Chaiyan dan Piak meninjau lokasi. Chaiyan berjalan paling depan bersama pegawai hotel yang tampak antusias nempel-nempel padanya yang jelas saja membuat Piak cemburu berat.
Kesal, dia langsung nyempil diantara mereka dan menuntut si pegawai untuk mengulang penjelasannya barusan. Tapi Chaiyan sendiri gregetan dengan tingkah Piak dan langsung mengajak si pegawai melihat-lihat tempat lain.
Si pegawai dengan senang hati menyusul Chaiyan. Piak terus menerus berusaha mengusik mereka, yang jelas saja membuat Chaiyan kesal melempar tatapan tajam padanya. Si pegawai mengacuhkannya lalu mengajak Chaiyan ke tempat lain.
Sakit hati, Piak akhirnya memutuskan pergi. Chaiyan tampak khawatir melihatnya pergi, tapi si pegawai langsung sinis.
Saat Piak mau masuk ke toilet tak lama kemudian, dia malah mendengar si pegawai tadi sedang ngobrol dengan pegawai lain. Ternyata si pegawai itu memang sengaja menawarkan dirinya untuk memandu Chaiyan.
Pegawai dua curiga, apa dia sedang berusaha merayu Chaiyan? Pegawai satu membenarkannya. Chaiyan kan produser lakorn, dia harus memanfaatkan kesempatan ini.
"Tapi istrinya ada di sini juga."
"Dia berkeliaran dengan muka kayak anjing begitu. Siapapun bisa melihat kalau suaminya bosan sama dia."
Kesal, Piak langsung masuk lalu dengan kejamnya membenamkan kepala si pegawai ke wastafel, menyiram air ke mukanya, dan membuat penampilannya hancur berantakan.
Ketakutan, si pegawai langsung kabur sambil berteriak-teriak minta tolong. Piak langsung mengejarnya dan hampir saja berhasil menangkapnya, tapi semua orang langsung memisahkan mereka dan Chaiyan pun langsung menahannya.
"Apa yang kau lakukan, Piak?!"
"Aku harus memberi pelajaran pada pelakor biar dia tahu kalau dia berusaha mencuri dari orang yang salah!"
"Akan kulaporkan pada polisi!"
"Silahkan kau lapor polisi dan bersiaplah untuk angkat kaki dari tempat ini! Karena aku akan memberitahu manager untuk memecatmu! Lepasin!"
Chaiyan langsung melepaskannya dengan kasar dan mengusirnya. Piak kepedean mengira Chaiyan mengusir si pegawai, tapi Chaiyan menegaskan kalau Piak lah yang harus pergi.
Piak jelas kaget mendengarnya, kenapa malah dia yang diusir? Seharusnya si pegawai itu yang diusir karena si pegawai itu menghinanya, dia bahkan berpikir untuk merayu Chaiyan.
"Tidak ada istri yang tidak akan melakukan apapun saat mendengar hal itu, Chaiyan."
"Ada, Piak. Istri yang mempercayai suaminya. Pergilah. Aku akan menyelesaikan segalanya di sini seorang diri. Aku akan pergi bersama tim."
"Dan bagaimana aku bisa mempercayaimu saat kau tak pernah memihakku? Kau tidak pernah mempercayaiku. Kau bahkan tidak bertanya apa yang terjadi tadi. Dan kau juga tidak pernah menunjukkan kalau kau mencintaiku."
Piak langsung pergi sebelum Chaiyan sempat mengatakan apapun dan menyetir ugal-ugalan sambil menelepon Thit.
Thit berusaha menenangkannya dan meyakinkannya kalau Chaiyan dan si pegawai itu cuma membicarakan masalah pekerjaan. Dia sudah berusaha menahan diri selama beberapa hari, bagaimana bisa Piak merusak segalanya hanya dalam waktu sehari?
"Aku sudah muak! Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku? Aku ini manusia, bukan batu yang tidak punya perasaan. P'Thit, aku sakit hati. Mulai sekarang, Chaiyan bisa pergi ke wanita manapun yang dia inginkan. Aku tidak akan peduli lagi!"
Dia lalu berbelok dengan kecepatan tinggi... tepat saat ada dua mobil di depannya. Piak sontak banting setir sambil menjerit yang kontan membuat Thit cemas. Thit pun langsung menghubungi Chaiyan.
Begitu mendengar kabar itu, Chaiyan dan timnya langsung pergi mencari Piak secepat mungkin hingga akhirnya mereka menemukan mobilnya Piak terdampar di tepi jalan.
Chaiyan langsung cemas membopong Piak keluar dari mobilnya lalu mengecek seluruh t*buh Piak. "Apa kau baik-baik saja, Piak? Bicaralah padaku. Katakan padaku."
Sepertinya dia baik-baik saja dan cuma shock. "Chaiyan... aku... maafkan aku. Aku tidak menyangka kau akan secemas ini. Aku bodoh karena cuma memakai temperamenku saja. Maafkan aku."
Pantas saja kalau Chaiyan meninggalkannya karena sikapnya ini. Tapi dia ingin Chaiyan tahu kalau dia melakukan semua ini karena dia mencintai Chaiyan. "Aku mencintaimu, Chaiyan. Maafkan aku."
Chaiyan berkaca-kaca mendengarnya. "Piak, bisakah kau katakan itu sekali lagi?"
"Pantas saja kalau kau meninggalkanku..."
"Tidak. Bukan yang itu, Piak. Setelahnya."
Piak masih saja nggak nyambung maksud Chaiyan, malah mengulang merutuki kebodohannya sendiri. Chaiyan sampai harus menegaskan, ucapannya yang terakhir.
"Aku melakukannya karena aku mencintaimu!" Tangis Piak.
Chaiyan pun menangis mendengarnya. Sudah sangat lama dia tidak pernah mendengar Piak bilang kalau Piak mencintainya. Selain tidak pernah bilang cinta lagi, Piak juga tidak mempercayainya.
"Bagaimana bisa aku mempercayaimu saat kau selalu dikelilingi wanita?"
"Percayalah padaku, Piak. Percayalah bahwa aku tidak mencintai siapapun selain kau, Piak."
Dia tahu kalau Piak berusaha berbaikan dengannya. Tapi dia diam bukan karena dia tidak mencintai Piak lagi. Dia hanya ingin Piak bisa melihat nilai cinta itu sendiri dan bukan cuma menggunakan temperamennya untuk menghancurkan segalanya.
"Aku mencintaimu, Piak."
"Maafkan aku, Chaiyan. Maafkan aku."
"Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu, Chaiyan."
Jee galau harus minta bantuan pada siapa. Saat dia mengecek ponselnya, baru saat itulah Jee melihat pesan dari Jate. Mendadak dia punya ide bagus lalu menelepon Jade dan tanya apakah dia bisa jaga rahasia.
"Hmm... kurasa tidak juga."
"Khun Jade, kau tidak bisa jaga rahasia lagi?"
"Sebentar Khun Jee, aku tidak mengerti apa sebenarnya yang kau katakan. Karena tiba-tiba seorang selebritis terkenal menghubungiku, jadi otakku mendadak kena shock."
"Oh, Oke. Khun Jade, bisakah kau membantuku melakukan sesuatu?"
Saat Jade olahraga bersama Jane, dia memberitahu Jane bahwa ada seorang temannya yang membutuhkan seorang pengacara karena dia ada masalah dengan tanahnya.
Jadi, apa Jane bisa merekomendasikan dua atau tiga pengacara yang bagus? Tentu saja Jane tahu banget pengacara terbaik untuk menangani kasus itu.
Siapa lagi yang dimaksudnya kalau bukan Thit (Pfft! Mbulet. Ujung-ujungnya balik lagi ke Thit). Hari itu dia datang dengan membawakan bunga untuk Thit, tapi Thit malah bersin-bersin terus.
Setelah Jane menjelaskan duduk perkara teman kakaknya itu, Thit setuju untuk menemui Temannya Kakaknya Jane itu siang nanti. Tapi Jane cemas, apa Thit sakit. Kok dia bersin-bersin terus sedari tadi.
"Tidak... aku alergi bunga."
Jane langsung panik menjauhkan bunga itu dari Thit. "Maaf. Aku merasa bunga ini sangat cantik, makanya kubawa untuk hiasan di sini. Aku tidak tahu kalau kau alergi bunga. Aku selalu saja membuat masalah untukmu."
Tidak masalah. Jane tanya saja ke teman kakaknya itu apakah dia bisa bertemu dengannya siang nanti. Oke, Jane pun bergegas pergi dari sana dan menyingkirkan bunganya.
Jee langsung antusias begitu mendapat telepon dari Jade. Tentu saja dia ada waktu siang ini.
Siang harinya, Thit pergi ke perpustakaan untuk menemui calon kliennya itu. Tapi saat dia menelepon Jane untuk menanyakan yang mana orangnya, dia cuma disuruh menghubungi kakaknya.
Tepat saat Thit hendak naik, Jade muncul dari atas dan Thit melihatnya tampak sedang mencari-cari seseorang. Dia baru mau melangkah saat tiba-tiba saja dia melihat Jee datang menyapa Jade dan tanya apakah pengacaranya sudah datang.
Belum. Tapi Jade tiba-tiba melihat sesuatu... apa Jee takut serangga? Laba-laba? Jee langsung cemas mendengarnya. Kalau laba-labanya jauh sih tidak masalah. Tapi kalau dekat, dia bisa kena serangan jantung. Jangan bilang... kalau laba-labanya ada di atas kepalanya?
"Khun Jee... tenang dulu."
"Khun Jade, singkirkan dariku!"
Jee panik banget, padahal Jade cuma mencandainya. Rambutnya Jee cuma kelihatan berantakan aja dan Jade langsung mengelus rambutnya, pura-pura menyingkirkan laba-laba itu. Thit sinis melihat pemandangan itu.
Dia lalu menelepon Jade, tapi dia sengaja tidak memberitahu kalau dia ada di sana dan berbohong kalau dia tidak bisa datang dengan alasan ada urusan penting. Karena itulah, dia meminta Jade untuk meminta temannya menghubunginya sendiri nanti.
Jee setuju saja. "Jadi, itu artinya pak pengacara setuju untuk menerima kasusku?"
"Dengan senang hati." Jawab Thit lalu pergi.
Piak kembali ke kantor ayahnya dengan hati berbunga-bunga dan langsung mem*luk dan menc**mi Ayah. Tentu saja Ayah bisa langsung menduga kalau Piak pasti sudah menjernihkan segalanya dengan Chaiyan, iya kan?
"Begitulah. Aku harus berterima kasih pada cupid-ku yang telah memberiku kesempatan untuk berbaikan dengan Chaiyan. Terima kasih, Yah. Mulai sekarang aku janji kalau aku tidak akan membuat masalah untuk Ayah lagi."
"Baguslah. Mulai sekarang, kau harus lebih mempercayai Chaiyan. Siapapun wanita yang mendekatinya, kau tidak akan curiga lagi, kan?"
Piak mengiyakannya, tapi kedengarannya tidak terlalu meyakinkan. Sekali lagi Ayah menegaskan agar Piak percaya dan yakin sepenuhnya pada Chaiyan. Piak heran mendengar ucapan Ayahnya, kenapa Ayah bicara seolah akan terjadi sesuatu?
Ayah canggung menyangkalnya, dia cuma mengingatkan Piak saja kok. Ayah lalu buru-buru pergi menghindar dengan alasan ada meeting. Tapi sikapnya jelas-jelas aneh dan membuat Piak jadi curiga.
1 Comments
Lanjuutt kak...semangaatt
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam