Sinopsis The Eternal Love Episode 7 - 2

Sinopsis The Eternal Love Episode 7 - 2


Keesokan harinya saat Jing Xin membantunya berdandan, Jing Xin menatapnya dengan penuh arti sambil bertanya apakah semalam Xiao Tan tidur nyenyak.

Xiao Tan canggung berkata kalau dia dan Lin Cheng tidur lebih awal semalam, mereka tidak melakukan apapun kok.

Seorang pelayan datang untuk memberitahu bahwa Tuan Qu mengundang Lian Cheng dan Tan Er untuk datang ke kediaman Qu dan mengikuti pertemuan keluarga untuk festival musim gugur.

Xiao Tan kesal mendengar keluarga Qu lagi dan menolak pergi. Dia sudah tidak mau punya hubungan apapun dengan keluarga Qu.

Tapi Pelayan berkata bahwa Lian Cheng sudah menerima undangan itu. Xiao Tan tetap tidak mau, bilang saja dia sedang tidak enak badan.


Tapi sedetik kemudian dia mulai penasaran, siapa lagi yang akan datang dalam pertemuan keluarga itu? Pelayan berkata bahwa Pangeran Yi Huai dan istrinya juga akan datang. Mendengar itu, Xiao Tan mendadak berubah pikiran dan menerima undangan itu.

Setelah pelayan pergi, Jing Xin penasaran kenapa Xiao Tan tiba-tiba setuju secepat itu. Xiao Tan mengaku kalau dia hanya ingin menciptakan kesempatan agar Tan Er bisa bertemu dengan Yi Huai.


"Aku akan berterima kasih padamu atas nama nonaku."

"Jangan berterima kasih dulu. Aku masih belum tahu pemicu kami bertukar jiwa. Entah siapa yang akan bertemu dengannya nanti, kita hanya bisa bergantung pada takdir."

Jing Xin penasaran, kenapa Xiao Tan tiba-tiba jadi sebaik ini? Apa dia melakukan kesalahan pada Tan Er?

Tidak, sungguh! Dia dan Lian Cheng tidak melakukan apapun kok semalam.

"Aku tidak mengatakan kalau itu tentangmu dan pangeran."

"Lihatlah kau! Tinggal di tempat busuk kalian ini membuat kecerdasanku menurun. Kau tidak boleh menertawakanku lagi. Kalau kau berani melakukannya lagi, akan kunikahkan kau dengan Pelayan Zhu!" Canda Xiao Tan.


Lian Cheng tampaknya benar-benar mempercayai istrinya sekarang hingga dia memerintahkan Yu Hao untuk tidak usah mengawasi Tan Er lagi. Dia bahkan tak mau ada orang lain yang mengawasinya.

Tapi setelah Yu Hao pergi, Pelayan datang memberitahu Lian Cheng tentang Tan Er yang pada akhirnya bersedia menerima undangan itu.

Awalnya dia menolak, tapi begitu mendengar Yi Huai dan istrinya juga akan datang, Tan Er berubah pikiran. Ekspresi wajah Lian Cheng langsung berubah mengeras mendengar informasi itu.


Yi Huai sudah tiba duluan di kediaman Qu dan langsung berusaha mengorek informasi dari Tuan Qu tentang Mutiara Penekan Jiwa yang kabarnya ada di Dong Yue.

Tuan Qu menyangkal pernah mendengar adanya pusaka semacam itu. Tapi dari wajahnya yang tampak kaget dan cemas, sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Yi Huai hendak membahasnya lebih jauh, tapi kedatangan Lian Cheng memberi Tuan Qu alasan untuk menghindari topik itu.


Karena semua orang sudah datang, acara pun dimulai. Tapi kedua pangeran malah saling sindir-sindiran. Yi Huai langsung sinis menyindir keterlambatan adik dan adik iparnya itu.

Lian Cheng sok me sra berkata bahwa ini adalah salahnya yang terlalu memanjakan istrinya. "Aku membiarkannya bermain dan akhirnya kami bermain-main terlalu lama."

"Kalian pengantin baru, wajar kalau kalian suka bermain. Tapi jangan menunda urusan penting dan membuat Ayahanda Raja marah."

"Kau benar. Tan Er juga sering mengingatkanku. Dia juga selalu berada di sisiku."

Tan Er cuma bisa tersenyum canggung melihat sikap kekanakan Lian Cheng itu. Pan Er malah semakin mengompori Yi Huai dengan mengomentari cinta Lian Cheng dan Tan Er yang begitu dalam.

"Istri Pangeran ke-8 tampak tidak enak badn. Apa kau tidak betah tinggal di kediaman Pangeran ke-8?" Tanya Yi Huai.

Mungkin karena tak ingin membuat Yi Huai mencemaskan Tan Er, Xiao Tan meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

Dia hidup dengan baik di kediaman Lian Cheng malah. Lian Cheng juga memperlakukannya dengan baik.

"Kesehatanku sangat baik. Apa kalian tidak lihat wajahku yang makin bulat?"

"Fisik Tan Er memang selalu kuat dan keras, bagaimana bisa dia jatuh sakit semudah itu." Sinis Pan Er.

"Kaulah yang paling kuat. Tan Er sangat lemah." Ketus Yi Huai.


Jelas saja Pan Er semakin kesal mendengarnya. Xiao Tan buru-buru mengalihkan topik dan mengajak semua orang untuk mulai makan.

Tapi Lian Cheng malah memaksa Xiao Tan untuk menyuapinya, sengaja sok msra di hadapan Yi Huai dan Xiao Tan tak bisa apapun selain menurutinya.

Yi Huai benar-benar kesal seperti mau membunuh orang. Pan Er berbisik mengingatkannya untuk berhenti menatap istri orang dan menunda urusan yang lebih penting.

Jangan khawatir, Yi Huai ingat kalau dia harus masuk ke ruang rahasia nanti. Dia akan menyelidikinya malam ini.


Tak lama kemudian, Yi Huai diam-diam menyelinap masuk ke ruangan tempat Xiao Tan pernah disekap tanpa menyadari Lian Cheng yang tengah mengawasinya dari kejauhan. Tentu saja dia curiga melihat sikap Yi Huai yang aneh itu.


Satu per satu, Yi Huai mengetuk setiap dinding kayu ruangan itu, tapi tak ada yang aneh. Dia lalu mengangkat tempat-tempat lilin di meja. Salah satu tempat lilin tak bisa diangkat.

Tapi saat dia memutarnya, salah satu dinding kayu membuka dan sinar ungu yang sangat terang tampak bersinar dari sebuah benda. Yi Huai akhirnya menemukan apa yang dicarinya.

Tapi saat dia hendak menyentuh benda itu, sebuah kekuatan mistis tiba-tiba mementalkannya seolah benda itu tak mau disentuh sembarang orang dan dinding itu pun menutup kembali. (Hmm... apakah itu Mutiara Penekan Jiwa?)


Lian Cheng semakin heran melihat cahaya ungu aneh yang terlihat dari dalam ruangan itu.

Tapi kemudian dia melihat pintu membuka, Lian Cheng langsung menyembunyikan dirinya lagi dan melihat Yi Huai mengendap keluar.


Xiao Tan menggerutu kesal gara-gara Lian Cheng yang entah pergi kemana sekarang, Nyonya Qu dan Pan Er juga menghilang.

Tapi kemudian dia melihat Nyonya Qu dan Pan Er sedang memarahi Ibunya Tan Er hanya karena Pan Er marah pada Tan Er gara-gara kejadian tadi.

Pan Er hampir saja menampar Ibu Tan Er, tapi Xiao Tan bergegas mencegahnya. "Qu Pan Er! Berhentilah melampiaskan kemarahanmu pada orang lain hanya karena hidupmu tidak berjalan dengan baik!"

Nyonya Qu kesal melihat sikap Tan Er yang sudah sok sekarang sampai berani berdebat dengan kakaknya. Xiao Tan tidak terima, Pan Er juga salah karena sudah memukul ibunya.

Nyonya Qu tambah kesal mendengarnya dan langsung menyuruh Xiao Tan berlutut. Xiao Tan menolak keras, tapi Ibu cepat-cepat menegur Xiao Tan dan menyalahkan dirinya yang tidak becus mengajari Tan Er dan meminta pengertian mereka karena Tan Er masih kecil.


"Kalau begitu aku harus memberinya pelajaran, jika ini dibiarkan maka dia akan semakin kurang ajar."

"Seharusnya kau memperhatikan hubunganmu dengan suamimu! Jangan menyalahkan orang lain atas hubungan pernikahanmu yang buruk!"

Kesal, Pan Er langsung melayangkan tangan untuk menghajar Xiao Tan. Tapi tentu saja Xiao Tan melawan balik. Pan Er langsung memaksa para pengawal untuk memaksa Xiao Tan berlutut.


Tapi Yi Huai tiba-tiba datang dan langsung menghajar para pengawal itu dan membentak Pan Er.

Pan Er beralasan kalau dia cuma sedang mengajari atiket pada adiknya biar dia tidak dianiaya saat dia keluar.


Lian Cheng muncul saat itu juga. Dengan tenang dia beralasan bahwa istrinya tersayang demam kemarin, dia tidak boleh kelamaan di luar ruangan, jadi ayo duduk di beranda depan biar dia tidak sakit dan terluka lagi.

Mengerti maksudnya, Xiao Tan langsung berakting batuk-batuk sambil mengadu. Dia membuat Pangeran Pertama dan Kakak Pertamanya tersinggung, jadi Kakak Pertamanya memberinya pelajaran. Lian Cheng dengan sopan meminta maaf atas nama Tan Er.

"Yang Mulia terlalu sopan. Seorang wanita yang sudah menikah itu seperti air yang dibuang dari rumah. Bukan tempat kami untuk mengkhawatirkannya." Sinis Nyonya Qu.

"Baiklah. Karena Tan Er tidak enak badan, jadi kami pamit dulu."

Xiao Tan tak tega meninggalkan Ibu Tan Er, tapi Nyonya Qu jelas-jelas mengisyaratkan mereka untuk keluar.

Lian Cheng pun langsung menyeret Xiao Tan pergi. Begitu mereka pergi, Nyonya Qu menyuruh Ibu Tan Er untuk ikut dengannya dan 'menyelesaikan urusan yang mereka belum selesai'.


Saat mereka tinggal berduaan, Yi Huai memperingatkan Pan Er untuk memperhatikan sikapnya dan jangan sampai salah melangkah.

Pan Er menyangkal, bukannya dia tidak berhati-hati, tapi Yi Huai lah yang hatinya berada di tempat lain.

"Jangan sembarangan menebak hatiku."

"Pangeran harus ingat siapa istri pangeran. Jika Pangeran tidak bisa mengakhiri sesuatu, maka jangan salahkan aku untuk campur tangan." Ancam Pan Er.

 

Dalam perjalanan pulang, Xiao Tan kagum mengomentari aktingnya Lian Cheng. Dia tidak menyangka kalau Lian Cheng bagus juga aktingnya. Lian Cheng cemburu memperingatnya untuk tidak main mata dengan siapapun mulai sekarang.

"Aku kan selalu ada di sisimu!"

"Jangan pernah sekalipun memikirkannya."

Baiklah, baiklah. Baru kali ini Xiao Tan bertemu dengan orang yang suka mengatur. Lian Cheng tidak terima, seharusnya Xiao Tan menyebutnya sebagai penyelamatnya.


"Sebagai suami, tugasmu adalah melindungi istrimu. Kau benar-benar contoh klasik dari shuài (tampan)"

"Shuài? Apa artinya?"

"Shuài... artinya kau sangat tampan."

"Aku yang tampan atau Kakak Pertama yang tampan?"

"Kenapa kau masih cemburu dengan Pangeran Pertama?"

"Kau yang mulai duluan."

"Kau yang tampan. Kau yang paling tampan. Puas? Tapi bagi wanita yang paling penting adalah rasa aman."


Lian Cheng kan pangeran Dong Yue. Apa yang membuat Xiao Tan merasa tidak aman?

Yang Xiao Tan maksud bukan masalah perlindungan, tapi lebih pada perasaan rindu dan kepercayaan.

"Seperti saat kau harus menghadapi seluruh dunia dan kau tahu bahwa ada seseorang yang selalu mendukungmu."

"Kata-kata istriku cukup mengejutkan tapi terasa manis dan menarik. Kalau nanti ada yang lain, kau bisa beritahu aku."

"Kalaupun kukatakan juga, kau takkan tahu."

Apa Xiao Tan meragukannya? Tidak, Xiao Tan tidak berani meragukannya. Tapi apa Lian Cheng sungguh akan mempercayai semua yang diucapkannya?

"Selama kau yang mengatakannya, aku akan mempercayainya."


Maka malam harinya, Xiao Tan mencoba bertanya, apakah Lian Cheng percaya bahwa ada dunia lain selain kerajaan Dong Yue ini?

Yang tidak disangkanya, Lian Cheng mengaku bahwa dia sering memimpikan suatu tempat di luar Dong Yue.

"Di sana ada perang, pembunuhan, kuali pembuatan pil, pria tua berjanggut putih... dan kau. Makanya saat aku pertama kali melihatmu, kau terlihat familier. Seperti saat aku melihat lukisan Kakek di masa lalu."


Keheranan, Xiao Tan meminta diperlihatkan peta kerajaan Dong Yue. Jing Xin kembali tak lama kemudian membawakan peta yang mereka minta.

Tapi sekali melihatnya, Xiao Tan sontak tercengang menyadari tempat ini bahkan tak ada dalam buku sejarah. Jangan-jangan Dong Yue bukan berada di planet bumi. (Hah? Jadi mereka di mana?)

Lian Cheng malah lebih bingung, apa itu bumi? Xiao Tan bingung bagaimana harus menjelaskannya. Dia lalu menggambar sebuah peta pakai air dan mengaku kalau dia sebenarnya berasal dari suatu tempat yang sangat jauh dari Dong Yue. Tempat itu mirip ayam (Peta Cina).

Lian Cheng bingung, "Tapi kau jelas-jelas dibesarkan di Dong Yue. Kau putri kedua keluarga Qu."

"Itu... lebih sulit dijelaskan!"

"Tak ada yang tidak bisa kumengerti. Yang ada hanyalah hal-hal yang tidak bisa kau jelaskan."

"Bagaimana bisa ada hal-hal yang tidak bisa kujelaskan dengan baik? Aku ini terkenal sebagai agen sales terbaik!"


Dia terus nyerocos panjang lebar membanggakan dirinya. Tapi saat dia berbalik, tiba-tiba saja dia membeku di tempat karena mendapati Lian Cheng sudah ada di depan matanya. Lian Cheng langsung menariknya mendekat dan menolak mendengarkan apapun lagi.

Jing Xin panik, takut kejadian waktu itu terulang. Dia berusaha menegur Xiao Tan. Tapi Lian Cheng langsung mengusirnya.

Terpaksalah Jing Xin berjalan pergi sambil berbisik mengingatkan Xiao Tan untuk mengingat janjinya (untuk tidak tidur dengan Lian Cheng).

Xiao Tan berusaha menghindar dengan nyerocos tentang bulan yang indah. Tapi Lian Cheng langsung menutup mulutnya dengan c**man msra.

"Malam ini, kalau kau melayaniku dengan baik, aku akan memberimu surat cerai."

Xiao Tan menggerutui dirinya sendiri dalam hati karena dia bahkan tidak sanggup untuk pergi. Lian Cheng kembali menc**mnya. Xiao Tan akhirnya memutuskan untuk tidak membiarkan Tan Er mengetahui tentang ini, lagipula dia tidak punya pilihan.

Bersambung ke episode 84

Post a Comment

0 Comments