Sinopsis Memory Lost Episode 7 - 2

Sinopsis Memory Lost Episode 7 - 2


Keesokan harinya, mereka tur keliling kantor. Di salah satu meja, Jin Xi melihat kotak permennya Han Chen. Pasti itu meja kerjanya Han Chen. Mumpung orangnya tak ada, Jin Xi menulis pesan, mengingatkan Han Chen akan janji undangan makannya.

"Kau sedang apa?" Sapa Han Chen dari belakang.

Jin Xi langsung canggung. Han Chen melihat pesannya dan langsung mengajaknya keluar sekarang juga.

Jin Xi jadi tak enak, tidak perlu, dia cuma asal menulis itu kok. Lagipula sekarang waktunya makan siang di kantin. Lebih baik mereka bicara lagi lain kali.

Dia sudah mau pergi, tapi Han Chen mencegahnya dan dengan muka lempengnya menyuruh Jin Xi untuk minta izin keluar dan tunggu dia di bawah. Han Chen langsung pergi setelahnya.

"Dia itu mengundangku apa memaksaku?" Heran Jin Xi.


Mereka tiba di sebuah restoran mewah tak lama kemudian. Han Chen dengan manisnya menarikkan kursi untuk Jin Xi, dan karena ini pertama kalinya Jin Xi kemari, Han Chen pun nyerocos panjang lebar memesan segala macam menu mewah untuk mereka berdua, termasuk wine mahal.

"Bagaimana kau akan menyetir kalau mabuk?"

"Naik taksi," santai Han Chen.

"Ini pasti restoran mewah dan kau memesan banyak sekali menu mahal, berapa gaji bulananmu?"

"Betul. Setelah mentraktirmu ini, aku takut bakalan harus makan pangsit selama sebulan ke depan."


Makanan mereka datang tak lama kemudian dan Jin Xi langsung kagum dengan rasanya. Jadi makanan kesukaan Han Chen yang seperti ini? Pantas saja Han Chen tidak mau memakan pangsit yang pernah dia belikan dulu.


Di suatu tempat, 3 orang pemuda tampak sedang melakukan pesta topeng sambil membicarakan tentang misi yang sedang dijalankan oleh seseorang dan tidak bisa dihubungi sekarang.

Mereka juga membahas tentang K dan seseorang lainnya berinisial E.  Pria pertama tanya apakah K sudah mengetahuinya.

Pria kedua bilang bahwa E sudah memberitahunya. Hmm... sepertinya mereka semua komplotan penjahat. Pria ketiga berkomentar bahwa setelah insiden yang dulu, mereka sudah terlalu lama diam.

"Kau benar. Mari kita buat kekacauan dan keributan!" Kata pria kedua.

Sepertinya orang yang sedang menjalankan misi yang mereka bicarakan itu adalah si pria bermasker yang saat itu naik ke atas gedung dengan membawa senapannya yang dia sembunyikan di tas gitar.

Di tas gitar itu, tampak ada 3 foto orang yang mungkin sasaran yang mau ditembaknya. Dia mulai membidik sasarannya.


Jin Xi dan Han Chen menikmati makan malam romantis. Pemain biola bahkan memainkan lagu untuk mereka, mungkin karena mengira mereka pasangan kekasih. Han Chen pun tersenyum senang melihat Jin Xi memakan semua makanannya dengan sangat lahap.

Saat Han Chen hendak membayar tagihannya, pelayan malah datang membawakan satu buket besar lolipop sebagai hadiah untuk Jin Xi. Dari Han Chen kah? Tapi Han Chen sendiri malah bingung dan menuntut penjelasan si pelayan.

Pelayan menjelaskan bahwa hari ini adalah ulang tahun pernikahan pemilik restoran ini, jadi mereka memberikan buket lolipop gratis untuk pasangan kekasih yang makan malam di sini hari ini.


"Kami bukan pasangan," tegas Han Chen.

"Tapi kalian seperti pasangan kekasih"

Jin Xi langsung mengambil buket lolipop itu dan mengklaim kalau Han Chen cuma bercanda, tentu saja mereka pasangan kekasih.

Setelah si pelayan pergi, Jin Xi berusaha meminta pengertian Han Chen, dia sangat menyukai lolipop, rasa jeruk lagi.

"Lagipula, kau tidak perlu pura-pura kalau kita pasangan. Aku saja yang melakukannya, itu cukup."


"Apa kau bahkan minta izinku?" Dingin Han Chen.

"Ampun deh, kakak. Aku ini cewek, kenapa kau harus bersikap seperti itu? Memangnya aku merugikanmu atau apa?"

"Dari mana kau mempelajari itu?"

"Zhou Xiao Zhuan!" Jin Xi langsung pergi dari sana dengan kesal.


Dia berhenti di jembatan, masih dengan perasaan sebal pada Han Chen dan dengan sengaja berteriak-teriak mengutuki Han Chen.

"Nyanyianmu lumayan juga," sindir Han Chen.

Kesal, Jin Xi langsung melayangkan tangan untuk menampar Han Chen. Han Chen cekatan menangkap tangannya, tapi Jin Xi tak kekurangan akal dan langsung menaruh heel sepatunya di atas kaki Han Chen sebagai ancaman.

Han Chen akhirnya mengalah dan melepaskannya. "Ayo kuantarkan pulang."

"Kau beruntung aku ini seorang wanita cantik. Wanita cantik ini akan memaafkanmu."


Seorang pria sedang heboh bermain game online di rumahnya, tanpa menyadari kalau dia sedang menjadi target si pria bermasker.

Dia baru saja bersorak saat tiba-tiba saja sesuatu melesat dan menempel ke dadanya, bukan peluru melainkan darah. Dia langsung kesal mengutuki siapapun yang sedang mengerjainya ini.


Di tempat lain, seorang wanita sedang bermsraan dengan kekasihnya di luar club saat tiba-tiba si pria bermasker menembakkan darah ke pnggungnya. Jelas saja wanita itu langsung kesal.


Di tempat lain, seorang pria sedang jalan sambil memandangi cewek-cewek yang lewat saat si pria bermasker menembakkan darah ke mukanya. Sama seperti yang lain, dia pun langsung merutuk kesal.

Sesaat kemudian, dia berpapasan dengan pria pembawa gitar, tanpa menyadari dialah yang mengerjainya tadi.


Saat Jin Xi pulang ke asramanya, dia memutuskan kalau Xiao Zhuan tidak boleh tahu. Maka dia berusaha jalan pelan-pelan saat melewati kamarnya Xiao Zhuan, tapi Xiao Zhuan malah keluar saat itu juga.

Jin Xi berusaha menyembunyikan buket bunganya. Tapi terlambat, Xiao Zhuan sudah melihatnya dan langsung merebutnya. Siapa yang kasih buket lolipop segede ini? Ini cukup untuk sebulan, kan?

"Aku harus berterima kasih padanya. Sekarang aku tidak perlu membelikanmu lolipop."

"Benar. Kau tidak perlu melakukan itu selama setidaknya setengah bulan ke depan. Oke, selamat malam."


Tapi Xiao Zhuan tidak membiarkannya pergi secepat itu. Tadi dia melihat Jin Xi diantarkan pulang oleh Han Chen, apa Han Chen mengejar Jin Xi?

Jin Xi malah langsung mencekik lehernya kuat-kuat dan menegaskan kalau dia dan Han Chen tidak punya hubungan spesial.

Xiao Zhuan langsung manggut-manggut panik, mukanya sampai memerah gara-gara cekikan Jin Xi.


Jin Xi akhirnya melepaskannya dan mulai menggodai Xiao Zhuan. Belakangan ini Xiao Zhuan aneh sekali, dia kepo banget mengawasinya ke mana, kapan dan dengan siapa dia pergi. Apa Xiao Zhuan ada rasa padanya?

Astaga. Menurutnya, justru Jin Xi yang aneh. Jin Xi jadi kelewat kepedean belakangan ini.

"Kukasih tahu kau, Bai Jin Xi. Dia mataku, kau itu tidak lebih daripada wanita mirip pria."

Jelas saja Jin Xi langsung emosi mencekiknya lagi sekuat tenaga dan menuntut Xiao Zhuan bersumpah untuk tidak ngomong seperti itu lagi.


Jin Xi masuk kamarnya tak lama kemudian sambil menggerutu kesal. Tapi ekspresinya berubah melembut saat melihat buket lolipopnya, teringat reaksi Han Chen di restoran tadi. Dia lalu mengirim sms ucapan terima kasih pada Han Chen.


Keesokan harinya, beberapa peserta latihan perang di arena latihan tembak sementara Wen Long dan Han Chen mengawasi mereka. Xiao Zhuan gelisah karena Jin Xi masih belum datang.


Untunglah akhirnya dia melihat Jin Xi bergegas datang tak lama kemudian. Wen Long tiba-tiba menyuruh salah satu peserta bernama Lao Dao untuk menganalisa alasan Jin Xi datang terlambat. Itu adalah ujiannya hari ini.

Lao Dao pun mulai berputar-putar memperhatikan Jin Xi. Xiao Zhuan membisiki Jin Xi kalau Lao Dao ini adalah pengamat terbaik di provinsi ini.

Lao Dao lalu dengan lancarnya menyebutkan hasil penelusurannya bahwa tadi Jin Xi naik bis No.77, dia mengambil jalan pintas melewati hutan pinus saat menuju kemari.

Jin Xi jelas heran, dari mana dia bisa tahu? Lao Dao menjawabnya menunjuk bekas daun pinus di sepatunya Jin Xi. Hutan pinus ada di bagian tenggara arena latihan tembak ini dan hanya ada satu pemberhentian bis terdekat.

Dari 6 rute bis, hanya bis no.77 yang lewat daerah pinggiran kota. Biasanya para peternak naik bis itu dengan membawa hasil ternak mereka untuk dijual di kota. Dan Jin Xi tak sadar kalau sedari tadi, ada bulu unggas yang nempel di bajunya.


Wen Long memuji kehebatan pengamatan Lao Dao lalu beralih ke Jin Xi dan menanyakan alasan keterlambatannya.

Jin Xi bercerita kalau awalnya dia berniat pergi bersama Xiao Zhuan. Tapi saat dia hendak mengetuk kamarnya Xiao Zhuan, tiba-tiba seseorang misterius keluar lalu bergegas kabur.


Selama mengejar orang itu, Jin Xi memperkirakan tinggi orang itu sekitar 170 cm dan kurus. Dia memakai masker dan membawa ransel besar. Biarpun dia tidak melihat wajahnya, tapi dia yakin kalau orang itu pria.

Dia melihat orang itu masuk ke bis no.77. Jin Xi terlambat saat dia tiba di halte. Maka dia cepat-cepat naik taksi untuk mengejar bis itu. Dia berhenti di halte berikutnya sebelum bis itu datang.

Sebelum dia naik, dia memperhatikan semua orang yang turun dari bis. Tapi orang misterius itu sepertinya tidak ikut turun di sana. Jin Xi pun naik dan mendapati orang misterius itu duduk dekat pintu belakang. Itu adalah posisi yang paling tepat untuk kabur.

Sepanjang perjalanan, Jin Xi terus mengawasi orang itu. Di pemberhentian berikutnya, orang itu turun. Jin Xi mau mengejarnya, tapi dia memperhatikan orang itu tampak santai saja.


Jin Xi menyadari dia bukan orang yang dikejarnya tadi. Perlahan dia menyusurkan pandangannya ke para penumpang lainnya, memperhatikan penampilan fisik mereka.

Di bangku paling belakang, dia melihat seorang wanita yang membawa ransel besar. Jin Xi langsung duduk di sampingnya dan mulai memperhatikannya. Dari posisi duduknya, Jin Xi bisa memperkirakan tinggi wanita itu sama persis seperti tinggi orang yang dikejarnya tadi.

Dia juga memperhatikan hanya bagian bawah gaunnya yang tampak berkerut. Maka Jin Xi menyimpulkan bahwa orang itu mengenakan celana di dalam gaunnya. Begitu dia naik tadi, dia buru-buru mencopot penyamarannya dan membuka bagian bawah gaun yang dilipatnya.

 

Tapi saat mereka turun, wanita itu juga tidak kabur. Bahkan saat Jin Xi menanyai wanita itu tentang letak tempat latihan polisi terdekat, wanita itu langsung memberinya petunjuk arah.

Saat itulah Jin Xi menyadari kalau hari ini ada seleksi dan bergegas kemari. Apa mungkin tadi itu tes untuknya?

Wen Long membenarkannya. Karena Jin Xi bisa datang kemari tanpa kesulitan, berarti dia sudah lulus tes. Kemampuan observasinya lumayan bagus. Wen Long mengaku kalau dia berniat membingungkan Jin Xi, tapi ternyata Jin Xi tidak mudah dibohongi.


Di arena perang, seorang polisi menembaki musuh-musuhnya dengan sengit dan sukses mengalahkan mereka semua dengan cepat. Xiao Zhuan penasaran, siapa orang itu?

Lao Dao berkata kalau orang itu adalah Chi Shen. Dia hebat dalam menembak, gulat, dan pengamatan. Dia bahkan pernah memenangkan double championship dalam kompetisi gulat dan menembak seprovinsi. Karena dia orang yang sangat dingin, dia dijuliki 'Cold Face'.

"Keren," Xiao Zhuan kagum.

"Kalau aku?" Tanya Lao Dao.

"Kau juga keren."


Wen Long lalu menyuruh Cold Face dan Han Chen beradu tembak. Kedua pria itu pun masuk arena. Jin Xi heran, semua orang dites tapi kenapa Xiao Zhuan tidak?

"Aku sudah kemarin. Akulah yang menyelesaikan dokumen rahasia itu. Aku juga yang membuatkan soal-soal itu. Kukasih tahu kau, Dewa Han sepertinya wakil ketua tim kita."


Di aren, Han Chen dan Cold Face berlarian ke sana kemari, saling menghindar dan menyerang satu sama lain dengan sengit.

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

1 Comments

  1. Semangat kak....
    Lupa2 ingat sinopsisnya yg dlu kak....
    Tapi ttep penasaran... 😘😘😘❤️❤️

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam