Kade terkejut mendengar siapa Ayah Por Date yang sebenarnya. Tapi perhatiannya teralih dengan cepat saat Khun Ying mengomeli kedua pelayannya Kade yang tidak becus mengurus nona mereka. Kade tidak terima, memangnya apa yang salah dengan model rambutnya?
"Tidak ada orang yang membantah sebanyak dirimu. Ee Pin, Ee Yam. Bawa majikan kalian pergi. Jika dia tidak berdandan layaknya orang normal, maka kalian berdua yang akan dihukum!"
Tapi Kade ngotot membela diri. Ini kan rambutnya, dia bisa menatanya sesuka hatinya. Salahnya dia di mana?
Kesal, Khun Ying langsung meminta suaminya untuk menangani masalah ini untuknya. Pokoknya dia tidak akan membiarkan Kade ke kuil dengan model rambut anehnya ini. Memalukan! Semua orang pasti akan bergosip ke seluruh Ayutthaya, mengatakan kalau Mae Ying dari rumah ini sudah gila.
Tapi yang tidak disangkanya, Ayah malah mendukung Kade dan memuji model rambutnya ini unik. Jelas saja Khun Ying tambah kesal dibuatnya, bahkan mengancam tidak akan ikut kalau begitu.
"Lakukan saja apa yang disuruh Ibu." Perintah Por Date.
Kade tidak terima "Memangnya kesalahan apa yang kuperbuat? Apa ini melanggar hukum?"
"Kau tidak melakukan kesalahan."
"Lalu kenapa?"
"Kau akan menghadapi tatapan semua orang yang ada di kuil, dan itu tidak baik untukmu... dan aku juga tidak menginginkan hal itu terjadi." Ujar Por Date. (Aww, manis juga dia)
Tak lama kemudian, Kade akhirnya mengalah dan berdandan seperti biasanya. Dalam perjalanan, Kade memperhatikan perahu ini tidak mengarah ke jalan yang pernah mereka lewati waktu ini.
"Kuil Ayutthaya ada di sebelah sana."
"Oh! Kalau begitu, kita akan melewati istana, yah?" Seru Kade saking antusiasnya... sebelum kemudian dia menyadari kesalahannya dan buru-buru memelankan suaranya. "Benar, kan?"
"Ya." Bisik Por Date.
Seperti biasanya, Kade terus tanya ini-itu sepanjang jalan dan Por Date berbaik hati menjawab semua pertanyaannya. Saat mereka melewati sebuah benteng, Kade langsung penasaran itu benteng apa?
"Benteng Tai Sanom."
Wah, Kade sontak terkagum-kagum memandangi benteng itu. Por Date heran, apa dia tahu benteng itu? Kade menyangkal dan terus saja tanya-tanya. Apa benteng ini terhubung ke pintu Sanuan? Pintu yang biasanya digunakan para selir raja untuk keluar naik ke perahu itu?
"Di depan itu pintu Sanuan." Ujar Por Date
Kade benar-benar kagum melihat pemandangan itu. "Itu benar-benar pintu Sanuan. Mereka menutupnya agar tidak dilihat siapapun... Yang itu apa, yang terhubung ke Kampaeng Tisuk?"
"Aula Suriyat Amarin."
"Oh! Dan setelah itu... aula konvensi, iya kan?"
"Kalau kau perhatikan baik-baik. Kau akan melihat (aula itu) di sana."
Saking kagumnya, Kade santai saja mendekat ke arah Por Date agar bisa melihat aula itu lebih dekat. Dia sungguh tak menyangka kalau dia akan melihat semua itu dengan mata kepalanya sendiri. Rasanya seperti mimpi.
"Kenapa seperti mimpi?"
"Aku cuma bisa mendengarkan ucapan profesor dan membayangkannya sendiri. Tapi sekarang aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Mataku sendiri!"
Ada sesuatu lain yang menarik perhatiannya, tapi entah apa yang terjadi karena tiba-tiba saja Kade oleng dan jadilah kepalanya mendarat di bahu Por Date. Khun Ying sontak kesal menyalahkan Joi yang malang dan menuduhnya tidak becus mendayung.
Por Date kaget mempelototi Kade, maka Kade pun cepat-cepat menarik diri dengan canggung. Tapi Kade langsung antusias lagi saat mereka hampir tiba di kuil.
"Kuil Ayutthaya. Aku melihatnya lagi, Reung."
Dia cuma berbisik, tapi cukup keras sampai Por Date bisa mendengarnya dan jelas jadi penasaran dengan ucapannya. Kade menjelaskan bahwa maksudnya dia sudah cukup lama ingin melihat kuil itu.
Setibanya di kuil, Kade langsung jadi pusat perhatian semua orang. Awalnya dia tidak menyadarinya saking antusiasnya bisa berada di sana. Tapi saat mengedarkan pandangannya, dia mulai menyadari para nyonya-nyonya yang menatapnya sambil heboh kasak-kusuk.
"Astaga, Karakade. Kau pasti nyebelin banget, semua orang membencimu. Lihatlah tatapan semua orang itu, seolah aku ini semacam penyakit." Batin Kade.
"Mae Karakade, kau bisa masuk kuil juga?" Sinis seorang nyonya.
Kade memberinya salam hormat dengan sopan, padahal diam-diam dalam hatinya dia nyinyirin sapaan si nyonya. "Sapaan yang sangat manis, jao ka. Aku bukan hantu, kenapa juga aku tidak bisa masuk kuil?"
"Sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu padaku. Apa yang ingin kau katakan?" Ketus si nyonya.
Kade tak tahu harus ngomong apa, malah Por Date yang angkat bicara untuknya. "Dia sedang kurang sehat, Khun Ying Thun."
Kade melempar senyum manis dan tulus pada Janward, tapi Janward langsung menghindari tatapannya. Kade semakin heran melihat reaksinya itu, masa dia juga tidak boleh senyum.
Tapi kemudian dia melihat Por Date berpaling menatap Janward dan Janward langsung membalasnya dengan senyum malu-malu.
Menyadari ada sesuatu di antara kedua orang itu, Kade dengan sengaja usil memajukan wajahnya di antara mereka. Pfft! Senyum Por Date seketika sirna begitu melihat wajah Kade dan buru-buru memalingkan wajahnya.
"Aduh, aku takut. Di hadapan gebetanmu kau tidak berani senyum pada wanita lain." Batin Kade geli.
Tapi kemudian ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya saat dia mendengar Ayah Por Date sedang memperkenalkan dua orang pria yang salah satunya adalah Ayahnya Janward - Thun Khun Lek.
Dalam flashback, kita mendengar dosennya Kade menjelaskan siapa itu Chao Phraya Gosa Lek. Ia adalah seorang figur yang cukup penting dalam masa pemerintahan Raja Narai.
Ia adalah prajurit yang dikirim Raja Narai untuk menyerang Burma dan berhasil menaklukkan Kerajaan Angwa hingga membuat kerajaan itu tak berani menyerang Ayutthaya selama lebih dari seratus tahun kedepan.
Gosa Lek adalah seorang pejuang yang sangat ahli dan merencanakan peperangan yang dilakukannya dengan cerdas. Semua orang memanggilnya Khun Lek dan ia adalah prajurit kesayangan Raja Narai.
Mereka juga teman dekat karena usia mereka sepantaran dan mereka juga tumbuh bersama karena Khun Lek adalah putra dari ibu susuan Raja Narai.
Akan tetapi, Khun Lek kemudian berakhir tragis di tangan Raja Narai sendiri. Dalam catatan sejarah, Raja Narai salah sangka mengira Khun Lek melakukan korupsi.
Waktu itu, Raja Narai ingin membangun benteng yang besar seperti bangsa-bangsa Eropa. Mereka mengumpulkan banyak sekali prajurit dan pekerja untuk membangun benteng.
Tapi ada peraturan yang mengatakan bahwa siapapun yang tidak ingin bekerja, harus memberikan kompensasi uang. Karena adanya aturan itu, banyak sekali orang-orang yang memberikan uang untuk Khun Lek agar mereka tidak perlu bekerja. Dari sinilah Khun Lek kemudian dituduh melakukan korupsi, lalu dihukum dengan sadis sampai mati.
Tiba-tiba ada seorang nyonya yang mengungkit-ungkit insiden perahunya Janward yang menewaskan seorang pelayannya. Apa sekarang Janward sudah merasa baikan? Cemas si nyonya.
Janward memberi hormat pada si nyonya sebelum menjawab dan Kade pun langsung ikutan memberi hormat pada si nyonya. Tapi si nyonya jelas tak nyaman dengan sapaan Kade.
"Saya baik-baik saja sekarang, jao ka. Tapi saya masih memikirkan Ee Dang." Ujar Janward.
Khun Ying Jumpa menyarankan Janward untuk belajar berenang... untuk jaga-jaga jika kejadian itu terulang maka takkan ada lagi yang meninggal. Si nyonya tadi penasaran dengan gosip yang mengatakan bahwa ada orang yang menggulingkan perahunya Janward.
"Siapa pelakunya? Hatinya sungguh kejam." Sinis si nyonya sambil melontarkan tatapan menuduh pada Kade. Dan bukan cuma dia seorang yang menatapnya begitu, semua nyonya yang ada di sana juga menatap Kade dengan tajam.
Tapi Ayah Por Date langsung membela Kade dan menegaskan bahwa mantra bulan tidak akan mengampuni orang yang bersalah. Kade sungguh tersentuh mendengarnya.
Tapi kemudian, saat Ibunya Janward menanyakan masalah kesehatannya Kade, Kade malah bilang kalau dia sakit gara-gara mantra bulan yang jelas saja membuat semua orang di kuil semakin ribut kasak-kusuk menggosipkannya.
Menyadari suasana tak enak ini, Pin menyarankan Kade untuk keluar saja dulu. Dia bisa kembali saat biksu datang nanti. Kade akhirnya menuruti saran Pin dan keluar dengan sedih. Tapi sepertinya Por Date mulai prihatin melihatnya seperti itu.
3 Comments
Kasihan kade.
ReplyDeleteLanjutkan mba...
Sangat sangat d tunggu kelanjutannya.ini lakorn yg menarik perhatian saya setelah game sanaeha
ReplyDeleteLanjut....
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam