Sinopsis Memory Lost Episode 9 - 1

Sinopsis Memory Lost Episode 9 - 1


Cold Face dan Lao Dao naik ke atas tangki dan memperkirakan bahwa di situlah si penembak beraksi, dia juga menemukan selongsong peluru.

Tapi melihat dari betapa bersihnya area itu dibanding yang lain, Cold Face yakin kalau si pembunuh sudah menghilangkan semua jejaknya, termasuk menghapus bekas keringatnya.


Xiao Zhuan menduga mungkin pelaku sengaja meninggalkanmnya di situ. Han Chen mengamati area itu lalu mulai menggambar garis-garis. Jin Xi melihatnya dan langsung nyinyir, dia menggambar apaan? Xiao Zhuan langsung paham kalau Han Chen sedang menggambar peta.

"Peta? Ini namanya peta?"

"Jelas kau tidak bisa membaca peta karena kau buta arah."

"Please deh, kakak! Gambarmu itu terlalu abstrak. Tanya saja sama yang lain apakah mereka bisa membacanya. Aku yakin takkan ada seorangpun yang bisa membacanya."

Tapi saat Han Chen melemparkan catatan itu ke Lao Dao dan Cold Face, mereka bisa langsung memahaminya. Ini rute pelarian. Jin Xi tak percaya mendengarnya, mereka bisa memahami gambar aneh itu?

"Semua orang bisa membacanya... kecuali kau."


Han Chen lalu menyuruh Lao Dao untuk mengikuti rute sesuai yang dia gambar itu. Lao Dao pun berlarian mengikuti petunjuk arah hingga dia turun di tempat yang agak berdebu dan di sanalah dia menemukan bekas telapak tangan, pastinya si pembunuh memang lewat di situ dan tangannya sempat menyentuh lantai saat dia turun.


Masih belum mau kalah, Jin Xi tanya atas dasar apa Han Chen menggambar rute pelarian itu? Han Chen menolak menjelaskannya, susah menjelaskan pada orang yang buta arah.

Xiao Zhuan langsung nyerocos. Dia mengerti, sekarang yang mereka butuhkan adalah waktu si penjahat melakukan kejahatannya. Lalu mereka bisa memperkirakan waktu si penjahat melarikan diri.

Lalu mereka bisa mengecek rekaman CCTV di persimpangan jalan pada sekitaran waktu kejadian. Dari situ, mereka bisa mengetahui bagaimana si pembunuh kabur. Dengan begitu, mereka bisa mempersempit jangkauan.

"Bicara dengan orang yang punya insting bagus soal arah jalan itu lebih enak." komentar Han Chen.


Jin Xi langsung cemberut mendengarnya. Tapi saat memperhatikan bekas tangan itu, Jin Xi ragu kalau itu bekas tangan. Cold Face tadi bilang kalau si pembunuh menghilangkan semua jejaknya.

Dia yakin kalau si pembunuh pakai sarung tangan agar tidak meninggalkan sidik jarinya. Karena dia memakai sarung tangan, tentunya sulit memperkirakan gender, usia ataupun tbuh si pembunuh. Han Chen yakin pasti ada bekas jejak tangan yang lain dan menyuruh Lao Dao untuk mencarinya.


Dia juga menyuruh Jin Xi untuk bersiap, Jin Xi yang harus berlari selanjutnya karena si pembunuh mungkin saja wanita. Lagipula hanya Jin Xi yang paling ahli dibandingkan polwan lainnya.

"Tidak masalah kalau kau buta arah karena aku akan menggenggam tanganmu dan berlari bersamamu."

 

Han Chen langsung menggenggam tangan Jin Xi saat itu juga lalu membawa Jin Xi berlari bersamanya. Mereka lalu menuruni tangga. Tapi alih-alih menuruni tangga dengan berlari, Han Chen tiba-tiba mengejutkan Jin Xi dengan menuruni tangga dengan cara melompat dan melayang-layang sepanjang tangga. (Keren!)


Tapi pemandangan belakang punggung Han Chen mendadak membuat Jin Xi teringat akan mimpinya tentang seorang pria misterius yang membawanya lari. Jin Xi langsung gemetaran hebat sampai tidak sanggup bergerak. "Siapa kau?!"


Han Chen sudah tiba di bawah, tapi saat menyadari Jin Xi tak segera mengikutinya, dia langsung naik lagi dan mendapati Jin Xi menangis. Han Chen akhirnya duduk di sampingnya dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Jin Xi.

"Kau kenapa?"

Jin Xi refleks menggenggam tangan Han Chen dan berpaling menatapnya. Tapi sedetik kemudian, dia tersadar dan berusaha menahan emosinya. "Aku tidak apa-apa, cuma merasa agak tak enak. Aku takut. Sebaiknya kau minta bantuan polisi lain."


Dia mau berdiri, tapi Han Chen mencegahnya. "Ada apa sebenarnya denganmu?"

"Tidak apa-apa. Kau kan tahu kalau aku takut ketinggian."

Baru ingat, Han Chen akhirnya menarik tangannya dan meminta maaf. Sekarang sudah tidak apa-apa, Jin Xi tidak perlu melompat.

Dia mengulurkan tangannya untuk membantu Jin Xi bangun dan mengajaknya turun tangga bersama. Tapi Jin Xi menolaknya dan turun sendiri.


Di bawah, mereka mendapati para wartawan masih heboh di luar TKP. Karena kasus ini mendapat perhatian media, Han Chen meminta anak-anak buahnya untuk bekerja keras dalam kasus ini.

Jin Xi terus menunduk diam sepanjang perjalanan, Lao Dao bahkan melihat mata Jin Xi merah, apa dia habis nangis?

Han Chen langsung cemas memperhatikan Jin Xi dari spion. Xiao Zhuan yang pengertian, langsung memberikan lolipop jeruk kesukaan Jin Xi tanpa tanya-tanya apapun.


Mereka lalu pergi ke rumah korban pertama, Tun Zheng. Jin Xi dan Xiao Zhuan ditugaskan menginterogasi pihak keluarga, sementara yang lain pergi ke atap gedung sebelah.

Jin Xi tanya apakah mereka pernah melakukan sesuatu yang membuat seseorang jadi dendam pada mereka. Istri korban menyangkalnya, dia dan mendiang suaminya cuma orang biasa.

Mereka bahkan bukan orang kaya dan sering berpindah tempat tinggal. Jadi mana mungkin mereka membuat masalah dengan orang lain. Suaminya ditembak dalam perjalanannya berangkat kerja.

Jin Xi tanya apakah korban memiliki anggota keluarga selain istri dan anak. Nyonya Zheng mengiyakannya, suaminya punya seorang adik yang tinggal di Shanghai yang rencananya akan datang besok.


"Anda bilang tadi suami anda ditembak saat berangkat kerja. Apa anda tahu tempat kerjanya?"

"Perusahaan iklan Xin Long. Baru-baru ini, perusahaannya menangani fashion show atau semacamnya. Dia harus selalu berangkat lebih pagi dan pulang larut. Bu polisi, kumohon bantu aku menemukan pembunuh suamiku agar ia bisa beristirahat dalam damai!"

Nyonya Zheng begitu histeris sampai beberapa bibi tetangga harus menyeretnya kembali ke kamar. Salah satu bibi heran, apakah korban terlibat dengan gangster sampai dibunuh dengan senjata api semacam itu?


Jin Xi tentu saja belum bisa memberinya jawaban pasti. Tapi apa Bibi tinggal dekat sini. Bibi mengiyakannya. Dia dan Ibunya Tuan Zheng bertetangga selama lebih dari 10 tahun. Dia melihat Tuan Zheng tumbuh besar sejak kecil.

Klau begitu, Bibi pasti tahu banyak hal tentang Tuan Zheng. Dia orang seperti apa biasanya? Apa dia orang yang gampang bermusuhan dengan orang lain?

Bibi menyangkalnya, Tuan Zheng itu pengecut. Dia tidak berani macam-macam dengan siapapun yang lebih kuat darinya. Mana mungkin pengecut seperti dia punya musuh.


Tapi... Tuan Zheng dan adiknya kadang bertengkar dan hubungan mereka juga kurang baik. Kadang mereka bertengkar masalah rumah dan ibu mereka. Kedua orang itu kehilangan ayah mereka sejak mereka kecil, ibu mereka membesarkan mereka seorang diri.

Mereka anak-anak yang baik. Yang bungsu sering bekerja di luar, karena itulah ibu mereka tinggal dengan yang sulung. Tapi setelah Tuan Zheng menikah, sifatnya mulai berubah dan mereka sering bertengkar tentang rumah.

Ibu mereka sendiri sudah meninggal sebulan yang lalu. Dia membesarkan kedua putranya dengan susah payah, tapi apa yang dia dapat? Tak ada apapun yang bisa dilakukannya setelah dia menua.

Dia jatuh dari tangga di depan rumahnya dan meninggal. Si bungsu selalu bilang ingin membawa ibunya ke Shanghai karena kakaknya dan kakak iparnya tidak menjaga ibu mereka dengan baik.


Kembali ke kantor polisi, Tim Black Shield mereview penemuan mereka akan kedua kasus. Kedua korban tidak ada hubungan dengan satu sama lain. Akan tetapi, Tuan Zheng dibunuh dalam perjalanannya ke tempat kerja dan kantornya adalah perusahaan Xin Long yang merupakan tempat acara peluncuran parfum di mana korban kedua terbunuh.

Mereka juga punya satu persamaan lain, mereka kehilangan orang yang mereka cintai. Tuan Zheng kehilangan ibunya dan Tuan Chen kehilangan pacarnya.

Dari hasil menyelidikan Xiao Zhuan, Ibu Tuan Zheng dan Pacarnya Tuan Chen sama-sama mati mendadak. Pacarnya Tuan Chen meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara Ibunya Tuan Zheng terjatuh dari tangga dan meninggal karena pendarahan otak.

"Apa mungkin kematian mereka, ada hubungannya dengan kedua korban?"

 

Menurut Lao Dao, teori itu terlalu rumit. Si pembunuh berinisial T itu mungkin membunuh kedua korban berdasarkan seleranya saja. Sama seperti para pembunuh psiko lainnya.

"Pembunuh tetaplah pembunuh, kecuali beberapa faktor bawaan lahir. Yang paling penting adalah mereka memiliki hsrat yag mendorong mereka untuk melakukan kejahatan."

Penjahat biasanya merasa berkuasa dan berada di tingkat atas rantai makanan dan memandang rendah orang lain.

Jin Xi lalu membayangkan dirinya jadi si pembunuh. Pekerjaannya adalah membunuh dan dia suka perasaan saat menarget korbannya. Di matanya, orang-orang biasa adalah binatang dan dia adalah pemburu.

"Saat aku berjalan di keramaian, aku tidak pernah bisa merasakan keberadaan diriku."


Lao Dao merasa apa yang dilakukan Jin Xi dengan membayangkan dirinya jadi pembunuh itu bagus. Tapi pastinya tidak semua pembunuh punya perasaan seperti yang Jin Xi katakan itu. Dan apa maksudnya tidak bisa merasakan keberadaan dirinya itu?

"Jangan lupa orang seperti apa yang kita hadapi ini. Dia itu pembunuh profesional yang punya mental gila. Orang ini sudah cukup lama tidak merasakan tekanan psikologis. Pasti ada sesuatu yang memicunya. Tapi kejadian ini hanya dampak eksternal. Faktor permanennya ada di dalam dirinya."

Lao Dao heran, Jin Xi tampaknya bersemangat sekali setiap kali dia menyebut-nyebut pembunuh dan orang gila. Jin Xi membela diri, itu karena mereka semua tidak tahu apa-apa.

"Menganalisa perasaan orang sinting itu adalah kebahagiaan terbesar dalam psikologi kriminal. Perilaku mereka di mata kami itu sangat gampang."


Han Chen langsung mengorek kupingnya dengan malas. Kesal, Jin Xi langsung menyindir 'seseorang' yang tak pernah mempercayai psikologi kriminal, makanya orang itu tidak bisa merasakan kebahagiaan yang dia rasakan.

Han Chen santai menyuruhnya terus bicara. Jin Xi pun kembali membayangkan dirinya sebagai pembunuh. Dia akan menyamar jadi orang normal dan menjalani hidup normal seperti orang lain.


Akan tetapi, semua penyamarannya ini akan dia singkirkan dan dia akan berubah penampilan seperti layaknya pembunuh. Begitu misi selesai, dia akan merasakan kepuasaan dan kebahagiaan. Tapi kemudian, hanya ada kekosongan yang tersisa.

Dia terus nyerocos panjang tentang menganalisa perasaan batin si pembunuh padahal para pria sudah hampir terkantuk-kantuk mendengarnya.

Baru beberapa saat kemudian dia menyadari wajah-wajah mereka. Kesal, Jin Xi langsung menyudahi bicaranya.


Para pria asal saja bertepuk tangan dan Han Chen menyuruh mereka tanya-tanya kalau ada yang perlu ditanyakan. Lao Dao tanya, apa alasan pembunuh membunuh para korban? Jin Xi belum terlalu yakin, tapi dia punya dugaan.

Karena kedua korban sama-sama kehilangan orang yang mereka cintai, mungkin si pembunuh mengira kalau mereka tidak menjaga orang-orang yang mereka cintai.

Si pembunuh mungkin merasa kalau orang-orang semacam itu, tidak pantas hidup di dunia ini. Kemungkinan lain, si pembunuh mungkin menganggap dirinya adalah pembersih masyarakat yang tugasnya membuang orang-orang yang tidak berguna. Dia merasa kalau dirinya adalah pemburu yang punya kontrol terhadap nasib seseorang.

"Berburu bisa memberinya kesenangan luar biasa."


Yang lain asal saja mengutuki si pembunuh itu dan Han Chen buru-buru menyudahi acara analisa psikologi kriminal tak berdasar itu. Menurutnya, si pembunuh membunuh hanya karena dia ingin membunuh kedua korban di siang hari saja.

Apa alasan kenapa si pembunuh sengaja membersihkan TKP? Seperti yang dikatakan Cold Face, dia menghapus keringatnya agar mereka tak bisa mendapatkan DNA-nya.

Xiao Zhuan juga merasa Han Chen benar. Jika si pembunuh membunuh asal-asalan, maka dia bisa saja membunuh sembarang orang yang lewat, apalagi saat itu ada banyak orang.

"Ada satu masalah lagi di TKP. Selongsong peluru itu."

"Yah, yah. Bagaimana bisa pembunuh profesional seperti itu meninggalkan selongsong peluru di TKP?" Nyinyir Jin Xi.


Cold Face berkata bahwa senapan seperti itu, biasanya selongsongnya tidak akan keluar saat menembak. Meninggalkan selongsong di TKP akan memudahkan polisi untuk menginvestigasi teknik menembaknya sekaligus catatan kriminalnya terkait senjata api. Pastinya itu akan sangat merugikan bagi si pelaku.

 

Seorang pembunuh profesional tidak seharusnya membuat kesalahan dasar seperti ini. Karena itulah, dia pasti melakukannya dengan sengaja. Dia tidak takut polisi akan menemukannya.

Tapi ini juga bertolak belakang dengan perbuatannya yang lain. Dia menghapus keringatnya agar mereka tidak bisa menemukan DNA-nya.

Jin Xi menyimpulkan, "Dia tidak peduli jika kita menangkapnya tidak. Hanya saja, dia tidak mau ditangkap dengan cepat."

Han Chen setuju, "Dia tidak asal membunuh korbannya hanya demi dendam sosial. Dia pasti punya rencana lain. Dia mungkin akan melakukannya beberapa hari lagi."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments