Sinopsis The Eternal Love Season 2 Episode 7 - 2
Saat Liu Shaang tersadar dari pingsannya, dia mendapati Xiao Tan sedang menempelkan kepalanya di dadanya untuk mengecek denyut jantungnya dan tentu saja kedekatan mereka itu membuat Liu Shang bahagia.
Xiao Tan pun lega melihatnya sudah bangun. Dia sudah cemas saja tadi, soalnya detak jantung Liu Shang sangat lemah. Dia pikir Liu Shang sekarat tadi. Dia bahkan melarang Liu Shang bangun dulu saking cemasnya.
Xiao Tan tiba-tiba teringat sesuatu lalu bergegas pergi mengambilnya, saat itulah Liu Shang cepat-cepat memanfaatkan kesempatan untuk menelan pil pemberian Kakek Liu.
Dia ingin bangun saat Xiao Tan mendadak balik dan langsung mendorongnya untuk berbaring kembali, tapi malah membuat mereka berdua jatuh ke kasur bersamaan. Liu Shang langsung mengerang kesakitan sambil menggenggam erat tangan Xiao Tan dan mengeluh kalau hatinya sangat sakit.
Xiao Tan berusaha melepaskan cengkeraman Liu Shang, tapi Liu Shang malah mencengkeramnya makin erat sambil terus mengerang kesakitan.
Tapi kemudian Xiao Tan berkata bahwa barusan ada seorang pria tua yang datang untuk menyerahkan surat, pria tua itu menyuruh Liu Shang membaca suratnya kalau dia sudah siuman... dan seketika itu pula Liu Shang mendadak bangkit dalam keadaan sehat walafiat dan menuntut suratnya. (Pfft!)
Jelas saja Xiao Tan heran, apalagi kejadian ini terasa sama persis dengan saat Lian Cheng modern pura-pura sakit dulu.
"Mana suratnya? Surat!" Bentak Liu Shang.
Tersadar dari lamunannya, Xiao Tan-pun menyerahkan surat itu sambil memikirkan keanehan sikap Liu Shang barusan. Kenapa dia bertingkah sama persis seperti si brengs*k Mo Lian Cheng itu?
Surat itu memberitahu Liu Shang bahwa mata-matanya Lian Cheng di istana akan bergerak hari ini, jadi Liu Shang harus mencegah Lian Cheng keluar rumah. Liu Shang kontan cemas, apa Pangeran ke-8 ada di rumah?
"Dia sudah pergi dua jam yang lalu," ujar Xiao Tan.
Mendengar itu, Liu Shang langsung melesat pergi menyusul Lian Cheng, dan pastinya membuat Xiao Tan kesal menyadari Liu Shang ternyata tidak sakit. Si Pangeran itu drama queen, penasihatnya juga drama queen.
Lian Cheng dan Yu Hao baru tiba dan langsung dikepung pasukan ninja. Tak pelak, perkelahianpun pecah. Liu Shang baru tiba di pintu gerbang saat itu dan langsung bisa mendengar suara adu pedang dari dalam.
Dia segera melayang masuk melompati tembok dan menghadang seorang ninja yang hendak menyerang Lian Cheng dari belakang. Dengan cepat mereka mengalahkan lawan-lawan mereka, tapi Lian Cheng malah jadi semakin keheranan melihat gerakan kungfu Liu Shang sama persis seperti gerakan kungfunya.
Saat para ninja itu melarikan diri, Liu Shang berhasil menahan salah satu dari mereka dan menginterogasinya. "Siapa yang mengirimmu kemari? Berani sekali kau mau membunuh Pangeran ke-8?"
Pria itu mengklaim kalau dia adalah orang suruhan Yi Huai. Dia terpaksa melakukan ini karena Yi Huai mengancam akan membunuh seluruh keluarganya.
Begitu mendengar kabar penyerangan Lian Cheng, Jing Kang segera menemui Yi Huai yang malah lagi santai minum teh. Dia langsung menanyakan kebenaran kabar itu, apa benar Yi Huai yang mengirim para pembunuh itu?
Yi Huai tersenyum sinis mendengarnya. Dia sudah lama tahu ada orang yang menyulut perselisihan antara dirinya dan Lian Cheng, hanya saja orang itu baru bertindak sekarang.
Tetap saja Jing Kang cemas kalau Yi Huai benar-benar akan dicurigai. Yi Huai santai saja, dia yakin Lian Cheng bukan orang yang gampang ditipu.
Tapi dia tetap menyuruh Jing Kang untuk mencari tahu siapa dalang insiden itu. Lian Cheng pasti curiga kalau itu adalah perangkap yang dilakukan oleh seseorang.
Kalau menurut mata-matanya Jing Kang, Liu Shang juga ada di sana dan gerakan kungfunya mirip sekali dengan gerakan kungfu Lian Cheng. Mendengar itu, Yi Huai memutuskan untuk pergi ke kediaman Lian Cheng pagi-pagi besok.
Jing Xin kebetulan lewat saat Yi Huai tiba di kediaman Lian Cheng. Yi Huai kontan menghentikannya dan memperhatikan Jing Xin membawa gelang giok yang biasanya sangat dihargai oleh Tan Er dan tidak pernah dia keluarkan dari peti.
Tepi kenapa sekarang Jing Xin membawanya? Apa hari ini hari istimewa sampai gelang itu dikeluarkan dari peti? Jing Xin menyangkal dengan sedih, nonanya itu benar-benar sudah hilang ingatan sekarang.
Dia sama sekali tidak ingat dengan gelang ini dan setiap hari selalu teriak-teriak menyuruhnya untuk menggadaikan gelang ini. Hari ini juga begitu, makanya Jing Xin tak punya pilihan selain menyembunyikan gelang ini.
Yi Huai jadi semakin cemas mendengarnya. Tapi Jing Xin tidak usah cemas, Xiao Tan belum sepenuhnya pulih, jadi wajar saja kalau dia lupa ingatan. Tapi apa Jing Xin barusan keluar dari kamarnya?
Jing Xin membenarkan dan memberitahu Yi Huai bahwa Lian Cheng benar-benar menjaga Xiao Tan dengan baik. Beliau tidak membiarkan Xiao Tan mengerjakan hal-hal yang kotor dan melelahkan. Beliau bahkan menyuruh seorang tukang kayu untuk membuatkan papan kayu untuk Xiao Tan gunakan bermain.
Yi Huai cemburu mendengarnya. "Adik ke-8 terlalu memanjakan Tan Er. Apa dia juga jatuh cinta pada Tan Er?" Pikir Yi Huai cemas.
Lian Cheng tengah mengeluarkan sebilah pedang saat Yi Huai masuk. Sambil menampilkan senyumnya dia terang-terangan menunjukkan pedang itu pada Yi Huai dan memberitahu kalau itu adalah pedang yang hampir membunuhnya.
Yi Huai yang memang tidak bersalah, santai saja menanggapinya. Dia juga sudah mendengar insiden itu, makanya dia menyuruh orang untuk menyelidikinya... dan menemukan sebuah stempel.
Senyum Lian Cheng sirna seketika, itu adalah stempel yang biasanya dia gunakan untuk menghubungi mata-matanya.
"Kakak, kau punya banyak mata-mata di mana-mana." Komentar Lian Cheng.
"Adik, kalau kau mau bekerja sama denganku, aku bisa membantumu mengambil alih kekuasaan militer dan menyingkirkan Jenderal Wei dan anak-anak buahnya."
"Tapi Kakak pasti punya permintaan."
Benar sekali, "permintaanku... adalah kau berikan pelayanmu, Qu Tan Er, padaku."
"Janji
bersama sampai ajal menjemput itu janji yang sangat penting, bagaimana bisa aku menukarnya hanya demi kekuasaan militer."
Yi Huai mulai kesal sekarang, "lalu apa yang harus kulakukan agar kau mau melepaskannya?"
"Karena janji sudah dibuat, aku harus memenuhinya sampai aku mati."
Percakapan mereka terpotong dengan cepat karena Liu Shang datang saat itu dan Yi Huai langsung bisa melihat kemiripannya dengan orang yang menghentikannya bunuh diri malam itu.
Lian Cheng pun cepat-cepat mengusir Yi Huai secara halus. Tapi Yi Huai bertekad dia tidak akan menyerah semudah itu terkait masalah Tan Er.
Setelah dia pergi, Liu Shang mengingatkan Lian Cheng untuk tidak mencurigai Yi Huai, bukan dia dalangnya.
"Bagaimana kau tahu?" Tanya Lian Cheng.
Pertama, pertanyaan si pembunuh sama seperti pernyataan si mata-mata. Jadi mereka pasti bersekongkol. Kedua, Yi Huai datang kemari pagi-pagi sekali dan tidak tampak ada raut wajah bersalah ataupun gelisah sedikitpun, malah berdebat dengan Lian Cheng. Itu saja sudah jelas membuktikan kalau Yi Huai bukan pelakunya.
Kalau begitu, yang paling mencurigakan sekarang ini adalah Selir Dugu dan para pengikutnya. Tapi kemudian Lian Cheng punya ide licik, mereka bisa menggunakan Yi Huai untuk menyingkirkan Selir Dugu dan melakukan untuk itu, mereka bisa memanfaatkan Xiao Tan.
Liu Shang jelas tidak setuju. Tidak seharusnya Xiao Tan menjadi bidak dalam perebutan kekuasaan ini.
"Sepertinya kau sangat peduli pada Tan Er. Yang kau pikirkan lebih dulu adalah keselamatan Tan Er dan bukannya kelemahan rencanaku ini. Kau boleh pergi."
Tak lama kemudian Jing Xuan datang menemui Lian Cheng di suatu tempat, tapi dia tidak sadar kalau yang dia temui itu sebenarnya Lian Cheng modern dan keheranan saat melihat Lian Cheng pakai baju yang dulu tidak dia sukai karena baju itu kurang terlihat aristokrat.
Oh, Jing Xuan tahu. Lian Cheng sekarang berubah menyukai baju ini, pasti karena gadis itu kan? Gadis yang Lian Cheng sukai dan membuat selera Lian Cheng terhadap baju-baju berubah.
Lian Cheng modern bingung mendengarnya, siapa gadis yang Jing Xuan maksud itu? Yah, mana Jing Xuan tahu, Lian Cheng sendiri tidak bilang-bilang kok.
"Menurutmu, apa lagi dalam diriku yang berubah?"
"Hmm... dulu Kakak benci pangsit kukus, sekarang Kakak memakannya setiap hari. Itu juga pasti berhubungan gadis itu, kan?"
Lian Cheng modern kontan cemas mendengarnya, menyadari Lian Cheng kuno sepertinya sudah mulai jatuh cinta pada Xiao Tan.
"Kakak, biarpun Kakak seorang Pangeran, tapi wajar saja kok kalau manusia jatuh cinta."
"Jing Xuan, jangan beritahu siapapun tentang percakapan ini, jangan pula mengungkitnya di hadapanku."
Saat Lian Cheng modern kembali, dia melihat Xiao Tan sedang menumbuk sesuatu di tangga sambil ngedumel sebal karena dia tidak bisa shopping tas biarpun dia punya gaji. Apa gunanya punya uang kalau begitu? Saking kangennya dengan shopping, dia sampai membuat logo Chanel pakai kelopak-kelopak bunga.
Lian Cheng langsung duduk di sampingnya dan mengejutkan Xiao Tan. Panik, Xiao Tan mengklaim kalau dia cuma istirahat sebentar saja kok, dia akan membuatkan teh sekarang.
Belum juga dia sempat beranjak, Lian Cheng tiba-tiba mengklaim kalau dia tidak terbiasa meminum teh buatan Xiao Tan, lain kali buatlah teh yang dingin, semakin dingin semakin bagus. Buat sedingin es.
Oh, oke. Xiao Tan mengerti walaupun sebenarnya dia agak bingung, memangnya orang jaman kuno suka minum es teh?
Tiba-tiba terdengar suara Jing Xin memanggil Xiao Tan karena Xiao Tan dipanggil Kepala Pelayan. Baru saja Xiao Tan mau pamit ke Lian Cheng, tapi Lian Cheng malah sudah menghilang entah ke mana, dan logo Chanel-nya mendadak sudah berubah menjadi simbol love. Hehe.
Tak lama kemudian, Xiao Tan datang membawakan teh ke ruang kerja Lian Cheng yang saat itu tengah berdiskusi dengan seorang menteri.
Tapi menteri itu terlihat jelas lebih mendukung Jenderal Wei dan menyarankan agar Lian Cheng mendukung Jenderal Wei mendamaikan situasi di perbatasan dengan menggunakan lambang kerajaan.
Liu Shang diam saja, tapi dalam hatinya dia curiga kalau si menteri sudah berpindah haluan mendukung musuh mereka. Lian Cheng pasti ingin mengusirnya, tapi tidak bisa mengingat hubungan mereka.
Tapi kemudian Jing Xuan dan Menteri Wu meminum teh buatan Xiao Tan, dan langsung kaget dengan rasanya.
"Teh macam apa ini? Kenapa rasanya sedingin es?" Protes Jing Xuan.
Tapi hal itu kontan membuat Lian Cheng bisa memanfaatkan situasi untuk menyindir Menteri Wu. Pepatah bilang, teh akan berubah dingin setelah seseorang pergi.
"Teh dingin ini sangat sesuai dengan situasi sekarang ini. Karena Menteri Wu tidak bisa melakukan apapun untuk membantuku, maka aku tidak akan menahanmu di sini. Antar tamu kita keluar!"
Setelah Menteri Wu pergi, Lian Cheng memuji tehnya Xiao Tan dan berjanji akan memberinya hadiah besar. Sekarang pergilah dan buat teh hangat. Jing Xuan kagum padanya, bagaimana bisa Xiao Tan kepikiran membuat teh dingin dalam situasi seperti ini?
Xiao Tan cuma mesem canggung lalu buru-buru pergi. Tapi begitu di luar, dia langsung ngedumel kesal menggerutui Lian Cheng. Dasar pangeran gila, dia bahkan mengambil keuntungan dari teh buatannya. Tadi minta teh dingin, sekarang minta teh panas.
"Kalau aku terus tinggal di sini, aku pasti akan ikutan gila juga! Jing Xin, setelah menyajikan teh ini, mari kita pergi cari Mo Yi Huai untuk mengonfirmasi kode rahasia itu." Ajak Xiao Tan.
Jing Xin setuju. Dia akan mengatur pertemuan mereka di tempat biasa, dua jam lagi. Tanpa mereka ketahui, sebenarnya Liu Shang ada di belakang dan mendengarkan percakapan mereka.
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam