Sinopsis Memory Lost Episode 7 - 1

Sinopsis Memory Lost Episode 7 - 1



Jin Xi dan Si Bai makan malam berdua di ruang private. Jin Xi makan dengan lahapnya sementara Si Bai serius memotong-motong dagingnya  serapi mungkin sampai Jin Xi heran sendiri melihatnya.

"Lao Xu, kau memotong daging sapi kayak lagi menganatomi mayat saja."

Jin Xi tiba-tiba jahil mencuri potongan dagingnya Si Bai. Si Bai malah berbaik hati memberikan sepotong lagi untuk Jin Xi yang jelas menerimanya dengan senang hati.

"Pantas saja semua gadis di kantor bilang kalau kau itu harta berharga. Aku bisa melihatnya sekarang."


Membahas masalah itu, Si Bai langsung membahas bagaimana dia belum pernah punya pacar sejak dia kecil.

Dia bahkan berencana akan hidup sendirian selamanya karena dia pikir kalau dia tidak akan bisa hidup bersama seseorang.

Tapi, orang pastinya bisa berubah pikiran dan perasaan dan kadang sulit mengontrol dirinya. Karena itulah, Si Bai berpikir bahwa sekarang saatnya dia memiliki seorang kekasih.

Jin Xi sampai tersedak mendengarnya. Tapi dia senang mendengarnya, malah menyemangati Si Bai untuk mencari seorang gadis cantik dan baik hati, sama sekali tidak nyambung kalau yang Si Bai maksud adalah dirinya.

Tapi Si Bai belakangan ini kayaknya sibuk banget, apa dia punya waktu untuk kekasihnya?


"Tentu saja. Bagaimana denganmu?"

"Aku? Aku hanya punya waktu jika sebuah kasus selesai. Sekarang ini, aku ingin menghabiskan waktuku untuk beristirahat dan melakukan hal-hal yang biasanya kulakukan."

"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"

"Aku ingin mengunjungi Akademi Kepolisian kami. Sudah lama aku tidak ke sana."

"Oke. Aku akan mengantarmu ke sana."

Jelas-jelas itu petunjuk tentang perasaan Si Bai padanya, tapi Jin Xi tetap tidak nyambung malah dengan santainya menolak ajakannya, dia bisa pergi sendiri kok. Si Bai bersikeras ingin mengantarnya, lagian besok dia libur. Jin Xi akhirnya setuju.


Han Chen baru saja selesai rapat dengan Direktur dan Wen Long, membahas masalah pembentukan tim investigasi khusus.

Wen Long memberitahu kalau besok, polisi dari Kota Jiang dan kota lainnya akan datang kemari untuk menjalani pelatihan dan ia meminta Han Chen untuk mengurus mereka dengan baik.

Han Chen langsung mengeluh malas, dia tidak mau terlibat, itu tidak ada hubungannya dengannya, waktunya sangat berharga bagai emas.

Wen Long langsung mengomel panjang lebar mengkritiki sikap arogan Han Chen. Memang dia berbakat, tapi dia seorang tidak akan cukup untuk menangani kasus-kasus yang sulit ditangani. Han Chen mendengarkannya dengan malas.


Tapi kemudian, dia baru nyambung dengan ucapan Wen Long tadi, dia bilang kalau polisi dari Kota Jiang akan kemari?

Wen Long membenarkan, Direktur bahkan menilai tinggi potensinya Bai Jin Xi. Mendengar itu, Han Chen mendadak berubah pikiran dan bersedia menerima tugas itu.


Jin Xi dan Si Bai tiba di Akademi Kepolisian Sha Jiang. Si Bai penasaran kenapa Jin Xi ingin mengunjungi tempat ini?

"Aku pernah memberitahumu tentang mimpi yang sering kualami, kan? Dalam mimpiku, aku memiliki seorang pacar. Makanya aku kemari untuk mengecek hal itu."

Jin Xi tidak tahu apakah itu cuma ilusinya saja. Tapi jika orang itu nyata, Jin Xi penasaran apa kabar orang itu sekarang sampai tak pernah menampakkan dirinya dan kenapa orang itu datang mencarinya saat dia dalam masalah.


Dia juga penasaran pada dirinya sendiri, tak mengerti kenapa dia musti mencari orang itu padahal orang itu memperlakukannya seperti ini.

"Kurasa, ini hanyalah kepingan cinta yang tak sempurna. Mungkin aku dan orang itu sudah putus sejak lama. Aku datang kemari untuk mencarinya karena aku ingin tahu apakah orang itu nyata ada atau tidak. Jika iya, mungkin saja itu bisa membantuku mengembalikan ingatanku."

Si Bai mendukungnya, dia yakin kalau Jin Xi pasti akan mendapatkan kembali ingatan masa lalunya. Mereka pun berkeliling membaca papan pengumuman dan Jin Xi mendapati foto kelulusannya di sana.


Si Bai tanya apakah dia ingat dengan teman-teman sekelasnya dan menyarankannya menghubungi mereka saja.

Ah, Jin Xi baru ingat kalau dulu setelah sembuh, dia pernah kemari satu kali dan bertemu seorang teman.

Jin Xi langsung mencari-cari di daftar kontaknya sambil mencoba mengingat-ingat nama temannya itu. "Namanya Ye... Ye Zi Lu."


Jin Xi langsung menghubunginya dan mencoba tanya apakah dulu dia pernah punya pacar saat masih belajar di akademi? Zi Lu mengatakan sesuatu dan Jin Xi langsung mencoba mencari nama Zhao Zhi Xu di antara foto-foto alumni.

Begitu menemukan foto yang dicarinya, Jin Xi langsung mencuri foto itu lalu menyeret Si Bai kabur dari sana. Si Bai heran, untuk apa juga dia mencurinya? Mereka kan bisa tanya-tanya ke bagian informasi.


Jin Xi tahu kalau perbuatannya salah. Tapi kalau dia mendatangi bagian informasi, bisa-bisa dia bakalan ditanya macam-macam, bagaimana dia harus menjelaskan kalau dia hilang ingatan.

Jin Xi menunjukkan foto pria tampan yang curinya itu. Temannya tadi bilang kalau dulu, dia punya hubungan dengan pria itu dan mereka putus setelah lulus, mungkin karena keluarga pria itu.

Sekarang pria itu menikah dan hidup di luar kota. Tapi itu tidak masalah, setidaknya sekarang dia bisa menyingkirkan satu hal dari pikirannya.

"Jin Xi, jangan sedih."

"Tidak masalah. Aku tidak akan bersedih."


Tapi kemudian, Jin Xi malah melamun sedih. Dia mengaku kalau dia sebenarnya masih belum bisa melupakan kepingan cinta dalam mimpinya itu. Tapi saat dia bangun dan kembali ke dunia nyata, dia tetap tidak bisa mengingat apapun.

"Jika dia benar-benar orang yang ada di dalam mimpiku, aku mungkin kehilangan imajinasi cinta yang indah."

"Jin Xi, lupakan saja kalau kau tak bisa mengingatnya. Ku harus hidup untuk masa depanmu."

"Kau benar-benar seorang profesor. Kata-katamu memang masuk akal. Aku tidak bisa membantahnya. Ayo, kita pulang."


Tapi begitu sendirian di rumah, Jin Xi kembali bersedih menatap foto pria itu, teringat mimpinya akan seorang pria misterus yang bilang kalau dia tidak akan menikahi wanita lain selain dirinya.

"Tidak akan menikah dengan siapapun selain aku? Tapi sekarang di mana kau?"


Keesokan harinya di kantor, Xiao Zhuan berdehem-dehem sambil mesam-mesem saat Jin Xi datang. Jin Xi sampai heran, apa dia sudah gila?

"Kukasih tahu kau, kita akan dikirim ke Polda Kota Lan!"

Jin Xi kaget, "Kenapa?"

"Apa maksudmu kenapa?"


Direktur Gu datang saat itu juga untuk menjawab pertanyaan Jin Xi. Dia memberitahu kalau kantor Polda tengah mengadakan acara untuk mencari polisi berbakat dan atasan mengakui potensi kemampuan Jin Xi dalam psikologi kriminal.

Jadi Jin Xi dan Xiao Zhuan akan dikirim ke sana dengan membawa laporan kasus itu. Ini adalah kesempatan langka. Jin Xi begitu tercengang sampai tidak bisa berkata-kata.

"Kenapa? Kau tidak berani? Tenang saja. Tidak masalah kalau kau mengatakan sesuatu yang salah, kau hanya akan malu di hadapan para polisi berbakat di sekitar wilayah provinsi ini saja kok."

"Direktur Gu, cara anda menyemangatiku sungguh unik!"


Xiao Zhuan penasaran, di sana nanti, apakah mereka akan bisa bertemu dengan Dewa Han? Apa dia harus pamer sedikit saat bertemu Dewa Han nanti? Pakai setelan misalnya? Xiao Zhuan bingung.

Jin Xi kesal mendengar ocehannya dan langsung memukulinya, tidak terima karena Xiao Zhuan sekarang lebih memandang tinggi pada Han Chen dan bukannya dirinya.


Paketan oleh-oleh kiriman Jin Xi akhirnya tiba. Wen Long melihat itu dan langsung penasaran. Han Chen santai mengingatkan kalau Wen Long sendiri yang menyuruhnya beli oleh-oleh dari Kota Jiang.

Wah, Wen Long tak menyangka kalau Han Chen masih ingat lalu dengan santainya dia merampok semuanya dari tangan Han Chen untuk dirinya sendiri.

 

Hari keberangkatan mereka pun tiba. Polisi lain berbaris masuk ke bis mini, sementara Jin Xi mengirim sms dulu pada Han Chen, menanyakan apakah kirimannya sudah sampai.

Alih-alih mendapat pesan balasan, Han Chen malah langsung meneleponnya dan memberitahu kalau dia sudah menerima kirimannya dan berterima kasih. Malu mengakuinya, Jin Xi mengklaim kalau itu bukan darinya tapi dari Xiao Zhuan.

"Dari mana kau tahu kalau aku tidak suka makan makanan pedas."

Soalnya Jin Xi tidak pernah melihat Han Chen makan makanan pedas selama dia di sini. Oops! Keceplosan. "Err... tapi tentu saja a-aku tidak menaruh perhatian khusus padamu. Itu cuma penyakit kambuhanku."


"Penyakitmu cukup profesional."

"Bagaimana bisa kau berkata begitu. Tapi jika kau ingin berterima kasih padaku, kau harus melakukannya secara realistik."

"Begini saja. Aku akan mengundangmu makan saat kau tiba nanti."

"Oke. Akan kutunggu undanganmu."

"Tentu. Hati-hati di perjalanan."

 

Xiao Zhuan menghampirinya saat itu gara-gara Jin Xi sudah membuat semua orang menunggu. Siapa sih yang dia telepon dari tadi. Dia mengintip ponselnya Jin Xi dan mendapati nama Han Chen di sana.

"Sudah berapa lama kalian saling berhubungan?"

"Berhubungan apaan? Dia cuma menelepon untuk mengucap hati-hati di jalan."

"Aku tidak percaya. Katakan sejak kapan kalian saling berhubungan? Bos, kehidupan emosionalmu jadi semakin kaya daripada sebelumnya, yah?"


Tak lama kemudian, mereka pun tiba di kantor Polda Lan Barat dan langsung berkumpul di ruang meeting. Jin Xi dan Xiao Zhuan diperkenalkan pada Wen Long dan rapat pun dimulai begitu Han Chen tiba.

Wen Long mengawali rapat dengan menjelaskan terlebih dulu bahwa mereka akan menjalani latihan selama seminggu untuk kemudian dipilih sebagai anggota tim khusus. Dia lalu meminta Jin Xi untuk membahas kasus Chen Li Jiang.


Setelah Jin Xi selesai mempresentasikan kasus itu, mereka kemudian dibawa ke pusat pemantauan informasi dimana mereka bisa memantau rekaman CCTV di seluruh kota. Selama beberapa hari kemudian, mereka harus menjalani berbagai ujian dan latihan tertulis dan fisik.


Suatu malam, Jin Xi dan Xiao Zhuan kembali ke kamar asrama mereka. Xiao Zhuan menelepon Direktur Gu dan melaporkan tentang bagaimana dia dan Jin Xi berusaha keras untuk menjadi yang pertama dan kedua dalam berbagai ujian mereka.

Xiao Zhuan terus nyerocos panjang lebar tentang betapa senangnya Direktur Gu mendengar kabar itu dan bahwa mereka akan mendapat penghargaan saat mereka kembali nanti.

Dia juga mengingatkan Jin Xi tentang jadwal mereka besok dan menasehati Jin Xi untuk tidak tidur terlalu malam.

"Aku tahu, aku tahu. Jangan cerewet terus," protes Jin Xi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments