belum ngasih perintah.
Por Date menegaskan bahwa Kade harus menggambar dan menjelaskannya pada si pedagang Cina dengan benar agar dia bisa mendapatkan panggangan yang diinginkannya.
"Besok... bersiaplah." Ujar Por Date dengan gaya sok cueknya. Padahal saat Kade kembali fokus menggambar, Por Date diam-diam meliriknya.
Keesokan harinya, Por Date naik duluan ke perahu lalu dengan manisnya mengulurkan tangan untuk membantu Kade naik. Kade agak curiga. Tapi saat Por Date hendak menarik tangannya, Kade tiba-tiba menggenggamnya lalu duduk di hadapannya sambil terus memegangi tangan Por Date.
Malu, Por Date buru-buru melepaskan tangannya lalu menyuruh pelayannya untuk segera berangkat. Dia memerintahkan Joi untuk masuk Phranakorn melewati pintu Chukainoi.
"Pintu apa?" tanya Kade.
"Chukainoi."
"Mereka menjual apa di sana?"
"Di sana ada pasar."
Sesampainya di pasar, Kade membeli beberapa peralatan tulis dan Por Date yang membayari semuanya, termasuk 3 buku tulis berwarna hitam. Por Date heran, kenapa dia membeli 3 buku?
"Karena aku tidak perlu membayarnya sendiri. Kalau aku bayar sendiri, aku cuma akan beli satu." Santai Kade sambil ngakak keras-keras.
"Nona, jao ka." Tegur Pin.
"Oi! Aku ketawa kayak kuda. Aku ingat. Hahahahaha!"
Por Date lalu membawanya ke tempat pandai besi. Tapi dia melarang Kade mendekat soalnya di sana panas. (Khun P' so sweet deh)
"Oh, dia cemas. Dia takut anda kepanasan." Goda Yam. Kade sampai malu mendengarnya, ini tidak seperti yang mereka pikirkan kok.
Por Date kembali sesaat kemudian bersama pemilik tempat itu yang bernama Jin Hong, dialah yang akan membuatkan panggangan pesanan Kade.
Maka Kade pun mulai menggambar bentuk hotpot modern yang diinginkannya. Dan syukurlah setelah latihan semalaman, sekarang dia bisa membuat gambar yang lebih bagus dan lebih jelas.
Dia menginteruksikan Jin Hong bahwa panggangannya harus tebal, pegangannya harus terbuat dari kayu biar tidak panas, dan ukuran lubang-lubangnya harus sama rata agar dagingnya matang sempurna. Puas memberi instruksi, Kade antusias tanya mereka mau ke mana selanjutnya?
"Pulang."
"Jangaaaan! Kenapa? Ini kan masih siang. Kita bahkan masih bisa pergi ke kuil, Khun P'~~~"
Tapi Por Date masa bodo dan langsung mendahului mereka ke dermaga. Jadilah Kade ngedumel sebal sepanjang perjalanan pulang karena rencananya mengunjungi berbagai kuil untuk berderma, gagal total.
Bertekad ingin melihat 3 patung Buddha, Kade mencoba berbalik menghadapi Por Date. Tapi dia malah oleng. Por Date berusaha menangkapnya, tapi malah membuat mereka berdua terjatuh ke air.
Kade panik setengah mati, tapi Por Date dengan manisnya menenangkan Kade dengan melingkarkan tangan Kade ke pingangnya lalu membawa Kade naik ke permukaan.
Dia membantu Kade naik ke perahu. Tapi tiba-tiba ada perahu lain yang melaju terlalu dekat dengannya hingga menghantam kepalanya. Por Date sontak pingsan dan tenggelam.
Para pelayan bergegas menyelamatkannya. Mereka berusaha mengeluarkan air dari dalam paru-parunya dengan cara membalik tbuhnya dan menepuk-nepuk punggungnya, tapi tidak berhasil.
Cemas, Kade langsung mengambil alih, mengecek detak jantungnya dan napasnya. Tapi malah mendapati Por Date sudah tidak bernapas.
Joi malah semakin menakuti mereka karena dia menduga kalau Por Date sudah mati. Kesal, Pin sontak menendangnya keras-keras sampai Joi tercebur ke sungai.
"Khun P', kau cukup kuat untuk menendang seekor kuda sampai mati. Masa kau akan mati hanya karena terantuk perahu?"
Tapi Por Date tetap saja tidak sadarkan diri. Apa boleh buat. Tak ada pilihan lain. Hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Por Date.
Kade langsung memecet hidung Por Date, membuka mulutnya lalu menempelkan bibirnya untuk memberinya napas buatan... yang jelas saja langsung menghebohkan semua penonton karena mereka tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Kade dan tampak jelas mereka semua salah paham.
Tetap tidak ada reaksi. Kade berusaha memompa d**a Por Date dan melakukan CPR lagi dan kontan membuat para penonton jadi semakin heboh.
Tapi saat Kade hendak melakukan CPR untuk ketiga kalinya, dia mendapati mata Por Date sudah membuka. Kade lega, syukurlah dia sudah siuman.
Tapi kejadian yang membuatnya hampir mati barusan tiba-tiba membuat Por Date bisa melihat sosok asli Kadesurang yang bersemayam dalam diri Karakade, si wanita culun tapi baik hati, dan itu benar-benar membuatnya tercengang.
Para ibu-ibu yang menonton dari kejauhan langsung bergosip sinis, mengira Kade tadi mencii*m pria di siang bolong di tengah keramaian pasar.
"Menyelamatkan nyawa seperti yang dilakukan farang! Apa kalian tidak pernah melihatnya?!" Teriak Kade membela diri. Tapi mereka semua tidak mau tahu lalu bubar sendiri-sendiri.
Saat mereka naik kembali ke perahu, Kade menepuk-nepuk tangan Por Date untuk menenangkannya. Tapi Por Date tiba-tiba melihat penampakan sosok asli Kadesurang lagi walaupun cuma sekilas. Apa yang dilihatnya itu benar-benar membuat Por Date tak bisa mengalihkan pandangannya dari Kade sepanjang perjalanan pulang.
Setibanya di dok rumah, Pin dan Yam menatap nona mereka dengan aneh. Seolah memahami pikiran mereka, Kade menegaskan kalau apa yang dia lakukan pada Por Date tadi adalah menyelamatkan nyawa, ci*man untuk menyelamatkan nyawa.
Para pelayan pria membantu Por Date turun. Tapi Por Date tiba-tiba terjatuh sambil memegangi tengkuknya. Kade jadi cemas, jangan-jangan pembuluh darahnya pecah.
Dia mencoba menyodorkan jarinya di hadapan mata Por Date agar dia tetap fokus. Tapi pandangan Por Date buram. Dia bahkan sulit melihat jari Kade yang berada di hadapannya.
Cemas, dia mencoba menggenggamkan tangan Por Date ke jarinya. Tapi Por Date hanya diam menatapnya dengan keheranan.
3 Comments
Lanjut y, jgn lama2
ReplyDeleteLanjuuut mba...
ReplyDeleteLanjut....Semangat!!!
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam