Sinopsis The Eternal Love Episode 7 - 1

Sinopsis The Eternal Love Episode 7 - 1


Selir Yun datang dan langsung menyinggung masalah pembunuh yang datang ke kediaman Yi Huai semalam. Ahmm, sepertinya dia mencurigai Lian Cheng sebagai si pembunuh itu dan mencoba mengorek informasi dari Xiao Tan.

Tapi Xiao Tan cukup cerdas berkelit dengan bertanya balik, dia dan Lian Cheng tidak mengetahui masalah itu, lalu bagaimana Selir Yun bisa mengetahuinya. 

Selir Yun beralasan kalau dia mendengarnya dari para pelayan yang bergosip.

"Ada beberapa hal yang lebih baik tidak didengar."

"Baiklah. Karena Istri Pangeran tidak suka, akan kutampar mulut siapapun yang menyebarkan permusuhan lagi."


Seorang pelayan datang untuk memberitahu mereka bahwa Lian Cheng dan Jing Xuan sedang berlatih panahan dan Lian Cheng mengundang semua istri dan selirnya untuk menonton dan ikut meramaikan.

Xiao Tan tidak mau, apa asyiknya menonton acara panahan. Tapi pelayan berkata bahwa Lian Cheng bersikeras meminta semua orang untuk datang. 

Selir Yun pun langsung membujuknya untuk ikut menonton. Xiao Tan kesal, tapi akhirnya dia menyerah.


Di lapangan, Lian Cheng sibuk berlatih panahan tanpa mempedulikan luka lengannya, sementara Jing Xuan menggerutu kesal mendengar Yi Huai memakai bubuk obat penenang.

Lian Cheng yakin kalau Yi Huai sudah bersiap karena dia menduga kalau mereka akan gelisah setelah mereka tahu Yi Huai mendapat Titah Kaisar.

Jing Xuan cemas dengan lukanya, tapi Lian Cheng berkata kalau dia tidak apa-apa. Dia memang sengaja berlatih panahan biar orang-orang melihatnya dan menghapus kecurigaan terhadapnya.


Xiao Tan dan kedua selir datang tak lama kemudian. Tapi Xiao Tan terus menggerutu sebal, "Apa yang bisa dilihat di sini sampai ngotot menyuruhku datang. Membosankan sekali!"

Selir Yun punya ide. Jika menurut Xiao Tan latihan panahan itu membosankan, bagaimana kalau menambahkan sesuatu untuk membuatnya menyenangkan. Tapi idenya ini bisa dilakukan hanya jika Lian Cheng dan Xiao Tan bekerja sama.

"Bagaimana kalau kita minta Istri Pangeran untuk menggigit sebatang mawar di mulutnya sebagai target? Jika kena maka itu menandakan keberuntungan yang sangat baik."

What?! Xiao Tan jelas takut, apalagi mengingat tangan Lian Cheng terluka. Xiao Tan langsung protes, apa Selir Yun melakukan ini untuk mengujinya?


Selir Yun menyangkal dan beralasan kalau dia hanya mengajukan suatu ide supaya Xiao Tan tidak merasa bosan dan semua orang bisa bersenang-senang.

"Lagipula, Istri Pangeran tidak perlu cemas. Kemampuan panahan Pangeran kita adalah yang terbaik di Dong Yue. Apakah Istri Pangeran meragukan kemampuan panahan Pangeran kita?"

Tetap saja Xiao Tan masih takut, bagaimana kalau lain hari saja? 

Selir Yun jelas curiga, kenapa harus lain hari? Apa hari ini mereka memiliki ketidaknyamanan? Xiao Tan diam, tak tahu harus berkata apa.

"Tidak masalah untuk mencobanya hari ini," Lian Cheng meyakinkan Xiao Tan.

 

Xiao Tan akhirnya mengalah. Tapi dia punya syarat. Dia yang maju duluan untuk mendemonstrasikannya. Setelah itu, kedua selir juga harus gantian jadi target. Siapapun yang menolak, berarti dia meremehkan Pangeran.


Xiao Tan lalu mengambil sebatang bunga lalu menyingkirkan Selir Yun dari hadapannya dan berjalan ke papan target sambil menggigit bunganya. Lian Cheng pun mulai menargetnya.

Xiao Tan gugup. Dalam hatinya dia memohon agar tangan Lian Cheng tidak gemetar, dia janji takkan lagi memanggilnya Niang Pao lagi. 

Lian Cheng menarik busurnya, matanya fokus menatap targetnya sebelum kemudian melepaskan anak panahnya.


Xiao Tan langsung menutup mata saking kagetnya, tak menyangka kalau Lian Cheng bakalan langsung memanah tanpa aba-aba. 

Anak panah itu pun melesat... melewati bunganya dan menancap tepat di papan target. Fiuh! Xiao Tan selamat. Lian Cheng pun lega.


Selir Yun langsung cemberut menyadari sekarang gilirannya. Dengan sok manis dia berkata pada Lian Cheng bahwa dia rela meletakkan hidupnya di tangan Lian Cheng. 

Tapi yang tidak disangkanya, Lian Cheng malah meminta Xiao Tan yang menembak kali ini. Pfft! Xiao Tan setuju banget, senang malah.

"Yang Mulia, anda tidak boleh melakukan itu." Protes Selir Yun panik.

"Kenapa? Kau mau melawan perintahku?"

"Aku tidak berani. Hanya saja Istri Pangeran..."

"Kalau kau berani mengucap sepatah kata lagi, maka akan jadi dua tembakan."


Terpaksalah, Selir Yun hanya bisa memohon belas kasihan Xiao Tan sebelum kemudian pergi ke papan target sambil menggigit bunganya dengan ketakutan.

Lian Cheng membantu Xiao Tan naik ke papan. Dengan lembut dia meletakkan tangan Xiao Tan ke busurnya dan geli melihat Xiao Tan yang bergerak-gerak terus dan tampak begitu antusias dengan targetnya.

"Jangan takut. Aku akan membantumu melampiaskan kemarahan ini," bisik Lian Cheng.

 

Mereka mulai menarik busurnya lalu melepaskannya... dan menancap tepat di kondenya Selir Yun. Hahaha! Selir Yun shock berat lalu pingsan di tempat.


Malam harinya, Xiao Tan memeuk tiang rnjangnya sambil murung menatap bulan yang malam ini kelihatan sangat bulat, satu-satunya cahaya paling terang tanpa lampu jalan atau lampu reklame. Xiao Tan benar-benar merindukan dunia modernnya.

Jing Xin berusaha menghiburnya. Dia memberitahu kalau sebentar lagi akan diadakan festival musim gugur, semua istana dan rumah sedang mempersiapkan kue bulan, apa Xiao Tan mau mencicipinya?


Tapi membicarakan kue bulan malah membuat Xiao Tan semakin sedih, teringat akan kenangannya bersama kedua orang tuanya. Dulu, mereka selalu merayakan festival kue bulan bersama-sama setiap tahun.

"Ayahku biasanya memasak hidangan terbaiknya. Setelah makan malam, kami akan naik ke atap rumah untuk melihat bulan. Tapi setelah itu, karena pekerjaanku, kami tak pernah lagi merayakannya bersama-sama lagi. Jika mereka tahu kalau mereka takkan pernah bisa melihatku lagi, mereka pasti akan sangat sedih."

"Xiao Tan, apa mungkin kau tidak betah tinggal di istana Pangeran ini, makanya kau ingin kembali ke kediaman Qu? Apa kau rindu rumah?"

"Aku hanya lelah karena latihan panahan tadi pagi. Aku mau istirahat sekarang. Kau boleh pergi."


Jing Xin pun pergi. Menatap rnjangnya dan ukiran puisinya, Xiao Tan mendadak punya ide. Dia pun langsung menyembah ukiran puisi itu.

"Sudah tak ada gunanya untuk memahami makna dibalik kata-kata itu. Aku hanya bisa berdoa semoga segalanya menjadi kenyataan asalkan seseorang tulus."

Xiao Tan pun bersujud 3 kali, memohon pada ranjang antik itu untuk mengembalikannya ke dunianya. Dia rela jadi lebih gemuk 10 kilo, dia rela membiarkan siapapun mendapatkan predikat top sales asalkan dia bisa kembali. Tapi tidak ada yang terjadi, dia masih di sana.


Pada saat yang bersamaan, Lian Cheng berjalan-jalan sambil memikirkan istrinya itu. "Qu Tan Er, kau itu dewa atau orang suci? Dari mana kau berasal? Mungkinkah ada dunia lain selain Dong Yue?"


Xiao Tan berbaring sedih di rnjangnya sampai akhirnya dia ketiduran. Tapi tak berapa lama kemudian, Lian Cheng sudah ada di sana dan menidurkan Xiao Tan di pngkuannya. Xiao Tan tiba-tiba ngelindur dalam tidurnya, "Tumis suwir babi dengan saus yuxiang..."

Saat Lian Cheng membelai rambutnya, Xiao Tan menggerutu lirih, mengira ibunya yang menyenth rambutnya. Lian Cheng terpesona memperhatikan wajah Xiao Tan, "Bulu matamu cukup panjang."

"Kau memberiku makan terus. Wajahku jadi bulat," gerutu Xiao Tan.

"Wajahmu sebulat bakpao, pasti menderita sekali."


Xiao Tan merba bantalnya. Seketika itu pula dia menyadari ada yang aneh dan langsung terbangun. "Kau... kau... kau... kau... kau!!!"

"Kenapa?"

"Kenapa kau ada di sini? Seperti penjahat saja!"

"Ini kediamanku."

Tetap saja, bagaimana bisa Lian Cheng dengan santainya masuk ke kamar orang lain tengah malam begini?! Lian Cheng santai, Xiao Tan kan istrinya.

"Kau bersikap seperti baj*ngan dan kau bahkan punya alasan?"


"Kau membuat kakiku kesemutan. Bagaimana kau akan membayarnya?"

"Aku tidak percaya kau tidak menyntuh kepalaku dan (kepalaku) berakhir begitu saja di pahamu!"

"Dikunjungi olehku di malam hari itu keberuntungan bagimu."

"Kekanak-kanakan!"

"Kau tidak boleh mengataiku kekanak-kanakan."


"Orang yang melarang orang lain mengatakan dirinya kekanakan adalah orang yang paling kekanakan." Kata Xiao Tan sambil menyodok pundak Lian Cheng.

"Kalau aku kekanakan, maka kau adalah anak bandel." Balas Lian Cheng sambil menyodok dahinya Xiao Tan.

Xiao Tan langsung menampik tangannya Lian Cheng dengan kasar sampai Lian Cheng meringis kesakitan. Xiao Tan sontak cemas dan merasa bersalah padanya, dia lupa kalau Lian Cheng terluka. Apa Lian Cheng baik-baik saja?


Lian Cheng langsung saja menarik Xiao Tan hingga Xiao Tan kembali terbaring di pankuannya. "Jangan berpikir untuk pergi ke manapun."

Xiao Tan tersipu malu mendengarnya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments