Curiga kalau Thit menculik Jee, Chaiyan pergi ke rumah Thit, tapi tentu saja rumah itu sepi dan gelap gulita. Dia sungguh tidak mengerti kenapa Thit sampai melakukan hal seperti ini.
Thit tengah merenung dalam kegelapan saat tiba-tiba dia mendengar Jee memanggil-manggil Nenek Jan dalam tidurnya.
Thit berusaha membangunkannya dengan kesal, tapi Jee terus gelisah memanggil-manggil Nenek Jan. Lama-lama Thit jadi cemas, teringat betapa menderitanya Jee saat ditinggal Nenek Jan.
Dia terus bergerak-gerak dalam tidurnya hingga tak sengaja tangannya menyentuh tangan Thit yang kontan membuat Thit jadi semakin cemas.
Dia mengulurkan tangannya ke balik kelambu untuk mengeceknya dan mendapati Jee demam. Dan walaupun tadi Jee berkata bahwa dia tidak akan menyalahkan Thit jika dia mati, tetap saja hati nurani Thit tak bisa mengabaikannya begitu saja.
Dengan cepat dia mengambil sebaskom air, kain, dan obat yang tadinya dia lempar ke Jee. Dia lalu menyingkap kelambu tempat tidurnya Jee, menarik Jee bangun dan berusaha memaksa Jee untuk menelan obat itu.
Jee terbangun karenanya, tapi dia langsung mundur ketakutan. Thit nyinyir melihat reaksinya, jadi Jee bisa takut juga sama dia? Dia berusaha lagi memaksa Jee, tapi Jee ngotot tidak mau meminum obat itu sampai Thit kesal.
"Hei! Jangan sakit atau mati di sini! Minum ini."
Jee ngotot menolak dan menutup mulutnya rapat-rapat. Kesal, Thit langsung menutup hidung Jee sampai Jee akhirnya tidak tahan lagi dan terpaksa harus membuka mulutnya.
Thit cepat-cepat menjejalkan obat itu ke mulutnya lalu memaksa Jee minum air sampai airnya tumpah-tumpah dan Jee terbatuk-batuk karenanya.
Thit lalu membantu mengelap t**uh Jee. Tapi saat dia mengelap bagian atas d**anya, Jee sontak menjauhkan tangan Thit darinya dan menarik selimut untuk melindungi dirinya.
Thit langsung menarik selimutnya dan memperingatkan Jee untuk diam jika dia tidak mau berlama-lama. Jika saja Thit tidak takut Jee sakit atau mati di sini yang pastinya akan menyusahkan warga desa, dia tidak akan mau dekat-dekat dengan Jee.
Walaupun tak nyaman, Jee akhirnya menurutinya dan diam. Thit pun kembali melanjutkan mengelap t**uh Jee dengan lembut dan penuh perhatian hingga membuat Jee terpesona padanya.
Di apartemennya Jee, Suki lagi melirik Jade dengan sinis sampai Jade jadi canggung dibuatnya. Tak enak dengan situasi ini, Dao cepat-cepat memperkenalkan Jade ke Suki.
"Apa dia bisa dipercaya?" Bisik Suki (tapi bisikannya cukup keras).
"Aku bisa dipercaya kok," sahut Jade.
Jade punya ide. Dia akan menelepon teman polisinya dan memintanya untuk membantu mencari Jee. Suki kontan protes tak setuju. Dia tidak mau masalah ini jadi berita besar, lagian keluarganya Jee sedang mencarinya kok.
Dan lagi, Ibunya Jee ingin masalah ini dirahasiakan. Jee masih harus syuting lakorn dan menghadiri berbagai acara. Mereka tidak mau mengagetkan para klien mereka.
"Tapi nyawa Jee jauh lebih penting daripada semua event itu."
"Aku tahu! Apa kau sedang menguliahiku?"
"P'Suki, tenanglah. Tenang. Khun Jade, kau juga tenanglah. P'Suki bisa mengatasi masalah ini. Kita tunggu saja, siapa tahu keluarganya Jee punya update. Tenang, yah."
Jade akhirnya duduk lagi dan diam. Suki yang kesal, langsung berbisik nyinyir ke Dao. Jade itu posesif banget seolah dia pacarnya Jee. Jika saja Dao tidak bilang kalau Jade temannya Dao, Suki pasti akan berpikir kalau Jade itu suka Jee. Dao langsung sedih mendengarnya.
Para anak buahnya Sitta menemukan seorang saksi mata yang memberitahu mereka bahwa ada seorang pria dan wanita yang membonceng padanya pada waktu kejadian mobil itu tenggelam, dan si wanita itu mirip sekali dengan foto artis yang mereka tunjukkan. Wanita itu pingsan waktu itu, jadi dia menurunkan mereka di desa.
Saat Thit bangun tidur, Jee sudah tidak ada di sana. Ternyata Jee pergi menemui Bibi dan meminta bantuan Bibi untuk mencarikannya kapal karena dia ingin pergi dari pulau ini.
"Apa kau tidak akan pergi dengan Thit?"
"Dia... dia ingin aku pergi secepat mungkin. Tolong bantu saya mencari kapal."
Tapi tepat saat itu juga, ponselnya Bibi berdering. Way akhirnya menelepon balik, dia juga sedang bersembunyi di desa lain. Nanti dia akan datang membawa perahu nelayan untuk menjemput Thit. Dia akan menyamar jadi warga desa yang mau membeli ikan ke sana.
"Oke, cepatlah kemari."
Bibi memberitahu Thit kalau Jee juga mau pergi dan memintanya mencarikan kapal. Tapi Thit masa bodoh, malah bersyukur karena Jee akhirnya mau pergi juga. Menyadari ketegangan di antara mereka, Bibi pamit dulu untuk mencarikan kapal untuk Jee.
Thit ingin menghindari Jee, tapi Jee langsung memanggilnya untuk mengucap terima kasih atas apa yang Thit lakukan padanya kemarin walaupun dia tahu kalau Thit tidak akan menerima ucapan terima kasihnya.
"Kalau begitu... kuharap kita tidak akan saling bertemu lagi agar kau tidak merasa muak bersama seseorang sepertiku."
"Aku akan berhenti merasa muak jika aku mendapatkan keadilan."
"Aku juga ingin kau mendapatkan keadilan. Kau mungkin tidak percaya, tapi aku sungguh-sungguh berharap seperti itu."
"Hanya ingin? Apa bagusnya itu? Hanya bilang kalau kau merasa menyesal. Semua orang yang tidak bertanggung jawab bisa mengatakan itu. Buktikan. Akui kebenarannya dan bayar rasa bersalahmu."
Tapi tentu saja Jee tidak bisa melakukannya dan langsung pergi.
Setelah menunggu di depan rumah Thit semalam suntuk, Chaiyan akhirnya pulang dan langsung disambut dengan nyinyirannya Piak. Chaiyan pasti tidak menemukan Jee, kan? Apa Chaiyan mau tahu Jee pergi dengan siapa?
Chaiyan terkejut mendengarnya, Piak tahu Jee pergi ke mana? Tentu saja, Piak langsung menunjukkan foto Jee yang dijemput mobil mewah dan mengaku kalau dia melihat itu dengan mata kepalanya sendiri.
Seketika itu pula Chaiyan langsung sadar kalau Piak lah yang membocorkan informasi tidak benar ke media kalau Jee pergi bersama om-om. Piak tidak terima, buktinya sudah jelas begini, apanya yang tidak benar?
Dia bahkan tahu siapa pria itu. Jee tidur dengan Sitta, ayah tirinya sendiri. Kenapa juga Chaiyan mengkhawatirkan wanita semacam ini.
"Aku tahu Jee bersama siapa dan aku tahu kalau orang itu bukan orang yang kau curigai." Geram Chaiyan. Piak jelas kesal dibuatnya. Heran dia, sampai kapan Chaiyan akan sebodoh ini.
Bibi meminta seorang nelayan untuk membawa Jee pergi dari pulau itu. Tapi tiba-tiba seorang wanita terburu-buru datang dan tampak begitu panik.
Ternyata anak buahnya Sitta sedang menginterogasi para warga, bahkan mengancam mereka saat mereka mengaku tak tahu menahu tentang Thit dan Jee. Thit melihat mereka dari tempat persembunyiannya dan langsung cemas.
Mendengar kedatangan orang-orang itu, Bibi langsung menyuruh Jee untuk bergegas pergi lalu ia sendiri pun cepat-cepat kembali.
Tapi Jee tak bisa tenang. Apalagi Bibi tadi sudah memberitahunya tentang masalah yang dihadapi para warga desa belakangan ini.
Mereka kesusahan menghadapi pemilik resort dan para anak buahnya yang mengancam mereka, tapi sekarang mereka bersyukur karena Thit dan Way mau menangani kasus ini demi mereka. Paman menyuruh Jee untuk cepat naik ke kapal, tapi Jee terlalu cemas untuk pergi.
Thit berusaha mengendap-endap menghindari para anak buahnya Sitta, tapi malah ketahuan dengan cepat. Bahkan saat dia berusaha menyembunyikan diri dibalik jaring ikan, anak buahnya Sitta langsung bisa menemukannya.
Thit refleks melempar jaring itu padanya, melawan kawan-kawannya dan kabur ke tepi pantai. Tapi para preman itu dengan cepat mengejarnya dan menghadangnya.
Preman satu langsung menyerangnya. Thit berhasil mengalahkannya dengan mudah, tapi kemudian muncul preman kedua dan ketiga yang langsung menyerang keroyokan.
Thit berusaha melawan, tapi pada akhirnya dia tak berdaya menghadapi mereka sendirian. Tapi untunglah Bibi datang saat itu dan langsung menghajar para preman itu dengan tongkat.
Tapi kemudian mereka melihat seorang preman menodongkan pistol ke Thit. Bibi sontak menjerit-jerit panik dan Thit cuma diam membeku di sana saking kagetnya.
Si preman langsung melepaskan tembakannya. Tapi Jee mendadak muncul mendorong Thit hingga dia terjatuh menimpa lengan Jee.
Beberapa warga akhirnya datang membawa senapan saat itu juga dan langsung meringkus si penembak. Dan seketika itu pula para warga lainnya langsung bertindak mengeroyok para preman lainnya.
Bibi cepat-cepat menyuruh Thit dan Jee pergi dari sana. Jee kesulitan bangun karena tangannya, dan Thit langsung cepat-cepat menariknya dan bersama-sama mereka melarikan diri dengan perahu.
Si penembak berhasil lepas dari cengkeraman warga dan langsung berusaha menembak Thit, tapi untunglah perahu mereka bergerak cukup cepat dan tembakannya pun meleset.
Dan saat mereka sudah cukup aman di tengah laut, Thit memperhatikan Jee memegangi tangannya yang kesakitan karena ketindihan tadi. Dan hal itu kontan membuatnya merasa bersalah tapi juga kesal.
2 Comments
Ayooo lanjuuut kak...semangaaatt ya
ReplyDeletelanjut.....semangat!!!
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam