Suki heboh sendiri di parkiran mall gara-gara Jee yang tidak bisa dihubungi sedari tadi padahal hari ini Jee harus mengisi acara. Tiba-tiba mobilnya Jee melaju kencang ke arahnya. Suki sontak heboh jejeritan. "Kakiku! Kakiku! Kakiku!"
Untung saja Jee berhenti tepat waktu, kakinya Suki selamat deh. Jee mendadak jejeritan kesal gara-gara kejadian tadi. Suki sampai cemas, apa dia baik-baik saja?
Baru sadar kalau orang yang hampir ditabraknya adalah Suki, Jee pun langsung cemas. Apa Suki baik-baik saja?
"Kakiku? Kakiku masih di sini. Tidak apa-apa. Tapi kau kenapa? Kenapa kau teriak-teriak? Apa kau baik-baik saja?"
Jee mengiyakannya, tapi tentu saja Suki tak percaya begitu saja. Kalau tidak ada masalah, terus kenapa wajahnya jutek begitu. Katakan saja kalau ada masalah.
Kesal direcoki terus, Jee sontak membanting pintu mobil dan melempar tatapan tajam ke Suki. Tapi dengan cepat kemarahannya sirna dan sekali lagi dia meyakinkan Suki kalau dia baik-baik saja.
Saat mereka masuk mall, mereka melihat beberapa wartawan sudah menunggu. Suki cepat-cepat mendorong Jee biar tidak sampai ketahuan wartawan, tapi malah papasan sama Pim.
Pim langsung menyapanya dengan nyinyir menyindir Jee. "Kalau kau pindah dari apartemenmu ke Penjara Bangkwang, kasih tahu aku yah. Biar aku tahu di mana harus mengunjungimu."
Kesal dan tidak terima, Jee hampir saja menghajar Pim. Tapi Suki cepat mencegahnya dan untung saja pegawai mall datang saat itu untuk menjemput Jee ke ruang fitting. Suki meyakinkan Jee untuk ganti baju saja, dia sendiri yang akan menangani Pim.
Begitu Jee pergi, Suki langsung mengejar Pim dan nyinyir menasehati Pim untuk cari pekerjaan lain saja setelah event ini selesai, dia dengar kalau Pim sudah tidak jadi presenternya lagi.
"Itu tidak benar!"
Tapi managernya malah berbisik kalau ucapan Suki itu benar. Pfft! Suki tambah heboh nyinyirin Pim. "Asal kalian tahu saja yah, mereka mempekerjakan Jee karena dia lebih cocok sebagai nang'ek modern dan bukannya nang'ek kadaluarsa seperti kau!"
Bukan cuma itu saja, Jee juga terpilih jadi presenter untuk brand produk nomor satu Amerika yang selama ini selalu Pim dambakan.
"Silahkan saja! Puas? Tapi saat dia dipenjara karena membunuh seseorang, kalian semua akan menghilang dalam sekejap mata!" Kesal Pim
Salah satu penulis skenario memberitahu Chaiyan bahwa dia sudah selesai menulis semua adegan yang tanpa Jee, tapi adegan lainnya butuh nang'ek. Apa Jee masih harus istirahat?
"Dia belum siap. Beritahu para penulis untuk menulis adegan tanpa Jee dulu. Jee sangat stres, Keadaan mentalnya masih belum baik."
Tapi Piak mendadak muncul dan memerintahkan penulis untuk memasukkan adegannya Jee sekarang juga. Kesal, Chaiyan mengancam tidak akan mau syuting kalau begitu. Piak nyinyir mendengarnya. Kalau dia bisa mengganti nang'ek-nya, dia juga bisa mengganti sutradaranya.
"Piak! Apa kau tidak bisa memahami kondisi emosionalnya Jee? Bahkan sekalipun kita syuting sekarang, hasilnya tidak akan bagus. Apa kau mau kami syuting ulang?"
"Jeerawat tidak bisa datang untuk syuting lakorn tapi dia bisa menghadiri event?"
"Apa maksudmu?"
Jee menari s**si mempromosikan produk sabun yang kontan mendapat sorak heboh dari para penonton dan fans-nya. Suki benar-benar bangga padanya.
Tapi saat melihat para wartawan yang sudah menunggu, dia menelepon supirnya untuk menyiapkan mobil di parkiran. Mereka akan membawa Jee keluar lewat jalan belakang.
Sayangnya, Pim sudah menduga rencananya Suki itu. Dia langsung mengecek ke parkiran dan begitu melihat mobilnya Jee di sana, dia langsung menelepon managernya dan si manager langsung menyampaikan informasi itu pada para wartawan.
Belum sempat Suki mengeluarkan Jee dari sana, Managernya Pim mendadak muncul bersama para wartawan. Suki langsung panik menyeret Jee ke lift terdekat.
Tapi para wartawan itu mengejar mereka dengan cepat dan langsung menyerbu mereka. Saat Suki mengklaim kalau Jee tidak siap menjawab pertanyaan mereka, para wartawan itu langsung nyinyir. Tidak siap apa takut? Apa dia tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi?
Tidak terima, Jee langsung menghadapi si wartawan itu. Kalau misalnya dia mengetahui ada sebuah kecelakaan dan korban meninggal dunia, bagaimana perasaannya? Apa dia akan merasa sedih? Si wartawan canggung mengiyakannya.
"Aku juga sama sepertimu, lalu apa yang membuatmu berpikir kalau aku tidak merasakan hal yang sama sepertimu?"
"Tapi seseorang bilang kalau kau yang menyetir dan menabarak orang itu, apa itu benar?"
"Siapa yang bilang? Siapa?"
"Err... seorang sumber."
"Sumber apa? Apa aku boleh tahu namanya? Apa si sumber ini melihat dengan mata kepalanya sendiri? Loh, kok diam? Kalau kalian diam, berarti (sumber itu) tidak ada kan. Kalau tidak ada, berarti aku tidak perlu menjawab. Apa ada pertanyaan lain?"
Salah satu wartawan mengaku kalau mereka mendapat informasi dari Pim. Katanya Pim melihat sendiri Jee keluar dari pesta dan menyetir sendiri. Apa itu benar?
"P'Pim yang bilang? Dan aku siapa?"
"Err... Jee."
"Benar sekali. Jadi itu artinya, jika kalian ingin tahu maka kalian harus tanya langsung ke P'Pim karena bukan aku yang mengatakannya. Berita yang kalian dapatkan itu bisa saja dibuat-buat."
"Jadi maksudmu, kau tidak bersalah?" tanya wartawan
"Aku sudah mengatakan apa yang harus kukatakan. Terserah kalian mau menulis benar atau salah. Apa masih ada yang perlu ditanyakan? Tidak ada? Kalau begitu, terima kasih."
Jee dan Suki pun pergi. Pim kesal setengah mati melihat itu. Biarpun lakorn-nya Jee sukses, tapi dia takkan bisa membohongi semua orang.
Chaiyan cs juga menonton berita wawancaranya Jee barusan. Piak nyinyir, si nang'ek itu pintar sekali dalam menjawab pertanyaan. Alih-alih menjawab ya atau tidak, dia malah melempar masalah pada para wartawan biar mereka menulis semau mereka sendiri.
Saat dia berbalik, dia melihat sesuatu yang mencurigakan dalam diri si penulis skenario. Apa semalam dia pulang? Tanya Piak.
Si penulis mengklaim kalau semalam dia ketiduran di kantor karena harus mengecek lokasi syuting sampai larut malam. Tapi Piak tak percaya dan langsung memperlihatkan bekas lipstik yang nempel di kerah baju si staf.
"Sebaik apapun kau memainkan sebuah lakorn, pada akhirnya rasa bersalah akan selalu meninggalkan jejak bukti." Sindir Piak (pada suaminya yang dia kira selingkuh sama Jee).
Dia memang bukan pengacara, dia tidak akan bisa mengetahui rasa bersalahnya Jee. Tapi apa Chaiyan pikir kalau Thit tidak akan bisa? Biarpun semua orang melindungi Jee, tapi karma tidak akan melindungi siapapun.
"Jika seseorang melakukan kejahatan, maka pada akhirnya mereka harus membayar kejahatan mereka."
Piak yakin sekali kalau Jee akan segera masuk penjara. Tapi jangan khawatir kalau itu terjadi saat syuting masih belum selesai, dia bisa mengganti nang'ek-nya setiap saat.
Thit diberitahu Chait bahwa polisi tidak bisa menemukan kedua petugas parkir yang bertugas malam itu karena yang satu mendadak berhenti kerja dan yang satu lagi mendadak pindah.
Thit jelas semakin curiga, kedua petugas parkir itu pasti melihat mobil itu keluar dari hotel semalam. Mereka harus mendapatkan salah satu saksi itu. Oke, Chait akan mencoba menghubungi petugas perbatasan, siapa tahu kedua saksi itu berusaha melarikan diri ke luar negeri.
Tepat saat itu bel pintunya berbunyi, Chaiyan yang datang. Thit langsung sinis menyindir Chaiyan yang malam itu datang bersama Jee alih-alih bersama istrinya. Mengacuhkan sindirannya, Chaiyan mengaku datang untuk membicarakan masalah Jee.
"Sejak kau menikah dengan Piak, aku tidak pernah melihatmu datang kemari demi Piak."
"Itu tidak sama, Thit. Kalaupun Piak tidak memilikiku, dia masih punya ayahnya dan kau yang bisa melindunginya. Tapi Jee berbeda, dia tidak punya siapapun."
"Aku tidak terkejut kalau wanita egois itu tidak punya siapapun dalam hidupnya."
Chaiyan meyakinkan kalau Jee sama sekali tidak seperti yang Thit pikirkan. Tapi Thit menolak mempercayainya, dia tidak mau tahu seperti apa wanita itu, malah jauh lebih baik jika dia tidak bertemu dengan wanita itu.
"Karena aku takut pada diriku sendiri. Aku takut aku tidak akan bisa menunggu hukum untuk menghukumnya dan menggunakan cara lain untuk menghukumnya."
Suki terbangun tengah malam oleh bunyi (Tatonya sangar men, beda banget sama orangnya. Heee). Ternyata Khun Ying yang meneleponnya. Dia ingin Suki membantunya melakukan sesuatu besok. Suki langsung cemas mendengarnya, dia harus melakukan apa?
Ibunya Tiw ternyata mengasuh anak-anak terlantar di rumahnya. Hari itu dia baru pulang dari belanja saat Suki datang untuk membicarakan sesuatu dengannya. Entah apa yang mereka bicarakan.
Jee sendiri pergi menemui guru musiknya, Guru Arie, dan langsung memluknya dengan heboh. Guru Arie tak suka dan protes melepaskan plukan Jee. Kalau para tetangga sampai melihat, mereka bisa salah paham mengira dia berhubungan dengan muridnya sendiri.
"Aku tuh nang'ek, tahu!"
"Terus? Miss Universe aja kuacuhin."
"Kau yang mengacuhkan atau mereka yang mengacuhkanmu?"
"Hei, bahkan sekalipun aku sudah tua, tapi aku masih fit."
"Masa? Terus kenapa kau tidak punya istri? Kau tinggal sendirian dan curhat pada pohon mangga."
"Biarpun aku hidup sendirian, bukan berarti aku bicara pada pohon mangga. Kadang-kadang anjing datang untuk ngobrol denganku, seperti anjing yang datang hari ini (Jee). Bagaimana? Apa kau ingat bau rumahku?"
Jee langsung gemas memluk Guru Arie, dia kan sudah bilang kalau dia sibuk syuting lakorn. Dan dia langsung datang kemari begitu ada waktu luang.
Malas dip*luk terus, Guru Arie langsung memerintahkan Jee untuk mencuci piring buat balas budi pada gurunya ini. Jee menolak, kenapa tidak dia sendiri saja?
"Karena kau wanita."
"Maksudmu wanita punya tangan dan kaki, tapi pria cacat sehingga mereka tidak bisa cuci piring sendiri, begitu?"
Wah, mulutnya Jee kotor banget sejak dia kecil sampai dewasa. Apa di luar negeri, mulutnya itu tidak pernah dicuci?
Kesal, Guru Arie langsung mengepalkan tangannya dan memerintahkan Jee untuk menjitakkan kepalanya sendiri ke tangan Guru Arie.
Jee geli mendengarnya. "Kau ingin menjitak kepalaku, tapi aku harus melakukannya sendiri? Kalau kau tidak cacat, terus ini apa namanya? Malfungsi?"
Guru Arie langsung emosi mengejar Jee, tapi Jee dengan santainya mengancam tidak akan membagikan bebek rebus ini untuk Guru Arie. Ini enak loh.
Guru Arie langsung luluh seketika. Baiklah, Guru Arie tidak akan menendang Jee. Tapi bukan karena makanan loh, dia penasaran dengan cerita tentang Jee itu. Senyum Jee langsung menghilang mendengar pertanyaan itu.
Thit datang membawakan makanan untuk anak-anak dan beberapa buku cerita. Tapi belum sempat membacakan buku ceritanya, dia melihat Bibi Wadee (Ibunya Tiw) menatapnya dengan berlinang air mata.
Bibi Wadee cepat-cepat berpaling darinya lalu naik. Ia menatap foto kenangannya bersama Tiw dengan sedih, teringat saat pertemuannya dengan Suki tadi.
Flashback.
Ternyata Suki tadi datang untuk menawarkan cek yang jumlahnya cukup besar sebagai kompensasi. Bibi Wadee ngotot menolak, tapi Suki terus mendesaknya untuk menerima ceknya dan mengingatkan Bibi Wadee bahwa uang ini bisa untuk mengurus anak-anak di sini.
"Uang 3 juta ini bukan jumlah yang sedikit demi mengganti satu nyawa dengan nyawa anak-anak ini. Saya yakin jika Khun Tiw masih ada di sini, ia pasti akan menyuruh bibi untuk menerima uang ini demi anak-anak."
1 Comments
Semangattt kak,
ReplyDeleteLanjutkan....
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam