Sinopsis Memory Lost Episode 8 - 1

Sinopsis Memory Lost Episode 8 - 1


Han Chen dan Cold Face saling beradu tembak dengan sengitnya. Secara bersamaan, mereka keluar dari persembunyian masing-masing sambil mengacungkan senjata dan menembak secara bersamaan.

Cold Face mengenai jantungnya Han Chen, tapi Han Chen juga berhasil mengenai pundaknya Cold Face. Xiao Zhuan tak menyangka kalau Han Chen bisa dikalahkan. Ternyata Cold Face levelnya lebih tinggi daripada Han Chen.


Tapi kemudian, Lao Dao mengamati hasil tembakan mereka dan menyimpulkan kalau Han Chen lah pemenangnya dan Cold Face pun mengakui kalau dia memang kalah.

Dalam flashback, terlihat bahwa saat mereka sama-sama keluar dari persembunyian, Han Chen langsung menarget sasarannya dengan tepat, sementara Cold Face telat sepersekian detik gara-gara dia sempat salah target.

"Aku tahu kau cakap. Aku hanya tidak menyangka kalau kau sehebat ini," komentar Jin Xi. Xiao Zhuan masih belum nyambung maksudnya bagaimana, tapi Jin Xi cepat-cepat menghentikannya.


Wen Long mengucap selamat karena mereka berhasil lulus dalam ujian pertama masing-masing. Nantinya akan ada wawancara, jadi mereka tetap harus bersiaga.


Ujian selanjutnya adalah bela diri. Xiao Zhuan kalah dan Jin Xi menang. Saat dia berhasil memiting lawannnya, dia langsung berpaling dan tersenyum ke Han Chen.

Han Chen pun balas tersenyum. Tapi begitu Wen Long memperhatikan interaksi mereka, Han Chen langsung pasang muka serius.


Ujian berikutnya adalah balap mobil antara Han Chen dan Lao Dao. Setelah adu keahlian menyetir dengan berkelok-kelok di berbagai tikungan tajam, mereka mencapai garis finish secara hampir bersamaan. Tapi Han Chen berhasil mencapainya duluan.

Dan walaupun kalah di ujian bela diri, tapi Xiao Zhuan menang telak di ujian kecepatan hacking.


Setelah selesai ujian, Jin Xi mengaku tak percaya diri. Apa menurut Han Chen, dia bisa terpilih dan bergabung ke dalam tim? Han Chen santai meyakinkan Jin Xi bahwa jika dia terpilih nanti, maka itu artinya dia memenuhi kualifikasi.

"Tidak usah kebanyakan mikir. Lakukan saja yang terbaik."

"Tentu saja aku harus berusaha yang terbaik. Aku sungguh ingin menerapkan apa yang telah kupelajari dan membantu orang sebanyak mungkin. Hanya saja..."

"Bagaimana kalau mereka ingin memilih diantara kau dan Xiao Zhuan? Kalian berdua kan dari kantor yang sama dan kandidat terpilih sangat terbatas."

"Kalau begitu... aku akan memberinya kesempatan ini. Ini kesempatan yang bagus juga untuknya."


Han Chen tersenyum mendengarnya. Tiba-tiba dia membenarkan topinya Jin Xi sambil menasehatinya untuk menurunkan topinya sedikit, selipkan rambut dibelakang telinga dan jangan kebanyakan senyum dalam wawancara nanti. Jin Xi bingung, kenapa?

"Karena jika begitu, maka besar kemungkinan kau akan terpilih."

Dia lalu memberikan secarik kertas dan menyuruh Jin Xi membukanya kalau ada waktu. Tapi saat Jin Xi hendak membukanya sekarang, Han Chen malah buru-buru melarangnya membukanya sekarang.


Jin Xi, Xiao Zhuan, Lao Dao dan Cold Face duduk di sebuah aula. Entah ke mana peserta lainnya.

Jin Xi bertanya-tanya pada Xiao Zhuan, kenapa kira-kira dia disuruh untuk menurunkan topinya sedikit, menyelipkan rambut di belakang telinga, dan jangan kebanyakan senyum saat wawancara.

Xiao Zhuan memperhatikannya sebentar lalu berkomentar, "Kalau kau seperti itu, kau lebih mirip gadis baik."

Jin Xi jelas kesal, "Memangnya biasanya aku tidak baik apa?"

"Aku bilang kan 'lebih'."


Tiba-tiba pintu di buka, mereka langsung menegapkan bdan mengira yang datang atasan mereka. Tapi ternyata yang datang seorang kurir membawa sebuah paket kiriman. Ke-4 orang itu sontak curiga.

Si kurir meletakkan kotak itu di meja lalu melesat kabur. Jin Xi, Cold Face, dan Lao Dao langsung berlarian membuka pintu, tapi semua pintu malah terkunci, bahkan semua jendela pun terkunci.


Semua orang langsung curiga dengan kotak itu. Lao Dao berniat membukanya dengan hati-hati, tapi Cold Face nekat langsung membukanya dan ternyata isinya bom waktu.

Tentu saja itu cuma ujian, Han Chen dan Wen Long sedang mengawasi mereka melalui CCTV.

Xiao Zhuan tanya apa itu bom palsu. Tapi Cold Face sangat yakin kalau itu bom beneran. Lao Dao langsung ngomel-ngomel kesal, bisa-bisanya mereka dites pakai bom betulan.

Cold Face mengecek jendela, kacanya mudah dipecahkan dan ada danau tak jauh dari sini. Mereka masih punya waktu untuk membawa bom ini ke danau itu.

Lao Dao tidak setuju, "Kau kebanyakan nonton film action Hollywood. Kau pikir kau Iron Man?"


"Aku pernah melihat bom semacam ini dibuku, tapi aku tidak pernah benar-benar menjinakkan bom. Ini juga timer yang menggunakan sirkuit elektronik. Ini jauh lebih sulit daripada pakai kabel merah, kuning dan biru."

"Ini transmitter temperatur. Cairan nitrogen biasanya digunakan untuk menjaga kestabilan temperatur dan mencegahnya meledak."


Jin Xi tiba-tiba teringat kertas pemberian Han Chen, dan ternyata bukan cuma dia seorang. 3 rekannya itu juga mendapat secarik kertas dari berbagai orang.

Jin Xi langsung menyusun ke-4 kertas itu dan isinya adalah pesan-pesan instruksi ambigu cara menjinakkan bomnya.

A: Hanya ada satu catatan yang benar. B: Jika itu bom asli, kalian bisa membongkarnya lewat termometer. C: Jika itu bom asli, kalian tidak bisa membongkarnya melalui termometer. D: Jika B adalah bom asli, maka begitulah.

Lao Dao bingung, maksudnya bagaimana? Jin Xi tanya, apakah Xiao Zhuan bisa menjinakkan bom ini. Secara teori bisa, jawab Xiao Zhuan.


Jin Xi yakin kalau mereka punya alasan saat memberikan pesan-pesan ini. "Dan lagi, mereka sudah pasti harus menanggung resiko kalau-kalau kita tidak bisa menjinakkan bomnya. Ini pasti tidak sesulit yang kita pikir."

Berdasarkan pesan-pesan itu, Jin Xi menyimpulkan kalau mereka tidak bisa menjinakkannya melalui termometer. Kenapa? Karena menurut Jin Xi. Pesan A hanyalah judul. Pesan B dan C saling bertolak belakang, berarti hanya salah satu yang benar.

Jadi sudah pasti pesan D lah yang paling penting. Jika mereka melakukan apa yang tertulis di pesan B, maka bomnya pasti akan meledak. Maka sudah pasti pesan C yang benar.


Xiao Zhuan tiba-tiba nekat mengambil termometernya dan benar saja. Bom Itu memang tidak meledak, tapi juga tidak mati. Lao Dao punya ide lalu menyuruh Cold Face mengambilkannya jarum jam dinding.

Dia  lalu beraksi dengan menggunakan jarum jam itu. Perlahan dia memasukkan jarum jam itu ke mesin, dan walah! Timernya akhirnya berhenti.

Semua orang akhirnya bisa bernafas lega. Lao Dao mengaku kalau dia bertaruh dengan dirinya sendiri tadi, dia cuma asal tebak untuk mengikatkannya dan ternyata benar.


Para atasan masuk tak lama kemudian sambil bertepuk tangan dan mengucap selamat atas kerja bagus mereka. Ke-4 peserta itu langsung protes bergantian. Han Chen santai menekan remotre control dan bomnya langsung mati.

Wen Long mengonfirmasi kalau itu memang bom betulan dan walaupun tidak sekuat C4, tapi bom itu bisa meledakkan ruangan ini. Latihan ini masih dalam kendali mereka, apa yang akan mereka hadapi di luar sana adalah penjahat yang sebenarnya.

Wen Long lalu nyerocos menyebutkan berbagai alasan mereka ber-4 terpilih sebagai anggota tim investigasi khusus.


Xiao Zhun terpilih karena kemampuan hebatnya dalam teknik mengkalkukasi dan mengeksplorasi lapangan. Lao Dao berkat kemampuan pengamatannya yang luar biasa.

Cold Face terpilih berkat kemampuan observasi yang baik, dan Jin Xi terpilih berkat pemikiran logisnya dan kemampuan psikologinya yang hebat.

Dan yang paling penting, hasil tes barusan menunjukkan kalau mereka memiliki kerja tim yang bagus dan kemampuan berkoordinasi yang baik.

"Aku yakin tim ini akan bisa mengembangkan kemampuan terbaik kalian untuk menghadapi segala macam situasi berbahaya yang mungkin akan datang nantinya. Selamat datang ke dalam tim investigasi khusus."


Nama tim mereka pun diresmikan, yaitu Black Shield Team. Tugas mereka adalah melindungi keselamatan warga.


Jin Xi dan Xiao Zhuan pulang ke Kota Jiang untuk mengepak barang-barang mereka. Semua orang berkumpul saat mereka pamitan.

Direktur Gu sungguh senang dan bangga atas keberhasilan mereka. Ia bahkan agak emosional bak seorang ayah yang hendak melepaskan anak-anaknya untuk menghadapi dunia luar.

"Direktur Gu, jangan terlalu serius. Aku dan Xiao Zhuan kan cuma akan dipindahkan ke kantor kepolisian daerah dan bukannya ke medan perang."

"Kantor kepolisian daerah itu seperti garis depan. Berada di garis depan itu sama seperti di medan perang, ada banyak kasus yang sulit dan berbahaya."


Saat Jin Xi hendak mengepaki barang-barangnya, dia menemukan rantang makannya Si Bai di sana. Jin Xi langsung berubah sedih teringat Si Bai. Xiao Zhuan tanya apakah dia tidak akan mengucap selamat tinggal pada Si Bai.

"Aku tidak mau."

"Kenapa?"

Karena Jin Xi tak tahu harus bilang apa ke Si Bai. Mereka berteman baik dan sepakat akan selalu makan bersama setiap ada waktu, tapi sekarang dia harus pergi sendirian. Masalahnya, ini adalah kesempatan satu kali seumur hidup. Jin Xi ingin melatih dirinya dan belajar hal-hal baru.

"Memang susah untuk menyeimbangkan antara kesetiaan dengan perasaan. Aku mengerti perasaanmu."

"Apa maksudmu?"


Xiao Zhuan berkata bahwa awalnya dia menyetujui jika Jin Xi bersama Si Bai. Tapi tiba-tiba Han Chen muncul di tengah-tengah mereka berdua. Jin Xi langsung kesal menabokinya, kenapa dia terus bicara omong kosong?

"Baiklah. Bagaimana kalau aku pergi dan bicara dengan Dr. Xu untukmu?"

"Yang benar saja. Lebih baik aku pergi sendiri."


Jin Xi pun pergi ke kantornya Si Bai dan menggalau ria di luar ruangannya, tak tahu apa yang harus dia katakan nantinya. Sekretarisnya Si Bai kembali tak lama kemudian dan memberitahu kalau Si Bai sedang ada rapat dan meminta Jin Xi untuk menunggu saja di dalam kantor.

Tapi Jin Xi yang masih sangat gugup, memutuskan untuk mengurungkan niatnya bertemu Si Bai dan pura-pura ke sana hanya untuk mengembalikan rantang lalu cepat-cepat pergi.


Saat Si Bai kembali ke kantor tak lama kemudian, Asisten memberitahunya tentang kedatangan Jin Xi tadi. Tapi dia merasa Jin Xi agak aneh hari ini. Dia bahkan langsung melarikan diri setelah mengembalikan rantangnya Si Bai.

Cemas, Si Bai langsung menelepon Xiao Zhuan. Dari Xiao Zhuan lah akhirnya dia tahu kalau mereka harus pergi lagi besok. Si Bai kaget, kenapa mereka terburu-buru pergi lagi?

"Bos tidak memberitahumu?"

"Tidak, aku tidak bertemu dengannya. Dia memberikan rantangku pada Xiao Yao lalu melarikan diri. Xiao Zhuan, apa yang terjadi? Katakan padaku."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments