Ternyata itu memang rencananya Pim untuk membuat Suki pergi bersamanya. Soalnya telepon tadi dari supir mereka yang memberitahu kalau dia melihat Piak dan Chaiyan datang untuk menjenguk Jee.
Apa?! Suki sontak panik berusaha membuka lift-nya yang jelas saja membuat Pim semakin curiga. Kalau Jee tidak pura-pura sakit, ngapain juga Suki takut? Sekarang keadaan terbalik, gantian Pim dan Managernya yang mencengkeram Suki erat-erat biar dia tidak bisa mencegah Piak.
Suki berhasil melepaskan diri dari cengkeraman kedua wanita itu, tapi kedua wanita ganas itu menangkapnya kembali dengan cepat. Suki tambah ganas menyerang si Manager dan bergegas kabur dari mereka.
Chaiyan berusaha mengingatkan Piak bahwa Suki melarang siapapun berkunjung. Tapi Piak ngotot kalau yang dimaksud Suki itu media, mereka kan teman, jadi mereka boleh datang menjenguk.
Sesampainya di kamarnya Jee, mereka melihat ranjangnya tertutup tirai. Chaiyan terus berusaha menghentikan Piak, tapi Piak tidak peduli dan langsung menarik tirai itu... dan mendapatinya kosong.
Suki juga terburu-buru datang saat itu, disusul dengan Pim dan Managernya yang langsung nyinyir melihat ranjang itu kosong. Di mana Jee? Katanya dia sakit? Terus dia di mana sekarang? Suki galau tak tahu harus bagaimana.
Tapi untunglah saat itu juga, terdengar suara Jee yang baru keluar dari kamar mandi dengan memakai kursi roda dan dandanan lengkap ala pasien.
Dao pun ikutan pakai masker biar tambah meyakinkan. Bahkan saat Chaiyan berniat mendekat, Dao langsung melarangnya dengan alasan Jee terkena demam dan flu menular.
Suki langsung pede nyinyirin Pim dan Managernya. "Hei! Kalau kalian pikir Jee tidak sakit, sana endus penyakitnya." Suki langsung mendorong mereka ke Jee dan Jee langsung batuk-batuk ke mereka.
Pim tetap ragu, kapan Jee sakit. Sebelumnya dia lihat Jee baik-baik saja dan tidak ada tanda-tanda sakit. Dia tanya begini untuk membantu Jee menjernihkan berita tentang dirinya. Sekarang ini medsos sedang heboh menuduh Jee pura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian dari seseorang (Chaiyan).
"Khun Jee benar-benar sakit." Sahut Jade yang mendadak muncul (dan membuat Managernya Pim kesengsem). "Aku sendiri yang membawanya ke rumah sakit."
Melihat keheranan semua orang, Suki tiba-tiba mengumumkan bahwa Jade ini adalah bodyguard barunya Jee. Dan tolong yah, kalau ada yang tanya ke Pim apakah Jee pura-pura sakit, tolong jernihkan berita itu.
"Dia punya penjaga sebaik ini dan sama sekali tidak perlu mendapatkan perhatian dari siapapun."
"Aku meminta maaf karena sudah mengacaukan pekerjaan."
"Kalau kau sudah baik, maka kita bisa mulai syuting lagi besok." Sinis Piak
Chaiyan cemas, apa Jee sungguh sudah baikan? Jee mengiyakan. Tapi Piak jadi cemburu dan langsung maju untuk menghalangi pandangan Jee ke Chaiyan. Canggung gara-gara sikap istrinya, Chaiyan pun buru-buru pamit.
Khun Ying akhirnya bisa lega saat menonton infotainment yang memberitakan bahwa Jee absen kerja karena sakit. Tapi tiba-tiba Sitta muncul dan langsung mencekiknya kuat-kuat.
"Lihatlah betapa mudahnya bagiku membunuhmu. Karena itulah, katakan pada putrimu agar jangan bersekongkol dengan Sathit dan membahayakan bisnisku."
"Apa maksudmu? Jee tidak akan pernah melakukan itu."
"Dia pasti berpikir aku bodoh. Dia mungkin berpikir kalau aku tidak tahu apa yang dia lakukan."
Ketakutan, Khun Ying berusaha meyakinkan Sitta bahwa Jee tahu siapa yang menyokongnya. Karena itulah Jee tidak akan membahayakan Sitta, karena melakukan hal itu sama saja membahayakan ibunya juga. Khun Ying pun tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.
Sitta malah mencekiknya makin erat. "Kesempatanmu untuk bernapas tidak banyak. Kau tahu sendiri kalau aku tidak pernah memberi kesempatan kedua!"
Setelah semua orang pergi, Jee menuntut penjelasan Suki, sejak kapan Jade jadi bodyguard-nya? Kenapa dia tidak tahu?
"Aku sendiri yang menyarankan." Aku Jade
Dao menambahkan. Suki sebenarnya berniat mencarikan private bodyguard untuk Jee. Tapi Dao tahu kalau Jee pasti tidak akan menyukai hal itu, makanya dia mengusulkan Jade.
"Aku tidak butuh!"
Suki ngotot kalau Jee harus menerimanya. Apa Jee tahu betapa cemasnya mereka semua selama dia menghilang.
"Tapi kan aku sudah kembali dengan selamat dan tanpa cedera.. P'Suki, bisakah kau jangan memperbesar masalah?"
"Tapi hidupmu adalah masalah besar bagiku."
Suki tahu kalau Jee berpikir bahwa tak ada seorangpun yang mencintainya atau peduli padanya. Dia tahu kalau Jee tidak mempercayai hal-hal semacam cinta sejati.
Tapi asal Jee tahu saja, bahwa saat Jee mempertaruhkan hidup dan matinya, semua orang di sini mencemaskannya setengah mati. Khawatir, marah, dan ketakutan setengah mati.
Jee tersentuh mendengarnya dan akhirnya tidak lagi mempermasalahkan hal ini. Lalu apa Jade sudah mempersiapkan mobil untuk jadi bodyguard-nya?
"Hei! Masih bercanda?"
"Baiklah. Sendirian membuatku lupa tentang kekhawatiran orang lain."
"Kalau begitu, jangan lakukan hal ini lagi. Mengerti?" Pinta Dao
Suki juga memohon banget sama Jee. "Bisakah kau berhenti terlibat dengan Khun Sathit?"
"Jika dia tidak menggangguku, aku tidak perlu berurusan dengan dia."
Thit berniat mau nonton TV setelah mandi. Tapi saat mau mengambil remote, dia malah melihat majalah yang ada foto Jee di atas mejanya... yang kontan membuat Thit teringat kembali kenangannya bersama Jee selama di pulau.
Kenangan itu membuatnya gelisah hingga dia langsung membalik majalah itu dan berniat melupakan Jee. Tapi saat dia menyalakan TV-nya, yang muncul pertama kali malah iklannya Jee.
Thit langsung kesal mematikan TV-nya. "Sampai kapan kau akan menghantuiku?!"
Keesokan harinya, Chaiyan mengunjungi Jee sendirian dan tanya apakah Thit menculik Jee. Jee menyangkal, mereka kebetulan bertemu dan dari situlah dia mengetahui kalau Thit terlibat dalam... urusannya Sitta, makanya Jee harus menghalanginya.
"Kenapa kau harus menghalanginya, Jee?"
"Karena dia tidak tahu bagaimana sebenarnya... dia tidak tahu apa yang bisa dilakukan Thun Sitta. Jika Khun Sathit mengetahui semua perbuatan ilegalnya Sitta, dia bisa mati sebelum masalah itu mencapai pengadilan."
Chaiyan tidak mengerti, ini kan bukan pertama kalinya Thit mempertaruhkan nyawanya demi sebuah kasus.
"Tapi ini bisa saja jadi kasus terakhirnya. Makanya aku ingin kau mencari tahu apa yang sebenarnya ingin dilakukan Khun Sathit."
"Aku tidak mengerti."
"Apanya yang tidak kau mengerti? Cukup selidiki saja dokumen apa yang dimiliki Khun Sathit dan apa rencananya. Itu saja."
"Aku tetap tidak mengerti."
"Apa lagi yang tidak kau mengerti?"
Chaiyan tidak mengerti, bukankah Jee bilang kalau dia tidak ingin terlibat dengan Thit? Dan masalah itu adalah masalah diantara Thit dan Sitta saja, tidak ada hubungannya dengan Jee. Terus kenapa Jee ingin terlibat?
Jee langsung canggung, tak tahu harus menjawab apa. Tapi akhirnya dia beralasan karena Bibi Wadee kan cuma punya Thit sekarang. Sudah menjadi tugas Jee untuk melindungi satu-satunya orang yang Bibi Wadee miliki.
Chaiyan ragu dengan alasan itu, tapi Jee buru-buru menghindar sebelum Chaiyan membahasnya lebih jauh. Tapi baru selangkah berjalan, dia malah dihadang Khun Ying.
Chaiyan akhirnya pergi sendirian, tanpa menyadari Piak yang sedang mengintainya dari kejauhan. Kesal, dia langsung menghubungi penulis skenario dan menanyakan apa adegan pertama Jee. Hmm... entah apa rencananya.
Jee berusaha mengacuhkan ibunya, tapi tentu saja Khun Ying terus membuntutinya dan menuntut kenapa Jee pergi bersama Thit. Apa Jee tidak sadar kalau dia membahayakan nyawanya.
Jee menyangkal. Bukan dia yang membahayakan nyawanya. Jika tidak, Sitta pasti tidak akan memaksa Khun Ying kemari untuk mengancamnya.
"Jee, aku datang bukan untuk mengancammu perihal pria itu. Katakan padaku, apa yang kau dan Sathit lihat?"
"Mana bayaran untuk membuka mulutku?"
"Jee!"
"Maaf. Aku pasti terlalu banyak meniru perilaku ibu. Segalanya adalah uang."
"Katakan padaku! Apa yang kau dan Sathit lihat?"
"Aku tidak akan memberitahu! Sebagaimana dia membuat hidupku tersiksa, sekarang saatnya dia membayar karmanya."
Coba saja Jee lakukan sesuatu pada Sitta, Khun Ying lah yang tidak akan mengampuni Jee. Jee tak percaya mendengarnya, Khun Ying akan membunuhnya demi orang lain?
"Jika aku bisa memberimu nyawa, maka aku juga bisa mengambil nyawamu."
"Kalau begitu ambil saja nyawaku sekarang. Karena bagaimanapun, aku adalah putri ibu, jadi aku juga memiliki perilaku ibu. Semakin ibu berusaha menghentikanku, aku akan semakin menjadi-jadi."
Kesal, Khun Ying sontak melayangkan tangan untuk menamparnya... tepat saat Jade datang dan langsung menangkap tangan Khun Ying, bahkan mengancam akan memanggil sekuriti jika dia berani menyakiti Jee.
3 Comments
Maksih min updatenya cpet...tuk slanjutnya sperti ini ya jng lama2...semangaattt☺️☺️☺️
ReplyDeletelanjut.....semangat!!!!
ReplyDeleteSetiap jam berkunjung.....
ReplyDeleteSemangat minnnnn....
Kami menunggumuuu
Fighthinh...
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam