Pasca percakapanya dengan Nyonya Han, Chu Xia merenung di depan tembok tempat biasanya dia corat-coret. Dia lalu mengambil kapur dan menulis, "Akankah aku menjadi bayangan orang lain. Akankah orang itu (Qi Lu) terus hidup dalam mimpinya? Apakah yang dia sukai adalah bayangan, ataukah orang itu?"
Saat dia hendak pergi, dia mendengar perdebatan antara Feng Shao dan seorang wanita yang terang-terangan menyatakan cintanya tak peduli biarpun dia tahu kalau Feng Shao lebih menyukai Chu Xia, lagipula Chu Xia kan tidak menyukainya.
Feng Shao bersikeras menolaknya, dia yakin kegigihannya pasti akan berbuah sukses.
"Baiklah. Kalau begitu mulai hari ini, itulah motoku. Feng Shao, kita lihat saja siapa yang akan menang pada akhirnya."
Chu Xia terkejut mendengarnya, pertama kalinya dia tahu tentang perasaan Feng Shao kepadanya. "Begitu banyak hal yang terjadi selama ini. Perasaan semua orang dalam kesusahan."
Dia akhirnya kembali ke tembok untuk menghapus tulisannya tadi dan menggantinya, "Semua orang memiliki luka dalam hati mereka."
"Mungkin, aku tidak pernah benar-benar memahami kalian."
Sejak saat itu, Chu Xia jadi tidak bisa konsen pada apapun, bahkan saat dia seharusnya membantu Mary mengobati pasien. Disuruh ambil suntikan malah ambil gunting. Mary jelas langsung ngomel-ngomel, ada apa dengan Chu Xia hari ini? Apa ada seseorang yang membuatnya marah?
"Tidak ada."
"Kalau begitu, apa ini masalah pacaran?"
"Guru Liu, jangan asal tebak."
"Jangan panggil aku Guru Liu. Kalau sampai ada orang ketiga di sekolah ini yang tahu aku bernama Liu Gui Feng, mampus kau! Katakan, ada apa?"
Chu Xia bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya rasanya menyukai seseorang? Kenapa ada beberapa orang yang rela berubah demi orang yang mereka sukai? Mary heran mendengarnya, jangan bilang kalau Chu Xia belum pernah menyukai seseorang sebelumnya.
"Apa menyukai orang tuaku sendiri, bisa dihitung?"
"Tentu saja tidak! Sekali kau menyukai seseorang maka hatimu akan terisi oleh orang itu."
Bagaimana jika orang yang kita sukai mencampakkan kita dan pergi? Bukankah itu adalah sebuah kejutan yang biasanya sulit diterima orang? Tentu saja... sama seperti saat Mary kuliah medis di Jepang. Pfft!
Ujung-ujungnya dia malah mengulang cerita yang pernah dia ceritakan pada Chu Xia tentang seorang cowok Jepang yang pemalu dan naksir dia, lalu pria itu menyatakan cinta kepadanya, lalu dia tolak lalu pria itu bertemu wanita lain yang mirip dengannya walaupun wanita itu sebenarnya cuma sedikiiiiit lebih baik dari dia, lalu kemudian pria dan wanita itu hidup bahagia selama-lamanya.
Chu Xia tentu saja sudah hafal dengan cerita itu, tapi Mary terus ngotot menceritakannya kembali sampai-sampai Chu Xia jadi sulit percaya apakah kisah itu benar adanya atau tidak.
Terserah Chu Xia mau percaya atau tidak. Intinya, cinta bisa membuat seseorang jadi gila dan tidak jujur.
"Sekali kau jatuh cinta pada seseorang, mungkin lebih baik kau mati saja. Jangan sedih hanya karena kesedihan sesaat. Ada banyak pria hebat di luar sana."
"Guru, aku tidak sedang menjalin hubungan."
Tiba-tiba Xiao Nan memanggil Chu Xia, ada yang mau dia katakan, cepat turun. Chu Xia mengiyakannya, dia mau pamit dulu ke Guru Liu. Oops! Keceplosan. Mary jelas panik, dasar Chu Xia! Pada siapa lagi dia kasih tahu namanya?! Tapi Chu Xia sudah kabur duluan.
Teman-teman sekelas Chu Xia sedang ribut berdebat tentang beauty contest yang akan diadakan sekolahan mereka. Guru Ma datang tak lama kemudian lalu mengumumkan bahwa hasil ujian mereka sudah keluar, tapi Chu Xia dan Xiao Nan malah ketiduran.
Guru Ma jelas kesal, apa Chu Xia tidak peduli dengan nilai-nilainya? Hampir setengah semester ini yang dilakukan Chu Xia hanyalah melamun. Pun begitu, apa Chu Xia masih percaya diri? Apa rahasianya? Ayo katakan dan berbagilah dengan teman-teman sekelasnya. Chu Xia cuma diam.
"An Chu Xia, kau dapat nilai sempurna." Ujar Guru Ma. Wah, kontan teman-teman sekelasnya langsung tepuk tangan untuknya.
Chu Xia pede membungkuk bak seniman di atas panggung yang sukses perform. Tapi saat dia duduk kembali, kantuk langsung menyerangnya lagi.
Tapi kemudian Guru Ma menuduh Chu Xia berbuat curang dan karenanya dia akan menghukum Chu Xia dengan hukuman berat.
Kantuknya Chu Xia sontak menghilang dan dia langsung bangkit untuk membela dirinya, apa Guru Ma bahkan punya bukti kalau dia berbuat curang.
Guru Ma nyengir licik, fakta kalau Chu Xia adalah murid transferan dari sekolah murahan saja sudah cukup bukti kalau dia berbuat curang.
Mana mungkin mantan murid sekolahan itu bisa dapat nilai sempurna. Jika dia bisa, berarti para murid di sini sudah menyia-nyiakan waktu belajar mereka selama ini.
"Itu salah murid-murid sendiri, pengajarannya lah yang bermasalah." Gumam Chu Xia
"Kau bilang apa?"
"Kubilang, aku tidak berbuat curang!"
Guru Ma tidak mau dengar alasan apapun. Pokoknya Chu Xia akan dihukum, jika dia tidak terima maka dia akan dikeluarkan. Chu Xia langsung menggebrak meja dengan penuh amarah dan menuntut ujian ulang.
"Dibawah pengawasan semua orang, akan kutunjukkan bagaimana aku mendapatkan nilai sempurna."
"Apa kau yakin?"
"Bukankah anda selalu ingin menendangku keluar dari sekolah ini, aku memberi anda alasan untuk melakukannya."
"An Chu Xia, aku mulai mengagumimu. Akan kuatur ujian ulangnya."
Para murid langsung kasak-kusuk menggosipkannya. Gosip itu pun dengan cepat menyebar ke semua murid dengan berbagai macam bumbu penyedap.
Sampai ada yang bergosip kalau masalah ini membuat posisi Chu Xia sebagai gundiknya keluarga Han berada di ujung tanduk.
Si cowok penggosip malah berkata kalau Chu Xia dan Qi Lu sudah berakhir sekarang berkat Guru Ma yang berniat menendang Chu Xia dari sekolah ini melalui ujian ulang.
Chu Xia akhirnya ujian ulang sendirian dengan pengawasan ketat Guru Ma dan seorang guru lainnya, dan sepertinya mereka benar-benar memberikan soal ujian yang sangat sulit. Guru Ma langsung tersenyum licik saat melihat Chu Xia tampak kesulitan.
Sementara teman-teman Chu Xia menunggu di kelas sambil bergosip. Apa Chu Xia beneran mencontek?
Tapi sepertinya tidak mungkin, tetap saja akan ada kesalahan jika mencontek, sementara Chu Xia dapat nilai sempurna. Lagipula dia mau mencontek siapa di kelas mereka ini. Sepertinya Guru Ma memang sengaja menargetnya.
Xiao Nan meyakinkan teman-temannya bahwa Chu Xia itu orang yang berbakat dalam multitasking dan belajar. Jian Ren merasa kalau Chu Xia itu memang sempurna makanya banyak orang yang menyukainya.
"Tentu saja. Chu Xia-ku sangat hebat dalam segalanya... kecuali menyanyi dan olahraga."
Tapi saat Guru Ma dan guru-guru lainnya selesai menilai hasil ujian Chu Xia, mereka malah mengernyit galau dan berdebat sendiri.
Beberapa guru merasa cara Chu Xia dalam menyelesaikan soal ini benar walaupun nyeleneh dari apa yang mereka ajarkan selama ini.
Tapi seorang guru lainnya tak setuju dengan cara Chu Xia menjawab soalnya. Guru Ma sampai bingung sendiri harus bagaimana. Tak tahan lagi mendengarkan perdebatan rekan-rekannya, Guru Ma memutuskan untuk menilainya sendiri.
Dia lalu kembali ke kelas tak lama kemudian untuk mengumumkan hasilnya, bahwa Chu Xia salah menjawab satu soal. Belum sempat dia mengatakan keputusannya, Xiao Nan menyela dan membela Chu Xia.
"Dia hanya salah menjawab satu soal dibawah pengawasan anda, dia sudah membuktikan kemampuannya! Dia tidak berbuat curang!"
Semua orang langsung kompak membela Chu Xia. Chua Xia bangkit untuk menuntut soal yang mana yang salah. Guru Ma berkata kalau dia salah di bagian international finance, dia salah dalam langkah-langkah penyelesaian masalahnya.
Chu Xia tidak terima dan langsung nyerocos panjang lebar yang intinya dia hanya menggunakan cara yang lebih simple dan tetap mendapatkan jawaban yang benar. Teman-teman Chu Xia kontan bertepuk tangan kagum padanya.
Guru Ma kesal menggebrak meja untuk mendiamkan mereka dan ngomel-ngomel mengkritiki nilai-nilai mereka sendiri.
Chu Xia mengklaim kalau mereka semua juga bisa ujian dengan baik, karena sebenarnya masalahnya bukan pada murid-murid tapi pada cara pengajaran Guru Ma.
"Kau mau taruhan lagi?" tantang Guru Ma.
"Jika kelas kita jadi juara satu se-daerah dalam kompetisi matematika, maka anda harus membungkuk dan meminta maaf pada setiap murid di kelas ini."
"Bagaimana jika tidak?"
"Maka anda boleh melakukan apapun yang anda inginkan, silahkan hukum saya sesuka anda."
"Kau menilai kemampuanmu terlalu tinggi."
"Beri saya waktu 15 hari, saya pasti akan jadi juara satu."
"Baiklah, kalau begitu ketua kelas B adalah kau. Semoga kau berhasil. Aku sebenarnya tidak begitu menantimu untuk gagal."
Chu Xia nyengir sinis, "Aku tidak akan mengecewakan anda."
Begitu Guru Ma pergi, teman-teman Chu Xia kontan protes, tak yakin kalau mereka bisa. Chu Xia langsung maju kedepan dan membentak mereka semua untuk diam, lalu memerintahkan Xiao Nan untuk mendengarkan perintahnya selama 15 hari kedepan dan menyuruhnya untuk mengcopy catatannya dan membagikannya ke teman-teman kelas mereka.
Cia Xia dan Ming Yue dia perintahkan untuk membagi-bagikan soal-soal latihan, dan Jian Ren dia perintahkan untuk belajar saja dan berusahalah untuk mendapatkan setidaknya 80 poin.
Hasil tesnya memang penting , tapi yang paling penting adalah melalui tes ini, mereka bisa menaikkan nilai mereka. Jadi bekerja keraslah, semangat! Tapi tak ada seorangpun yang semangat.
Siswi kelas A dan B bergabung dalam kelas table manner. Saat melihat Chu Xia salah memegang pisaunya, Xin Wei langsung sinis menyindirnya. Bebek jelek tidak akan pernah bisa berubah jadi angsa putih seperti dalam kisah dongeng.
"Bukankah angsa juga dipanggang dan dimakan? Apa bedanya dengan bebek panggang? Masih lebih baik menjadi manusia. Mo Xin Wei, berhentilah berpikir tentang belalang dan angsa. Kau harus belajar untuk menjadi orang yang benar." Balas Xiao Nan.
Apa Xin Wei pikir tidak ada yang tahu kalau dialah yang membuat Chu Xia lari mengelilingi lapangan dan meninggalkannya di tengah hujan deras?
Wan Zi santai, memangnya kenapa kalau ada yang tahu, apa Xiao Nan mau balas dendam.
Xiao Nan sinis menyangkalnya, mana berani dia melawan nona-nona kaya. Tapi ada yang berani, jangan pernah lupa dengan ucapan Qi Lu. Wan Zi kesal, apa Xiao Nan mengancam mereka?
Mereka berdua terus berdebat sampai Xin Wei akhirnya maju mengancam Xiao Nan. Xiao Nan kontan terdiam tak berani melawannya. Perdebatan mereka akhirnya didengar bu guru, ada apa? Cemas dengan ancaman Xin Wei tadi, Xiao Nan menyangkal ada masalah.
"Aku tidak takut padamu," bisik Xin Wei. Dia punya Chu Xia, dia pasti akan jadi juara pertama dalam beauty contest nanti. Xin Wei sinis menerima tantangannya, dia sangat menantikan '
seseorang' tergelincir dan jadi hiburan untuk semua orang.
Mereka terus saja sindir-sindiran sampai akhirnya Chu Xia mendiamkan Xiao Nan dan mengingatkannya kalau yang paling penting sekarang adalah persiapan ujian, abaikan saja mereka.
Bersdambung ke episode 18
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam