Sinopsis Kleun Cheewit Episode 4 - 2

Sinopsis Kleun Cheewit Episode 4 - 2


Usai foto-foto, Jate membuka campagne dan mereka pun makan malam sambil bercanda tawa. Apalagi Jane yang getol banget menggodai kakaknya.

Usai makan, Jate menunjukkan keahliannya bermain gitar dan Jee bernyanyi bersamanya. Dao begitu terpesona pada Jate... Sayangnya, tatapan Jate hanya tertuju pada Jee seorang.


Di tempat lain, Piak mulai kesal karena Chaiyan tak kunjung pulang. Saking kesalnya, dia sampai tak sengaja menyenggol gelas sampai pecah. Dia langsung menelepon Chaiyan untuk menanyakan keberadaannya.

Chaiyan masih sibuk mengedit lakorn-nya saat Piak mendadak datang dengan membawakan makanan untuknya. Chaiyan males banget sama dia, tapi Piak terus saja nyerocos riang dan memaksa Chaiyan untuk makan.

Chaiyan kesal dibuatnya. Dia kan sudah bilang, dia tidak lapar, dia masih kenyang. Tapi Piak masa bodo dan terus saja memaksanya untuk makan dan minum kopi yang dibawanya.


Gregetan, Chaiyan langsung melahap sandwich dan kopi itu secepat mungkin biar cepat habis dan supaya Piak berhenti merecokinya terus.

Selesai makan, Chaiyan berusaha mengusirnya. Tapi Piak tidak mau pergi dan ngotot ingin menemani Chaiyan. Dia bahkan langsung tiduran di sofa, sementara Chaiyan cuma bisa menahan kesal.


Kembali ke hotel, Jee mendapati Dao sedang berbaring menatap bintang sambil senyam-senyum. "Aku tidak menyangka kalau bintang bisa membuat Dao (Dao artinya bintang) tersenyum selebar ini." Goda Jee

"Karena langitnya sangat indah. Siapapun yang melihatnya, pasti akan tersenyum Jee."

"Oh. Sangat cute, yah?"

Dao setuju, sekumpulan bintang-bintang kecil itu memang sangat cute. Tapi yang Jee maksud bukan bintang, melainkan Jate. Dia cute, kan? Dao langsung canggung mendengarnya. Ya, dia cute kayak adiknya.

"Apa kau sudah lama kenal Khun Jate?"

"Aku mengajar di sekolahnya Ibunya Khun Jate."


Oh begitu , lalu bagaimana kalian bertemu? Tanya Jee. Tapi Dao langsung menghindari pertanyaan itu dengan alasan sudah ngantuk.

"Eh, tunggu. Kau bilang bintangnya indah."

"Bintangnya memang indah. Tapi kurang bisa dipercaya. Kau sendiri kan yang bilang bahwa yang terlihat terlalu baik dan tenang itu biasanya menyembunyikan sesuatu."

"Yang kumaksud itu hidupku dan bukannya langit."

"Sama saja. Aku pergi."

"Oh, tidak! Tidak! Tunggu! Makanya kita harus memandang langit, siapa tahu besok ada badai dan tidak bisa melihat bintang. Lihat, tuh. Cute banget."


Di villanya, Jate sedang mesam-mesem bahagia memandangi fotonya bersama Jee. Hmm... udah jatuh cintrong nih. 


Pagi-pagi, Jane mendapat telepon dari nomor asing yang ternyata Thit. Dia mengaku sudah melihat resumenya Jane, lalu apa Jane masih tertarik untuk bergabung ke dalam firma hukumnya?

"Ya. Ya. Saya tertarik!" Kata Jane antusias

Tapi Thit punya satu aturan, Jane tidak boleh menciprat cola pada siapapun. Jane sontak malu mendengarnya, tapi dengan antusias dia berjanji tidak akan pernah membuka dan menciprat cola di hadapan Thit lagi.

"Oke. Kalau begitu, apa kau ada waktu sore nanti? Datanglah untuk mendiskusikan detilnya dia firma hukumku."

"Baik."


Jane bengong saking tak percayanya. Jate sampai heran, ada apa dengannya?

"Itu... P'Sathit bilang kalau... dia bilang... dia... bilang..."

"Berhenti. Telepon saja aku kalau kau sudah bisa bicara. Oke? Aku pergi."

"Anu... P'Sathit menyuruhku menemuinya hari ini. Mungkin aku bisa bekerja bersamanya, P'Jate!!!"

Jane sontak menggelandot ke punggung Jate saking senangnya, akhirnya dia bisa menjadi pengacara.


Ayah baru pulang saat Piak baru mau pergi. Ayah sudah mau mengomeli Piak gara-gara apa yang dilakukannya pada Jee, tapi Piak mencegahnya dengan cepat. Dia sudah sadar kok kalau dia salah, makanya dia sedang berusaha untuk berubah.

Dia sudah berusaha melakukan segalanya demi berubah. Dia bahkan menunggui Chaiyan selesai mengedit sampai jam 4 subuh tanpa mengeluh sama sekali.

"Kasihan sekali." Gumam Ayah prihatin.

Piak langsung senang mendengarnya, kepedean mengira ayahnya prihatin padanya. Tapi Ayah mengoreksi, dia tidak kasihan pada Piak. Ayah kasihan pada Chaiyan yang harus bertahan kurang tidur demi mendisiplinkan Piak.

Piak tidak terima. Seharusnya Ayah mendukungnya dong, dia kan putri Ayah. Tapi Ayah menolak, kenapa juga dia harus mendukung orang yang salah.

"Baiklah. Pokoknya aku sudah berusaha. Jika Chaiyan bukan batu, maka dia pasti akan melunak."


Chaiyan yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka dari atas tangga, langsung menyela mereka. Kalau Piak sungguh-sungguh menyesal seperti apa yang kau katakan pada Ayah, maka dia harus minta maaf pada satu orang lagi.

 

Jee lagi syuting adegan melo. Ceritanya dia lagi marah sama cowoknya dan cowoknya berusaha memohon maaf berkali-kali sambil terus berusaha meyakinkan Jee akan cintanya yang begitu besar pada Jee. Jee menangis mendengarnya, tapi dengan tegas dia memutuskan untuk mengakhiri cinta mereka.

Semua orang begitu larut menyaksikan aktingnya Jee yang keren, dan hanya Piak seorang yang tampak kesal dan males banget melihat semua itu.


Begitu syuting selesai, Chaiyan langsung menyuruh Piak untuk melakukan apa yang harus dilakukannya (minta maaf pada Jee). Tapi Piak malah kesal dan langsung pergi ke toilet. Jee heran, Chaiyan menyuruh Piak melakukan apa?

Piak galau. Harga dirinya terlalu tinggi untuk meminta maaf pada Jee. Tapi dia juga harus menunjukkan ke Chaiyan kalau perbuatannya bukan cuma karena amarah. Dengan kesal dia mempraktekkan permintaan maafnya... tepat saat Jee masuk.


"Kau tidak perlu meminta maaf padaku seperti yang perintah P'Chaiyan. Karena sudah berlalu, maka biarkan saja berlalu."

Alih-alih mengucap maaf, Piak malah cari perkara lagi dengan menyindir Jee. "Jangan pura-pura jadi orang baik. Cuma begini saja dan Chaiyan langsung memujamu!"

Tidak terima, Jee sontak menyudutkan Piak sambil menegaskan kalau dia hanya berakting di depan kamera.

"Di belakang kamera, apapun yang kulakukan, kupikirkan dan kukatakan... semuanya datang dari hatiku. Apa aku marah saat kau menyuruh seseorang menamparku? Aku sangat marah. Karena jika aku tidak salah, maka aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitiku secara cuma-cuma dan mengkompensasi dengan permintaan maaf saja itu tidak cukup, karena aku harus menampar balik!"


Jee hampir saja melakukan sesuatu pada Piak, tapi dengan cepat dia mundur. Dia mengalah karena dia mengerti perasaan Piak. Tapi dia menegaskan bahwa tidak ada hubungan apapun antara dirinya dan Chaiyan.

"Setelah lakorn ini selesai, aku dan P'Chaiyan tidak punya alasan lagi untuk saling bertemu lagi. Jadi kau bisa tenang. Oke?"

"Dan bagaimana aku bisa mempercayaimu?"

"Kau tidak perlu mempercayaiku, karena orang yang seharusnya kau percayai adalah P'Chaiyan. Dia seperti ini bukan karena dia marah demi aku, tapi karena dia terluka gara-gara kau tidak mempercayainya."

Berusaha menelan harga dirinya, Piak akhirnya mengucap permintaan maafnya. Kali ini dia salah, jadi dia minta maaf. Tapi dia memperingatkan, jika lain kali dia tidak salah, jangan harap Jee akan mendengar maaf darinya.


Saat Thit kembali kantor, Jane sudah ada di sana menunggunya sambil ngobrol akrab dengan para pekerja cowok. Selama menunggu Thit, Jane sudah kenalan dengan semua orang di sana.

Thit lalu memberinya sebuah dokumen sebuah kasus dan menyuruh Jane mempelajarinya. Minggu depan mereka akan bicara dengan saksi, dan dia ingin Jane ikut.

"Apa ini artinya kau sudah mempekerjakanku."

"Aku sudah memperkenalkanmu pada semua orang di kantor, jadi tentu saja kau sudah diterima. Atau kau berubah pikiran?" Tanya Thit sambil makan sandwich-nya.

"Tentu saja tidak. P'Thit, kau ingin aku mempelajari kasus ini, kan? Oke!"


Dia mau pergi, tapi Thit mendadak tersedak dan minta diambilkan air. Jane langsung panik bergegas mengambil satu-satunya minuman yang ada di kulkas... cola.

Jane bergegas kembali sambil mengocok-ngocok kalengnya tanpa sadar. Parahnya lagi, mendadak dia tersandung dan tak sengaja membuat kalengnya bergulingan ke lantai.

Tanpa pikir panjang, dia langsung membuka kaleng itu tepat di depan muka Thit yang jelas saja langsung muncrat ke wajah Thit. Wkwkwk.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

5 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam