Jate sedang sibuk memperbaiki lampu villa keluarga mereka yang berada di tepi pantai, Jane datang tak lama kemudian dengan membawakan sekotak peralatan tukang sambil heboh jejeritan mengumumkan kedatangannya.
"Aku meminjam peralatan dan gergaji ini dari penjaga rumah! Siap dibuat untuk memotong mayat!"
"Kau bilang apa, Jane? Kau gila apa? Kalau ada orang dengar, mereka bisa salah paham."
"Hei! Apa yang kau takutkan? Adikmu ini seorang pengacara. Aku bisa menolong diriku sendiri. Silahkan kau membunuh orang, P'Jate."
"Dan jika aku ditangkap beneran, kaulah orang pertama yang akan kupotong-potong!"
Ditulis oleh Imma Support penulis dengan membaca sinopsis ini hanya di retellingdrama.blogspot.com
Iya, deh. Jane akan berhenti bercanda. Tapi kemudian dia nyerocos panjang lebar menyuruh Jate untuk memperbaiki pagar, meja, kursi, cuci kulkas, pangkas tumbuhan dan perbaiki sepeda juga... kalau dia sudah selesai memperbaiki lampunya.
Jate jelas kesal diperintah-perintah terus. Jane membela diri. Dia memerintah Jate kan karena ibu mereka yang menyuruh Jate untuk memperbaiki segala sesuatu di villa ini.
"Kalau ibu menyuruhku melakukan semua ini, lalu kau disuruh apa sama ibu?"
"Pergi ke pasar dan belanja."
"Jadi malam ini, kita akan makan masakanmu?"
"Nggak. Aku yang belanja, kau yang masak. Aku kan sudah menyuruhmu untuk mengundang P'Dao, tapi kau malah tidak melakukannya. Jadi bagaimana? Sekarang kau melewatkan masakan P'Dao."
Loh, sekarang kan weekend. Percuma juga mengundang Dao, dia pasti sedang bersama keluarganya sekarang. Jane nggak mau tahu, pokoknya ini salah Jate sendiri.
Pada saat yang bersamaan, Jee dan Dao mampir ke pasar dan jelas saja seluruh pasar langsung heboh mengerubungi Jee, minta foto bareng, memberinya kalung bunga, bahkan memberikan berbagai macam makanan gratis untuk Jee sampai tangannya hampir tak muat untuk membawa semua barang-barang itu.
Jane tiba di pasar yang sama. Dia mau membeli sesuatu, tapi penjualnya malah tak ada di kiosnya.
Saat dia menanyakannya ke penjual sebelah, bibi penjual memberitahunya kalau si penjual itu sedang pergi minta foto sama Jeerawat di depan.
Mendengar itu, Jane langsung antusias mencari-cari keberadaan Jee, tapi Jee tidak tampak di mana-mana. Salah satu penjual malah bilang kalau Jee sudah pergi barusan.
Jane kecewa. "Aku melewatkan kesempatan foto bareng buat dipamerin ke P'Jate."
Saat Jee dan Dao keluar pasar, mereka memasukkan satu bagasi penuh barang. Tapi berhubung orang-orang masih menonton mereka, Dao menyuruh Jee untuk cepat masuk mobil.
Tapi Jee malah baru ingat kalau dia belum membeli makanan kesukaan Suki. Dia bisa dikuliti hidup-hidup kalau dia lupa membelikannya. Dia mau masuk pasar lagi untuk membelinya, tapi Dao sigap mencegahnya.
"Aku yang akan membelikannya untukmu. Lihat tuh, pasar bisa kacau lagi nanti. Kau masuk mobil saja. Aku yang akan beli. Cepetan! Aku akan menyewa mobil sendiri nanti. Oke?"
"Ya, Bu Guru!"
Tapi Dao mendadak cemas, apa Jee tahu jalan kembali ke hotel? Waktu jalan ke sini saja dia tersesat.
"Jangan khawatir. Seseorang bilang padaku bahwa jika aku tersesat, maka aku harus melihat bintang utara, maka aku pasti akan menemukan jalan pulang."
Jee pun pergi meninggalkan Dao yang baru ingat kalau sekarang masih siang, bagaimana caranya mencari bintang utara di siang bolong begini? Tapi Jee sudah terlanjur pergi dan tidak mendengarkannya.
Dao masuk kembali ke pasar saat tiba-tiba saja dia tak sengaja bertubrukan dengan Jane. Kedua wanita itu senang bukan main bisa bertemu di sini.
Jee percaya diri kalau dia pasti bisa menemukan jalan kembali karena Suki sudah mengiriminya peta. Tapi mendadak ponselnya mati gara-gara lowbet. Dia baru saja mau men-charge ponselnya saat tiba-tiba ban mobilnya kempes. Aduh, apesnya!
Jee kesal menggerutui kesialannya. "Ban kempes, baterei mati dan aku tidak tahu di mana aku berada sekarang! Apa yang harus kulakukan? Mana sekarang belum gelap lagi, mana ada bintang utara yang bisa menuntunku pulang?"
Di tengah kegalauannya, seseorang mendadak muncul dari belakangnya dan menawarkan bantuan. Saat Jee menoleh, ternyata dia Jate dan Jee mengenalinya sebagai 'Si Bintang Utara'.
Jane bercerita kalau dia tidak sempat melihat Jeerawat tadi. Dia benar-benar sangat amat menyesalinya, padahal dia sudah berusaha berlari sekuat tenaga, tapi tetap saja terlambat.
"Khun Jane, kau tidak bisa melihatnya di sini, tapi kau bisa melihatnya di tempat lain."
"Amin, P'Dao. Kuharap itu akan terjadi. Tapi bagaimana mungkin aku bertemu dengannya?"
Dao mendadak punya ide. Berhubung Jane mengundangnya makan malam bersama, Dao usul bagaimana kalau dia mengundang temannya juga. Tapi dia tidak memberitahu kalau temannya itu Jee. Jane setuju-setuju saja.
Jate membantu memperbaiki ban mobilnya Jee sampai membuat tangan dan wajahnya sendiri kotor. Geli melihat penampilan Jate, Jee membantunya mengelap wajahnya dengan tisu.
Kedekatan mereka tak pelak membuat membuat Jate canggung dan gugup. Tapi tiba-tiba saja dia bersin dan DUK! Menumbuk kepala Jee cukup keras.
Jate kontan panik meminta maaf sambil mengusap dahi Jee dengan tangannya yang kotor yang jelas saja membuat dahi Jee ikutan kotor.
Jadilah mereka merasa tak enak pada satu sama lain. Jee tak enak karena sudah merepotkan Jate dan Jate tak enak karena sudah menumbuk dan mengotori dahi Jee
Tapi daripada ribut sendiri, Jate akhirnya memutuskan untuk mengundang Jee makan malam bersamanya dan adiknya malam ini. Jee bisa membalas jasanya dengan makan bersama mereka.
Saat Jee tampak ragu, Jate bercanda kalau dia mengundang Jee karena dia ingin berbagi dosa bersama seseorang karena membunuh makhluk laut untuk dimakan. Oke deh, Jee setuju.
"Kalau begitu, apa malam ini aku boleh membawa teman untuk berbagi dosa bersama?"
"Tentu saja. Semakin banyak orang untuk berbagi, dosanya akan semakin ringan untuk masing-masing orang."
Jee lalu pamit walaupun dia mengaku tak tahu jalan kembali ke hotel. Tapi tidak masalah. Dia bisa menggunakan map di ponselnya.
Tanpa saling mengetahui kalau mereka akan datang ke acara yang sama, Jee dan Dao galau dan bingung dengan undangan makan malam yang sudah terlanjur mereka terima masing-masing.
Tak lama kemudian, Jane ditelepon Dao perihal masalah ini. Biar tidak bingung, Jane dengan bijak mengusulkan agar Dao dan temannya pergi duluan ke undangan temannya Dao, baru setelah itu mereka bisa datang ke villanya.
"Tidak masalah, P'Dao. Demi kau, P'Jate rela menunggumu sampai selarut apapun. Oke, sampai jumpa."
"Khun Dao akan datang terlambat?" Tanya Jate.
"Apa kau takut P'Dao tidak akan datang?" Goda Jane "Jangan khawatir. P'Dao tidak akan pergi ke mana-mana, dia cuma akan sedikit terlambat. Jangan khawatir."
Chaiyan dan Thit latihan tinju, tapi keduanya saling serang dengan cukup sengit sampai akhirnya keduanya sama-sama KO. Tapi Chaiyan heran kenapa Thit mendadak mengajaknya tinju, apa jangan-jangan gara-gara Piak?
Thit beralasan kalau dia kebetulan lagi libur dan stres, makanya dia mengajak Chaiyan. Chaiyan juga bisa menganggap ini sebagai ajang pelampiasan meninju Piak. Thit menyadari kalau adiknya itu terkadang bodoh, tapi Piak seperti ini karena dia sangat mencintai Chaiyan.
"Aku tahu. Tapi terkadang Piak kelewatan. Menggunakan kekuasaannya untuk menyuruh seseorang menampar Jee itu tidak benar."
"Piak menyuruh orang menampar Jeerawat?"
"Ya. Walaupun Jee tidak salah apa-apa."
"Siapa yang tahu. Terkadang pria tidak melihat apa yang dilihat oleh wanita. Beberapa wanita bersikap baik di hadapan pria, tapi bersikap berbeda di belakangnya. Kau berkecimpung di industri ini cukup lama, seharusnya kau tahu betapa hebatnya seorang aktris dalam memalsukan image."
"Tidak semua orang begitu, terutama Jee."
"Sepertinya kau memihak wanita itu lebih daripada istrimu sendiri."
"Aku yakin jika kau bertemu Jeerawat dalam keadaan normal dan bukannya dalam keadaan buruk seperti ini, kau akan tahu kalau Jeerawat tidak seburuk yang orang-orang kira."
Dan jika Chaiyan membuka hatinya untuk istrinya seperti yang dia lakukan pada orang lain seperti ini, maka Chaiyan akan bisa melihat kalau Piak melakukan semua ini karena cinta dan bukannya karena dia jahat dan sekarang Piak menyadari kalau dia salah.
Seseorang seperti Piak tidak pernah mengalah pada siapapun, tapi dia mengalah pada Chaiyan. Dia bersedia mengubah dirinya demi Chaiyan.
"Jika ini pertama kalinya Piak melakukan kesalahan, dia tidak perlu melakukan apapun agar aku memaafkannya. Aku bisa memaafkannya."
Tapi nyatanya tidak seperti itu. Selama ini Piak mendapatkan segalanya dengan mudah. Dia tidak pernah menghargai apapun. Jadi sekarang saatnya dia mendapatkan segalanya dengan cara sulit.
Di rumah, Piak sudah menyiapkan berbagai hidangan makan malam romantis yang kontan membuatnya teringat akan kenangan saat mereka makan malam romantis dulu.
Bagaimana dulu Chaiyan dengan romantisnya memberinya setangkai mawar lalu mengajaknya berdansa dan memluknya mesra. Tapi sekarang, bahkan setelah beberapa lama menunggu, Chaiyan masih juga belum datang.
Jate dan Jane sibuk menyiapkan acara makan malam mereka. Jane memperhatikan Jate tampak sangat antusias. Apa dia antusias karena Dao atau karena tamunya Jate?
Jate menyangkal, dia tidak antusias kok, dia cuma sedang sibuk menata piring. Jane jelas tak percaya dan langsung gemas menggelitiki Jate. Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Jate pun keluar untuk menyambut tamunya.
Jee memencet bel pintu, sementara Dao mencoba menelepon Jane, tapi tidak diangkat.
Jee baru ingat kalau dia belum mengeluarkan campagne-nya. Sementara Jee mengambil campagne, Jate keluar dan langsung menubruk Dao.
Sontak keduanya kaget melihat satu sama lain di sini. Jee kembali saat itu juga dan akhirnya mereka semua baru ngeh kalau mereka saling mengenal satu sama lain.
Jee memberitahu Dao kalau Jate ini teman yang mengundangnya makan malam. Jate tak menyangka kalau Jee dan Dao saling mengenal juga.
"Kami bukan cuma sekedar saling mengenal. Dao adalah sahabat terbaik dan terdekatku."
Begitu melihat Jee, Jane langsung heboh jejeritan sampai Jate malu sendiri melihat tingkah lebay adiknya itu.
"Maaf. Aku tidak tahu kalau kondisi mental adikku seburuk ini. Kami sudah berusaha menyembuhkannya, tapi dia tidak mau sembuh."
"Aku nggak gila!" Kesal Jane. "Semua orang yang melihat P'Jee juga pasti akan jejeritan seperti ini, P'Jate!!!"
Cepat-cepat menguasai dirinya, Jane langsung minta foto bareng Jee dan menyuruh Jate untuk jadi fotografernya.
Jate tampak begitu terpesona pada Jee sampai dia tidak segera memotret mereka. Setelah mengambil foto ketiga wanita, mereka lalu foto selfie berempat.
1 Comments
Lanjut y
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam