Sekretarisnya Sitta melapor bahwa berdasarkan keterangan mata-mata mereka, Thit sudah membawa laptopnya Way ke toko komputer untuk diperbaiki agar dia bisa mendapatkan informasi dari Sitta.
Karena itulah, Sekretaris menduga kalau Thit pasti belum mendapatkan apapun dari Way. Sekretaris akan mengirim orang ke toko komputer itu untuk mendapatkan laptopnya Way.
Mendengar itu, Sitta sontak membanting gelasnya dengan penuh amarah. "Bagaimana bisa aku mempekerjakan sapi bodoh sebagai asistenku?!"
Sitta yakin sekali kalau Thit tidak akan mungkin mengirimkan laptop sepenting itu ke toko komputer murahan. Thit bukan orang yang sebodoh itu. Dia cuma sedang memancing mereka.
"Baiklah. Karena dia tidak mengindahkan peringatanku dan berani menantangku, maka sekarang saatnya untuk bermain kasar. Aku tidak perlu bilang apa yang harus kau lakukan, bukan?"
"Baik."
Sekretaris langsung keluar sambil menelepon anak buahnya tanpa menyadari dia berpapasan dengan Khun Ying yang mendengar percakapan teleponnya dan langsung cemas.
Ia langsung mengsms Suki dan tanya apakah Jee sedang bersama Thit. Suki sampai bingung menerima rentetan sms-nya itu.
Dia memberitahu Khun Ying kalau dia sedang bekerja sekarang dan akan menghubungi Jee nanti. Tapi Dao sudah kembali dan dia sudah meminta Dao untuk menemani Jee. Khun Ying benar-benar lega membaca sms itu.
Jade mengantarkan Dao pulang, tapi dia malah mendapati Dao ketiduran saat mereka tiba di apartemen. Jade terpesona memandang wajah damai Dao dalam tidurnya yang kontan mengingatkannya akan insiden sentuhan bibir mereka.
Tapi saat Dao terbangun tak lama kemudian, dia cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Dao jadi tak enak pada Jade karena sudah ketiduran, dia pasti sudah membuang-buang waktunya Jade.
"Tidak masalah. Biar kuantarkan kau ke atas."
"Tidak usah. Kau sudah berkendara berjam-jam. Pulanglah dan istirahatlah."
Dia mau mengambil barangnya dari jok belakang... tepat saat Jade mendadak mendekat padanya. Dao kontan gugup karenanya. Tapi kemudian Jade berkata kalau dia ingin ikut naik agar dia bisa menyapa Jee.
"Kalau begitu, aku akan menelepon Jee untuk mengecek apakah dia ada di sini. Jadi kalau Jee tidak ada, kau tidak perlu buang-buang waktu."
Dao akhirnya menyalakan ponselnya setelah sekian lama dan baru saat itulah dia membaca semua pesan masuk yang kontan membuatnya mengkhawatirkan Jee.
Di kuil, para pelayat mulai memberikan bunga ke peti jenazah Nenek Jan. Tapi Chaiyan masih sibuk celingukan mencari-cari mata-matanya Piak.
Jee juga sibuk celingukan mencari-cari Thit yang tak kunjung muncul. Pan sampai bingung sendiri melihat mereka celingukan kesana-kemari, mereka mencari apa sih? Tapi tak ada satupun yang menjawab pertanyaannya.
Dao dan Jade akhirnya tiba tak lama kemudian dan meminta maaf karena baru datang, Dao baru membaca pesannya Suki barusan. Jee tidak mempermasalahkannya dan langsung memluk Dao dengan lega, Dao datang saja dia sudah senang.
"Khun Jee, apa kau baik-baik saja?"
"Khun Jade, kau tahu sendiri kalau aku lebih kuat daripada Superwoman. Nenek akan pergi ke surga, ia tidak boleh melihatku menangis."
Setelah Chaiyan, Dao dan Jade memberikan penghormatan mereka, Jee dan Pan yang terakhir. Berusaha tetap tabah, Pan dengan bangga memberitahu Nenek kalau dia tidak cengeng seperti tuduhan Nenek selama ini. Dia jauh lebih kuat daripada Jee.
"Jangan mengkhawatirkan aku. Lihat saja, aku akan menggunakan resep masakan Nenek untuk mencari nafkah. Aku akan membuat nasi kare Nenek jadi terkenal hingga semua orang berpikir kalau nasi kare Nenek lah yang paling lezat di seluruh dunia. Saat hari itu tiba, Nenek harus datang untuk melihat kesuksesanku. Apa Nenek dengar? Aku mencintaimu, Nek."
Saat tiba gilirannya, Jee berterima kasih karena Nenek Jan karena telah mengurusnya. "Walaupun aku bukan cucu kandung Nenek, tapi Nenek mencintai dan menjagaku dengan baik dan menjadikan aku jadi seperti sekarang ini. Jika ada kehidupan selanjutnya, aku berharap terlahir sebagai putrimu. Istirahatlah dengan tenang, Nek."
Semua orang langsung mencemaskan Jee. Tapi Jee tidak mood bicara dengan siapapun dan hanya minta waktu sendirian lalu bergegas menjauh. Baru setelah cukup jauh dari semua orang, Jee langsung menangis sedih.
Tapi beberapa anak yang sedang bermain di sekitar sana, mengenali Jee sebagai artis. Jee menyangkal dan cepat-cepat pergi. Tapi anak-anak itu tidak percaya, malah teriak-teriak memanggil ibu-ibu mereka dan mengajak mereka mengejar Jee.
Jee berusaha melarikan diri saat tiba-tiba saja seseorang menyeretnya bersembunyi ke balik semak dan memluknya erat, dan ternyata orang itu Thit. Jee begitu terharu melihatnya.
Setelah orang-orang itu sudah lewat, Thit berniat menjauh, tapi Jee langsung menariknya kembali dan bertanya sambil menatapnya dengan penuh harap. "Bisakah aku tetap di sini?"
Tapi begitu menyadari tangannya yang menggenggam tangan Thit, Jee cepat-cepat melepaskannya dan menegaskan maksudnya adalah dia ingin tetap di sini sendirian, Thit pergi saja.
Tapi alih-alih pergi, Thit langsung menarik Jee ke dalam plukannya dan membiarkan Jee menangis.
Cemas karena Jee belum kembali juga, Jade akhirnya memutuskan pergi untuk mencari Jee. Chaiyan juga cemas dan memutuskan untuk mencari ke arah lain.
Setelah Jee sudah tenang, mereka pergi ke pagoda pinggir danau di mana Jee berterima kasih atas kedatangan Thit.
"Dia klienku. Tentu saja aku harus datang."
"Nenek beruntung bertemu denganmu."
"Tapi kau... kau tidak beruntung bertemu denganku."
"Tidak. Kaulah yang tidak beruntung bertemu denganku."
"Aku tidak beruntung bagaimana? Kaulah yang selalu sial setiap kali kau dekat denganku. Aku tidak akan hidup hari ini jika bukan karenamu."
Thit hampir saja menggenggam tangan Jee, tapi pada akhirnya dia ragu dan hanya meletakkan tangannya di samping tangannya Jee. "Terima kasih, Jeerawat."
Jee terharu mendengarnya. Tapi tepat saat itu juga, tiba-tiba muncul dua pengendara sepeda motor langsung mengarahkan pistol ke Thit. Jade kebetulan lewat saat itu dan melihat mereka.
Jade kontan panik mengira mereka menarget Jee. Dia langsung berlari untuk melindungi Jee dan peluru itu pun menembus bahunya.
Chaiyan dan Dao juga mendengar suara tembakan, tapi saat Chaiyan mau mengejar mereka, kedua preman itu kabur dengan cepat.
Sitta murka mendengar misi membunuh Thit gagal dan mengancam Sektretaris untuk segera membunuh Thit atau si sekretaris lah yang akan dia bunuh. Tanpa mereka sadari, Khun Ying mencuri dengar pembicaraan mereka dari luar.
Semua orang bergegas membawa Jade ke rumah sakit. Begitu Jade dilarikan ke UGD, Thit mau pergi dulu untuk memarkir mobilnya. Tapi Jee cemas dan ngotot mau menemaninya.
"Tidak. Kau harus masuk. Aku sudah menelepon P'Chait. Dia akan segera tiba. Kau harus tetap dekat dengan pihak berwajib dan jangan pergi ke mana-mana."
"Tapi..."
"P'Chaiyan, bawa Jeerawat masuk."
Chaiyan berusaha menarik Jee, tapi Jee tetap bertahan di sana saking cemasnya. Thit meyakinkannya kalau dia tidak akan lama, Jee masuk saja duluan. "Aku akan kembali padamu," janjinya.
Thit pun langsung pergi dan Chaiyan cepat-cepat menyeret Jee masuk. Tapi saat Thit baru saja selesai parkir, tiba-tiba dihadang dua orang pria. OMG! Anak buahnya Sitta kah?
Jee tengah berusaha menenangkan Dao yang menangis saat Chait dan dua anak buahnya tiba tak lama kemudian. Jee langsung tanya apakah mereka sudah menangkap si penembaknya.
Sayangnya, belum. Tapi mereka sudah memblokir setiap area. Sebentar lagi mereka pasti akan mendapatkan update. Sekarang ini, Chait ingin Jee dan Dao ke kantor polisi untuk memberikan pernyataan mereka.
Dao tidak mau sekarang, dia ingin melihat kondisi Jade lebih dulu. Baiklah, Chait setuju. Tapi demi keamanan, dia akan menyuruh polisi untuk menjaga mereka 24 jam 7 hari. Chaiyan tidak mengerti, kenapa Jee harus dijaga polisi?
"Kami tidak yakin apakah targetnya adalah Khun Jade atau orang lain. Berdasarkan pernyataan saksi, mereka bilang kalau penembak itu menarget Khun Jee, tapi Khun Jade menghadangnya dan tembakan itu mengenainya."
Dao bingung, Jee tidak pernah menyakiti siapapun. Siapa juga yang akan berpikir untuk membunuh Jee?
Mendengar itu, Chaiyan tiba-tiba teringat ancaman Piak untuk membunuh Jee. Yakin kalau ini ulahnya Piak, Chaiyan pun cepat-cepat pamit. Dia jamin kalau dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi pada Jee.
2 Comments
Huhuhu lanjuutt min...semangaatt
ReplyDeleteAkhirnya lanjut lagi
ReplyDeleteSemangat minnn
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam