Sinopsis Kleun Cheewit Episode 10 - 1

 Sinopsis Kleun Cheewit Episode 10 - 1


Jee mau tidur saat tiba-tiba dia mendapat sms dari Thit yang mencemaskan keadaannya. Alih-alih membalas pesannya, Jee langsung balas menelepon Thit saat itu juga.

Thit antusias menanyakan bagaimana keadaan Jee sekarang, apa dia sudah merasa lebih baik. Jee bahagia mendengar kekhawatiran Thit, dia sudah baikan kok.

"Kalau begitu... jangan lupa meminum obatnya sebelum kau tidur."

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Seketika itu pula Thit baru sadar dia mencemaskan Jee dan langsung canggung karenanya. Malu, dia beralasan kalau dia harus bertanggung jawab karena Jee terluka karenanya. Kalau Jee sudah baikan, yah sudah.

Dia mau menutup teleponnya, tapi Jee tiba-tiba mencegahnya soalnya dia mau berterima kasih karena Thit sudah mengurus segala sesuatu untuk Nenek Jan.

Yang penting sekarang Thit jangan pergi ke mana-mana, jangan pula ke pemakaman. Dengan begitu Sitta tidak akan menarget Thit.

"Aku... cuma mewanti-wantimu saja kok."


Tapi saat dia mau menutup teleponnya, kali ini Thit yang menghentikannya. Dia cemas karena Sitta mungkin saja menarget Jee juga gara-gara Jee membantunya.

"Kalau kau ingin mencegahku untuk tidak menghadiri pemakaman, maka jangan. Karena kau tidak akan bisa menghentikanku."

"Sebentar. Kau menghentikanku tapi saat aku berusaha mencegahmu, kau bilang jangan? Aku tidak akan menghentikanmu. Aku cuma mau bilang bahwa jika kau pergi ke pemakaman Nenek Jan besok, hubungi aku untuk menjemputmu."

"Apa?"

"Err, itu... setidaknya lebih aman daripada pergi sendirian... itu saja yang mau kukatakan. Kau istirahatlah."


Thit langsung mengakhiri teleponnya dan masih senyam-senyum gaje setelahnya, dia bahkan jadi sulit berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Heee. Jee pun sama, dia begitu bahagia hingga terus menerus menatap ponselnya.


Keesokan harinya saat Thit hendak berangkat kerja, Piak mendadak muncul mencegatnya dan langsung mengkonfrontasinya tentang fotonya bersama Jee itu.

Tega sekali Thit melakukan ini padanya padahal Thit tahu sendiri betapa bencinya dia pada Jee. Jee sudah merebut Chaiyan darinya, kenapa Thit malah melibatkan diri dengan Jee?!

Thit berusaha menjelaskan kalau dia mengantarkan Jee pulang karena Jee sudah membantunya. Tapi Piak tidak percaya dan menuduh Jee merayu Thit. Thit menyangkal, tapi Piak terus keras kepala menolak mempercayainya.

"Aku sudah kehilangan Chaiyan dan sekarang kau tergila-gila padanya?! Aku sudah tidak punya siapapun. Kenapa kau melakukan ini? Apa kau sudah tidak ingat kalau dialah yang membunuh kekasihmu?!"

"CUKUP, PIAK!"


Thit langsung menyeret Piak untuk melihat bayangan dirinya sendiri di kaca mobil dan jawab pertanyaannya, siapa orang yang di dalam bayangan kaca itu?

Jangan bilang kalau orang itu adalah adiknya karena adiknya jauh lebih baik daripada yang ini. Dia orang yang suka usil tapi baik, orang yang membuat orang-orang terdekatnya bahagia. Adiknya bukan orang yang menyakitkan seperti ini.

Piak langsung menangis mendengarnya. "Maafkan aku, P'Thit. Maafkan aku."


"Piak, aku mengatakan ini karena aku menyayangimu. Aku tidak ingin kau menghancurkan hidupmu sendiri. Kau harus percaya padaku. Berhentilah membuntuti dan curiga. Tunggulah Chaiyan di rumah dan bicaralah dengannya dengan perasaan dan bukan dengan temperamen. Dan percayalah bahwa Jeerawat tidak punya hubungan apapun dengan P'Chaiyan."

Piak tak percaya mendengarnya, bisa-bisanya Thit lebih memihak Jee dan bukannya dirinya. "Apa kau sudah berubah, P'Thit?"

 

Setibanya di kantor, Thit malah mendapati kantornya kacau balau setelah diobrak-abrik orang. Mereka bahkan menempelkan beberapa pesan di dinding untuk Thit yang memperingatkannya untuk berhenti. Jika tidak, maka bukan hanya firma hukumnya yang akan mereka hancurkan, tapi juga orang-orang terdekat Thit.

Thit sontak kesal meremas pesan-pesan itu dan langsung cemad, apa ada sesuatu yang hilang? Dokumen atau bukti-bukti? Tapi syukurlah para pegawainya melapor tidak ada yang hilang, sepertinya ini cuma ancaman.

"P'Thit, apa mungkin ini berhubungan dengan kasus temanmu?" Duga Jane.

Mendengar itu, Thit langsung memerintahkan para pegawainya untuk tidak menyentuh apapun dan panggil polisi, suruh mereka menyelidiki dan mencari sidik jari dan bukti apapun.


Managernya Piak kesal banget memikirkan Suki, apa yang harus mereka lakukan sekarang? Yang pasti Pim tidak akan membiarkan orang-orang itu menindasnya walaupun dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Tepat saat itu juga, dia melihat Sitta dan mendadak punya ide licik untuk menghancurkan Jee. "Dia menurunkanku dari tahta, maka aku juga akan mematahkan mahkotanya."


Sitta sedang menikmati sauna saat Pim tiba-tiba datang, pastinya untuk menggoda Sitta dan langsung melepaskan kimononya di hadapan Sitta.


Chaiyan mendatangi apartemennya Jee sambil celingukan waspada kalau-kalau ada mata-matanya Piak.

Jee sendiri bersiap pergi ke pemakaman Nenek Jan. Teringat Thit, dia berniat mau menelepon. Tapi pada akhirnya dia ragu dan memutuskan untuk mengirim sms.

Belum sempat dia mengirim sms-nya, Chaiyan datang dan langsung penasaran melihat Jee memakai pakaian serba hitam. Dia mau pergi ke mana?

Tak lama kemudian, Jee akhirnya memutuskan pergi bersama Chaiyan... tanpa menyadari kalau Thit sebenarnya baru saja datang dan melihat mereka dari kejauhan.

 

Doa sudah dimulai, tapi Jee terus menerus menoleh ke pintu, jelas-jelas mengharapkan Thit yang belum datang. Dia tidak tahu kalau Thit sebenarnya ada di sana, tapi sengaja tidak masuk dan hanya menatap Jee dari kejauhan dengan gelisah karena teringat pertanyaan terakhir Piak tadi.

"Segalanya ada alasannya. Jika kau tidak membantuku, aku tidak akan jadi seperti ini." Gumam Thit.

Jee menoleh lagi. Tapi sayangnya, Thit sudah menghilang. Suki heran melihatnya, siapa yang Jee cari-cari. Jee beralasan kalau dia cuma melihat siapa tahu ada pelayat lain yang datang.

 

Tapi saat Pan tanya kenapa Thit belum datang, Jee pura-pura tidak peduli, malah mengomeli Pan kalau si pengacara itu tidak ada hubungannya dengan mereka, jadi ngapain juga dia datang. Tidak usah tunggu dia.

"Baiklah, aku tidak akan menunggu. Tapi kenapa kau mengomeliku?" Protes Pan.

Sekali lagi Jee menoleh ke belakang, tapi Thit tetap tidak kelihatan. Padahal sebenarnya Thit cuma bersembunyi di balik pintu.


Piak menyalakan TV untuk mengalihkan pikirannya, tapi yang pertama kali muncul malah iklannya Jee yang jelas saja membuat Piak tambah stres.

Dia memutuskan mau pergi saja untuk mencari Chaiyan, tapi Ayahnya datang saat itu dan ngotot memaksa Piak untuk nonton drama bersamanya. Piak menolak keras dan terus berusaha memberontak dari cengkeraman Ayah hingga tak sengaja membuat Ayah terjatuh ke lantai. Piak langsung urung pergi saking cemasnya.

Tapi Ayah sama sekali tidak ada luka fisik, hatinya lah yang terluka melihat Piak seperti ini. mendengar itu, Piak langsung menangis dalam plukan Ayah.

"Apa kau lelah?"

"Aku lelah. Aku sangat lelah."

"Kalau kau lelah, maka berhentilah membuntutinya. Terimalah kebenarannya dan tunggu Chaiyan kembali."

"Tapi Ayah..."


"Kurasa Chaiyan tidak melarikan diri darimu. Dia hanya butuh waktu. Saat dua orang saling mencintai, mereka pasti akan kembali bersama. Tergantung padamu apakah kau bisa mengerti dan bersabar."

Membuntutinya dan membawanya kembali itu tidak sulit, yang sulit adalah menunggunya kembali. Piak harus membuat Chaiyan melihat kalau dia rela melakukan apapun demi Chaiyan, hal yang tidak pernah dia lakukan demi siapapun sebelumnya.

"Percayalah pada Ayah. Dan saat Chaiyan kembali, baik kau dan Chaiyan akan tahu bahwa melihat orang yang kalian tunggu-tunggu adalah sebuah kebahagiaan dan lebih berharga daripada mengejar-ngejar."


Anak buahnya Thit melapor bahwa semua kamera di sekitar gedung kantor ini rusak. Jelas itu bukan sebuah kebetulan. Lalu apa yang harus mereka lakukan sekarang?

"Pancing mereka."

Karena orang-orang itu tahu apa yang tengah mereka incar saat ini dan mereka tidak bisa menangkap orang-orang itu tanpa bukti, maka mereka harus menggunakan apa yang orang-orang itu inginkan untuk memancing mereka lalu gunakan itu sebagai bukti untuk melawan mereka.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

3 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam