Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 10 - 2

Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 10 - 2

Saat mengikuti Liu Shang ke dalam kamar, Xiao Tan teringat peringatan Lian Cheng bahwa dia tidak boleh masuk melebihi tabir penyekat ruangan. Maka dia tetap berdiam di depan penyekat ruangan dan memberitahu kalau tehnya sudah siap. Bagaimana kalau Liu Shang meminumnya di ruang teh saja.

"Tidak mau."

 

Xiao Tan jadi galau memperingatkan dirinya sendiri untuk tidak melanggar larangan kedua, dia tidak boleh masuk kamar Liu Shang atau hadiahnya akan lenyap.

Dia menggumamkan kata-kata itu dengan cukup keras hingga tentu saja bisa didengar oleh Liu Shang. Maka dengan sengaja dia meminta Xiao Tan untuk mengambilkan baju ganti untuknya.

Saat Xiao Tan kembali tak lama kemudian, dia menatap penyekat ruangan itu dengan galau, apalagi penyekat itu agak transparan dan dia bisa melihat Liu Shang sedang mencopot bajunya.

Hmm, yang penting dia tidak melewati pembatas kan? Jadi ini tidak bisa dianggap pelanggaran. Mungkin dia tetap bisa mendapat keuntungan, Liu Shang kan cakep, dia jadi penasaran apakah body-nya juga cakep.

Liu Shang tersenyum tipis mendengar gumaman lantang Xiao Tan itu. Maka Xiao Tan sengaja cuma mengulurkan tangannya untuk menyerahkan baju ganti itu.


Tapi bahkan sebelum Liu Shang sempat menyentuhnya, Xiao Tan pura-pura tak sengaja menjatuhkannya biar dia bisa mengintip Liu Shang, tapi malah kecewa saat mendapatinya masih memakai baju dalamnya.

"Karena Nona sudah masuk ke kamarku, bisakah kau menghidangkan tehnya di sini saja?"

"Baik. Aku akan mengambilnya," canggung Xiao Tan lalu buru-buru pergi sambil ngedumel kesal. Udah melanggar aturan, gagal melihat sesuatu yang mencurigakan, kehilangan kesempatan melihat body-nya lagi.


Saat Xiao Tan kembali dengan membawa tehnya, kali ini Liu Shang malah menuntutnya untuk memakai penutup mata dengan alasan bahwa cara ini akan lebih nyaman bagi mereka berdua saat berada di kamar ini.

"Aku tidak merasa tidak nyaman. Anda berlebihan," tolak Xiao Tan.

Tapi Liu Shang tidak peduli dan tetap memakaikan penutup mata itu ke Xiao Tan. "Tan Er, seorang gadis harus bisa mengendalikan diri. Siapapun orangnya, kau tidak boleh mengintip tbuh pria."

Kedekatan ini membuat Xiao Tan heran, kenapa aroma tbuh Liu Shang terasa tidak asing?


Aman setelah memakaikan penutup mata itu, Liu Shang pun melepaskan topengnya dan menjadi Lian Cheng modern lagi sambil memperingatkan Xiao Tan untuk tidak melepaskan penutup matanya.

"Tuan, apa kau percaya pada takdir? Kalau ada kesempatan, aku pasti akan mengenalkanmu pada seseorang. Kau dan orang yang pernah kukenal itu pasti bisa langsung akrab."

Orang itu juga suka berganti baju, sama seperti Liu Shang. Dia suka warna putih dan terobsesi dengan kebersihan. Dia juga suka memaksa orang lain untuk mencucikan pakaiannya.

Dia juga suka alunan musik yang aneh, mirip alunan kecapimu tadi. Orang itu juga pintar, tapi dia menggunakan kepintarannya untuk memecah sandi orang orang lain.

"Dalam hal ini, anda lebih baik daripada dia. Walaupun aku tidak bisa menjelaskan situasiku saat ini, tapi ini berhubungan dengannya."

Lian Cheng senang mendengar Xiao Tan membicarakan dirinya. "Kau mengenal baik teman yang mirip aku itu. Apa dia kekasihmu?"


"Tentu saja bukan!" Sangkal Xiao Tan... tapi kemudian dengan suara lirih dia berucap sedih. "Kalaupun benar, aku tidak bisa kembali."

Tersentuh, Lian Cheng mengulurkan tangannya ingin menyentuh Xiao Tan. Tapi pada akhirnya, dia mengurungkan niatnya dan hanya mengambil cangkir tehnya dari tangan Xiao Tan lalu pergi.

Xiao Tan sudah antusias pengen lihat tubh Lian Cheng, tapi saat dia membuka penutup matanya, kamar itu malah sudah kosong.


Saat Jing Xin kembali, Xiao Tan sudah menunggunya dengan berbagai kudapan. Semua ini dia siapkan untuk Jing Xin loh, makanlah. Terus... apa Yi Huai?

"Pangeran Pertama berkata kalau dia memahami kesulitan Nona dan ia merasa sangat tersentuh. Ini surat balasan darinya."
Xiao Tan antusias membukanya, tapi langsung bengong mendapati Yi Huai menulis suratnya pakai bahasa Cina tradisional dan dia benar-benar kesulitan memahaminya. Dia baru sadar kalau bukan cuma kemampuan bahasa Inggrisnya saja yang buruk, kemampuan bahasa Cina tradisional juga sangat buruk.

"Bagaimana kalau kau membacakannya untukku?" Pinta Xiao Tan.


Jing Xin dengan senang hati membacakannya. "Setelah pertemuan kita, perpisahan menjadi kesedihan. Siapa yang tahu seberapa besar kerindukanku padamu. Satu hari aku tidak merindukanmu, perasaa itu masih menyelinap dibalik kerutan."

Sebentar! Xiao Tan bingung sendiri mendengar kata-kata puitis romantis bin gombal itu. Coba baca lagi dengan baik-baik, kata demi kata, apa ada konten khusus?

Tentu saja ada, Xiao Tan memang yang paling mengerti Yi Huai. Jing Xin lalu menunjukkan kalimat berikutnya: Sungai mengalir secara diam-diam dan berhati-hati, rembulan tampak di atas pohon willow.

Kalimat ini maksudnya, Yi Huai juga merasa bahwa ada banyak orang di kediaman Pangeran ke-8 ini. Jadi lebih baik tempat pertemuan mereka diganti di dekat sungai, waktunya adalah saat bulan muncul yaitu malam hari.

Oh, Xiao Tan mengerti. Dia memang datang ke tempat si*lan ini setelah dia jatuh ke air. Jadi untuk pergi dari tempat ini, pasti ada hubungannya dengan air juga. Iya, kan?


Jing Xin agak bingung, tapi dia mengiyakannya saja. Lalu, Yi Huai juga ingin Xiao Tan menemuinya di tempat lama, Mu Xin Laotie di negeri ajaib.

Xiao Tan lucu mendengarnya dan akhirnya memutuskan kalau bahasa Inggrisnya Yi Huai juga pasti sama buruknya dengannya. Jing Xin sih senang-senang saja melihat nonanya tersenyum, diam-diam dalam hatinya dia berharap nonanya ini dan Yi Huai akan bisa menjadi suami-istri.

Senang karena surat itu, Xiao Tan mengajak Jing Xin untuk merayakannya dengan melahap kue-kue mereka sebagai pengganti arak.
 

Setelah itu, Xiao Tan keluar kamar dengan antusias ingin menemui Yi Huai - sohib barunya yang tersayang untuk pergi selama-lamanya dari tempat ini.

Tapi baru saja dia menutup pintu, dia malah melihat Liu Shang berjalan ke arahnya. Dia berniat menghindar, tapi Liu Shang langsung memanggilnya. Xiao Tan mau pergi ke mana sampai buru-buru begitu?

"Tuan, anda bilang setelah aku keluar dari Vila Salju adalah waktu pribadi saya."

"Tapi aku belum mengizinkanmu pergi sekarang."

"Apa lagi yang Tuan butuhkan?"

"Siapkan air mandi."

Dasar cowok c***l! Mandi di siang bolong begini. Saat berganti baju saja Liu Shang menghindarinya. Awas saja! Xiao Tan bersumpah akan membuat Liu Shang menderita saat dia mandi nanti. Nanti sajalah dia menemui sohibnya Yi Huai.

"Baiklah. Saya akan menyiapkan pemandian anda, Tuan." Ucap Xiao Tan.


Saat Xiao Tan menyiapkan air panasnya, Liu Shang diam-diam menatapnya dengan rasa bersalah. Tapi apa boleh buat, hanya ini yang bisa dia lakukan untuk menghentikan Xiao Tan menemui Yi Huai.

Dia lalu masuk ke balik tirai untuk mencopot bajunya dan topengnya. Xiao Tan memasukkan kelopak-kelopak bunga mawar ke bak mandi sambil menggerutu sebal, kalau Liu Shang pakai tirai, mending sekalipun saja dia nutup pintu.

"Baiklah. Ingatlah untuk menutup pintu setelah kau keluar," usir Lian Cheng dengan suara Liu Shang-nya.


Xiao Tan heran, kalau Liu Shang semalu ini, lalu kenapa Liu Shang menyuruhnya untuk melayaninya di kamar mandi?

"Keluarlah dan tutup pintunya, atau tutup matamu. Pilih salah satu."

"Kalau begitu lebih baik aku keluar. Panggil saja aku kalau Tuan butuh apa-apa."

"Bagaimana suhu airnya."

Xiao Tan mengklaim agak dingin lalu menambahkan lebih banyak air panas... sambil berputar mengitari bak mandi itu sampai dia berhenti di depan tirainya Liu Shang.


Diam-diam dia memberi aba-aba lalu bergerak kilat untuk membuka tirai itu. Tapi untung saja Lian Cheng juga cekatan menyadari aksi Xiao Tan dan dengan cepat mendekap Xiao Tan, bahkan sebelum Xiao Tan sempat melihat wajahnya.

Lian Cheng jadi keenakan memluknya makin erat. "Tan Er nakal sekali. Sifat ini harus diubah."


Dengan cepat dia mengikat kain menutupi mata Xiao Tan lalu mendorongnya keluar. Tapi tepat saat itu juga, tiba-tiba pintu kamar itu diketuk dan terdengar suara Lian Cheng kuno dari luar, memberitahu Liu Shang bahwa dia datang membawakan arak untuk merayakan kepindahakannya kemari.

Tapi alangkah terkejutnya dia saat pintu terbuka dan yang keluar ternyata Xiao Tan. Lian Cheng modern juga panik dan cepat-cepat memakai topengnya kembali.

Xiao Tan canggung memberitahu Lian Cheng kalau Liu Shang sedang mandi sekarang. Lian Cheng kontan melotot kesal, apa Xiao Tan melanggar larangannya?

"Tidak! Tentu saja tidak. Saya menaati tiga perintah dan tiga larangan Pangeran. Saya tidak bermain kecapi dengan Tuan Liu Shang, saya juga tidak mengintipnya saat ganti baju."



Lagipula Liu Shang juga sangat berhati-hati, saat mandi saja dia memakai tirai dan menyuruhnya menunggu di luar. Tapi menurutnya aneh, Xiao Tan curiga kalau Liu Shang itu b*nci, bahkan saat mandi saja dia butuh dupa.

Mendengar itu, Lian Cheng kontan menatapnya semakin tajam. Bagaimana Xiao Tan mengetahui itu kalau dia tidak masuk ke ruang pribadi Liu Shang?

Xiao Tan meyakinkan kalau Liu Shang sangat berhati-hati, dia bahkan menyuruhnya memakai penutup mata ini. Dia sama sekali tidak bisa melihat apapun.


Lian Cheng mendadak mendekat untuk melepaskan kain itu dari leher Xiao Tan. Kecurigaannya terhadap Liu Shang semakin bertambah besar sekarang. Sikap Liu Shang yang terlalu berhati-hati ini tidak normal, mungkin dia menyimpan rahasia.

Maka Lian Cheng pun perlahan-lahan tanpa menimbulkan suara, melangkah mendekati kamar mandinya Liu Shang... lalu membuka pintunya.

Bersambung ke episode 11

Post a Comment

0 Comments