Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 3 - 1

 Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 3 - 1

2 bulan kemudian,

 

Hari ini Xia Lin akan pindah ke rumah suaminya. Fei Fei sedih, sekarang dia harus sendirian. Xia Lin memberitahu Fei Fei untuk main ke rumahnya kapan-kapan, bukankah dia mau tahu privacy-nya Ling Yi Zhou.

"Thanks. Tapi kau baru keluar dari rumah sakit hari ini, dan dia tidak muncul. Hubungan kalian sepertinya..."

"Tadi dia ada meeting. Lagian selama 2 bulan aku dirawat di rumah sakit, dia mengunjungiku setiap hari. Dia memberiku sumsum tulang belakangnya, aku jadi malu harus diurus olehnya."

"Aduh, kau belum tinggal bersamanya tapi sudah mulai baik padanya, yah."

Bukan begitu, keluar dari rumah sakit kan tidak terlalu penting, jadi tidak perlu lah meminta bantuan Yi Zhou. Lagian ada Wen Li kok yang membantunya.



"Asisten Wen? Dia pasti punya tujuan tersendiri."

Fei Fei yakin kalau Wen Li itu berusaha merusak hubungan Yi Zhou dan Chu Yan. Saat dia bersama Yi Zhou, apa Xia Lin tidak melihat ada yang mencurigakan dari Bos Ling itu?

Hmmm... Mengingat bagaimana sikap Yi Zhou padanya selama ini, Xia Lin merasa suaminya itu kadang dingin. Tapi kadang pula dia sangat perhatian dan lembut. Yang pasti, Yi Zhou membuatnya merasa aman bersamanya.

"Kalau begitu, kau harus sangat berhati-hati. Dia mungkin beneran g~y. Lalu bagaimana kalau kau beneran jatuh cinta padanya."

"Mana mungkin. Aku kan bukan budaknya, aku tidak mau tersiksa."
Baguslah. Walaupun Bos Ling tidak bisa memberinya cinta, tapi mereka tetap bisa menjadi sebuah keluarga. Hubungan keluarga jauh lebih bisa dipercaya daripada hubungan cinta. Ditambah lagi sekarang Bos Ling adalah suami palsunya Xia Lin, jadi dia bisa melakukan apapun yang ada di kota ini.

"Yang benar saja. Dia terlalu berkuasa, aku sangat takut padanya."

"Hei, suara s~~si Bos Ling sangat sesuai dengan penampilannya. Dan penampilannya sangat sesuai dengan tubuhnya yang fit. Dan tubuhnya yang fit sesuai dengan kekayaannya. Dia satu-satunya di kota kita ini. Kau itu untung banyak. Tahu, nggak?"


Apalagi Xia Lin tinggal di rumahnya, dia jadi bisa sering-sering ketemu Chu Yan. Fei Fei iri.

Ngomong-ngomong tentang Chu Yan, Xi Lin merasa kalau Chu Yan itu sangat posesif dan menganggap Bos Ling adalah miliknya seorang. Chu Yan bahkan menargetkannya tanpa alasan.

"OMG! Hatiku! Xia Lin! Kau berani merebut cowokku! Ayo kita duel!" Lebay-nya Fei Fei niruin Chu Yan.

"Astaga. Aku tidak bisa menoleransimu."


Di tempat lain, Chu Yan menjemput Anran bahkan sok-sokan menggodainya bak playboy.

"Kakak Chu, berhentilah bercanda."

"Selamat pulang kembali, tuan putri kecil."

Anran memberinya plukan hangat, tapi di mana Yi Zhou? Sibuk lagi? Chu Yan tidak bisa menjawabnya, sebaiknya Anran masuk mobil saja dulu daripada dilihatin banyak orang dan takutnya dia bakalan jadi bahan gosip di tabloid.


Wen Li datang menjemput Xia Lin dan Fei Fei memanfaatkan saat itu untuk beramah tamah dengan Wen Li dan berusaha menginterogasinya. Apa dia punya pacar (cewek)?

"Tidak."

"Kenapa tidak cari? Kau pasti sangat populer, kan?"

Wen Li canggung beralasan kalau dia hanya ingin fokus pada pekerjaannya, jadi sekarang ini dia belum memikirkan masalah mencari pacar.

"Oh, maksudmu kalau kau jatuh cinta maka kau tidak akan bisa fokus bekerja di Group Ling, begitu?"


"Maksudku..."

"Tidak usah gugup, aku cuma bercanda kok. Sini kasih aku kartu namamu, nanti akan kukenalkan kau pada beberapa gadis yang baik."

Wen Li tampak agak ragu, tapi akhirnya dia berikan juga kartu namanya. Sementara itu, Xia Lin menelepon pihak agensinya yang menyuruhnya untuk datang ke kantor besok.

Mendengar itu, Fei Fei langsung mengomelinya untuk jaga kesehatannya. Kalau tidak, dia sendiri yang akan merawat Xia Lin.

"Aku mengerti, Kakak Fei. Ayo, berangkat."

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi, Asisten Wen. Aku masih punya banyak sekli pertanyaan yang menunggu jawaban darimu. Dadah!"


Chu Yan mengajak Anran makan siang, tapi Anran gelisah karena teleponnya tidak angkat oleh Yi Zhou. Chu Yan menyarankannya untuk menyerah saja, dia sendiri juga belum bertemu Yi Zhou selama 2 bulan.

"Apa dia punya pacar?"

"Maksudmu si tua Ling? Mana mungkin. Apa kau masih yakin kalau si tua Ling masih menunggumu?"

"Tentu saja. Selama bertahun-tahun cuma ada satu wanita yang berada di dekatnya."

"Tuan putri kecil, jika seorang pria sungguh-sungguh tertarik padamu maka dia tidak mungkin diam saja. Jadi, jangan terlalu banyak berpikir dan makan saja."

Tapi Anran sudah tidak berselera makan lagi. Wah, Chu Yan tersinggung. Apa Anran tidak tahu berapa banyak orang yang ingin makan bersama Chu Yan? Apa dia kebanyakan tinggal di luar negeri sampai dia tidak tahu hal itu?

"Baiklah, Kakak Chu yang hebat. Tapi setelah makan, antarkanku menemuinya, yah? Aku janji akan memuji-mujimu di hadapan Paman Chu. Bagaimana?" Bujuk Anran. Chu Yan setuju walaupun sebenarnya dia gelisah akan sesuatu.


Setibanya di rumah, Wen Li menyerahkan Xia Lin ke Bibi Pembantu lalu pamit. Bibi menyambut nyonya barunya dengan antusias lalu mengantarkannya ke kamar lantai atas. Xia Lin langsung suka dengan rumah pilihannya itu, benar-benar terasa seperti sebuah rumah.

Apa sering ada tamu yang berkunjung kemari? Tanya Xia Lin. Bibi bilang tidak banyak, biasanya cuma Chu Yan dan Wen Li. Lagipula Yi Zhou tidak suka kalau tamu datang ke rumah ini.

"Lalu bagaimana dengan kerabatnya Ling Yi Zhou?"

"Ayahnya sudah lama meninggal dunia. Sedangkan ibunya, anda harus menanyakan itu sendiri padanya. Lihatlah kamar anda dulu dan panggil saja saya kalau butuh sesuatu."


Xia Lin pun masuk ke dalam kamar yang kesannya agak maskulin itu. Agak berbeda dari bayangannya, tapi tak apalah. Xia Lin langsung mengeluarkan baju-bajunya. Tapi saat dia membuka lemari, dia malah mendapati ada baju-bajunya Yi Zhou. Pfft!

"Apa aku salah kamar?"

Xia Lin akhirnya memasukkan kembali baju-bajunya ke dalam koper tanpa menyadari pintu tiba-tiba terbuka dan Yi Zhou melangkah masuk tanpa suara.


Xia Lin santai saja menata kopernya saat tiba-tiba saja setetes air menetes ke pundaknya. Xia Lin sontak melompat mundur saking kagetnya. Parahnya lagi, dia malah melihat Yi Zhou cuma pakai selembar handuk habis mandi.

"Lihat apa? Aku ganteng?"

"Kenapa kau ada di rumah?"

Justru dia yang seharusnya tanya, kenapa Xia Lin ada di sini? Ini kamarnya atau... Xia Lin mau tidur bersamanya? Bukan begitu. Bibi Huang yang membawanya ke kamar ini. Sepertinya Bibi Huang tidak tahu bagaimana hubungan mereka yang sebenarnya.


"Bibi Huang adalah pelayannya nenekku. Jika dia tahu kita tidur di kamar yang berbeda, maka nenekku mungkin akan mengetahui kebenarannya."

"Kita kan sudah menandatangani kontrak."

"Kau mau tidur bersamaku di kamar yang sama?"

"Bukan masalah aku mau atau tidak, tapi apakah itu baik atau tidak."

"Kenapa tidak baik?"


"Bagaimanapun kau sangat tampan, aku takut tidak akan bisa mengontrol diriku." (Pfft!) Xia Lin mendadak malu dan langsung nempel ke lemari.

Yi Zhou dengan nakalnya mendekat dan berbisik lirih. "Kalau kau tidak bisa mengontrol dirimu sendiri, lalu apa yang akan kau lakukan?"

Xia Lin bingung harus jawab apa saat tiba-tiba saja terdengar suara Anran memanggil-manggil nama Yi Zhou. Xia Lin refleks berusaha mendorong Yi Zhou menjauh darinya.


Tapi saat tangannya masih nempel ke d~~a Yi Zhou, Anran mendadak membuka pintu dan jelas kesal melihat pemandangan itu, apa yang mereka lakukan?!

"Pergilah ke ruang tamu dulu." Perintah Yi Zhou. Chu Yan pun langsung menyeret Anran keluar.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam