Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 19 - 1

 Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 19 - 1

Secara bersamaan, Ibu dan Nenek datang ke rumah sakit. Tapi sama seperti Yi Zhou, Nenek juga dingin mengacuhkannya. Nenek benar-benar cemas, di mana Yi Zhou? Apa yang sebenarnya terjadi?


Xia Lin memberitahu Nenek kalau Yi Zhou masih dioperasi sekarang ini. Ah Nan ingin membunuhnya, dan Yi Zhou melindunginya dari peluru.

Nenek shock. "Kenapa bisa jadi begini?"

"Nenek, maaf. Ayo duduk dulu."

Tapi Nenek tidak marah padanya, ini bukan salah Xia Lin kok. Bagaimanapun, dia suaminya Xia Lin dan sudah menjadi tugasnya untuk melindungi Xia Lin.

"Xiao Chu bilang kalau kau sedang hamil, saat-saat seperti pasti sangat berat bagimu."

"Nenek, aku tidak takut menderita. Aku hanya berharap Ling Yi Zhou selamat."

"Jangan khawatir, nak. Xiao Zhou pasti akan baik-baik saja."


Operasi masih terus berjalan sampai malam. Chu Yan dan yang lain mencoba membujuk Xia Lin untuk makan, tapi Xia Lin tidak berselera sedikitpun, bahkan minum air pun sulit.

Tapi dia meyakinkan mereka untuk tidak mengkhawatirkanya. Selama diculik, dia tetap makan dan istirahat dengan baik kok.

"Bagaimana tidak cemas melihatmu sekurus ini."

"Aku ingin menunggu Ling Yi Zhou keluar dari ruang operasi. Jika dia selamat, aku akan pulang dan istirahat."

Dan saat semua orang gelisah dan cemas setengah mati, entah kenapa Ibu malah diam saja. Tepat saat itu juga, Wen Li mendapat telepon dari polisi yang mengabarkan bahwa mobilnya Ah Nan jatuh ke laut saat berusaha melarikan diri. Entah apakah dia masih hidup atau sudah mati.


Dokter akhirnya keluar tak lama kemudian dan memberitahu bahwa kondisi Yi Zhou masih belum stabil saat ini, jadi mereka harus terus memonitornya.

"Maksud anda? Dia masih belum keluar dari bahaya?"

"Maaf, Nyonya Ling."

"Lalu kapan dia akan sadar?"

"Kami tidak yakin karena CEO Ling kehilangan banyak darah dan sekarang masih koma. Dan mungkin, dia kan tetap tak sadarkan diri selama beberapa waktu."


Shock, Xia Lin pingsan seketika. Hari sudah siang saat akhirnya Xia Lin membuka mata, hanya ada Nenek yang menjaganya. Nenek memberitahu kalau Yi Zhou sudah dipindahkan ke kamar rawat, tapi dia masih belum sadar dari koma.

Xia Lin mau melihatnya, tapi Nenek tegas melarang. Sekarang ini, Xia Lin harus memikirkan kesehatannya sendiri dulu karena dia sedang hamil. Hanya dengan begitu, dia akan bisa merawat Yi Zhou.

Nenek tahu kalau Xia Lin mengkhawatirkan Yi Zhou, tapi Nenek berharap mereka berdua sama-sama selamat dan sehat. Jadi Xia Lin harus merawat dirinya sendiri dulu dan bayinya. Xia Lin akhirnya menurut walaupun masih sangat cemas.


Yi Zhou yang masih belum sadarkan diri saat Xia Lin sudah pulih. Tapi Xia Lin tetap bicara padanya, dia tahu kalau Yi Zhou pasti mendengarkannya.

"Bayi kita dan aku masih menunggumu. Kumohon cepatlah bangun."


Tapi tiba-tiba saja dia malah melihat monitor jantungnya Yi Zhou berubah menjadi garis datar. OMG! Xia Lin kontan ditarik menjauh dan tim dokter berusaha bergerak cepat untuk menyelamatkannya.

Dalam kondisi sekaratnya, kilatan-kilatan berbagai kenangan hidup Yi Zhou mulai berkelabat kembali dalam benaknya, mulai dari kehidupan keluarganya, persahabatannya, hingga kehidupan cintanya bersama Xia Lin.

Xia Lin hanya bisa menatapnya tak berdaya. "Kau sudah janji kalau kau tidak akan meninggalkanku. Kumohon, bangunlah. Kumohon, bangunlah." Isak Xia Lin. Entah apakah Yi Zhou mendengar permohonanya, tapi tetap saja detak jantung Yi Zhou belum kembali.


Semua orang menunggu dengan gelisah di luar. Dokter akhirnya keluar tak lama kemudian dan memberikan kabar baik. Syukurlah Yi Zhou selamat, sepertinya dia keinginan Yi Zhou untuk bertahan hidup sangat tinggi, mereka berhasil mengembalikannya dari kematian.

Akan tetapi, karena dia sempat berhenti bernapas, otaknya jadi mengalami kerusakan. Jadi, dokter menyarankan mereka untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

Mencemaskan Xia Lin, Chu Yan berusaha meyakinkan kalau Yi Zhou sudah pernah melewati berbagai kesulitan, dia juga orang yang sangat kuat, jadi kali ini pun dia pasti bisa melewatinya.

Tapi Xia Lin dengan tegar meminta Dokter untuk jujur saja padanya. "Apa dia punya kesempatan untuk sadar?"

"Bukan berarti tidak bisa. Hanya saja, mungkin itu butuh keajaiban."

"Apa ada sedikit saja percikan keajaiban?"

Dokter berkata kalau keajaiban itu mungkin bisa terjadi dari pengaruh emosional dan fisik. Tapi yang pasti, dalam dunia medis tidak ada definisi spesifik akan sebuah keajaiban.

"Saya mengerti, terima kasih."


Setelah dokter pergi, Xia Lina menyuruh Chu Yan dan Fei Fei pulang saja. Tapi mereka kompak menolak. Pokoknya mereka mau menemani Xia Lin. Xia Lin ngotot meyakinkan kalau dia baik-baik saja.

"Xia Lin, menangis saja kalau kau mau. Akan kupinjamkan pundakku. Jangan paksakan dirimu untuk tersenyum. Si tua Ling pasti tidak mau melihatmu seperti ini."

"Aku sungguh baik-baik saja. Bukankah dokter sudah bilang kalau dia punya hasrat hidup yang kuat. Dia diambang kematian sekarang ini, aku punya hak apa untuk mengutuk kematian dan bersedih?"

Xia Lin mau pergi check-up sekarang, selama aku dan bayiku baik-baik saja, dia juga pasti akan baik-baik saja. "Bukankah kita sedang menunggu keajaiban? Selama keluarga kami baika-baik saja, kami pasti bisa menciptakan keajaiban itu."


Selama beberapa hari kemudian, Xia Lin terus setia merawatnya dan mendampinginya, memakaikan kembali cicin kawin mereka, dan berusaha mendekatkan Yi Zhou dengan bayi mereka. Dia bahkan membawakan sebuah boneka bayi warna hijau untuknya.


Chu Yan pulang ke rumah dan lagi-lagi mendapati ayahnya belum makan karena menunggunya. Tuan Chu penasaran bagaimana keadaan Yi Zhou. Sayangnya, sampai sekarang juga dia masih belum sadar.

Kalau begitu, Tuan Chu Wen Li pasti sangat sibuk menggantikan bosnya dan mengambil alih kekuasaan perusahaan.

Chu Yan tak yakin, mungkin saja. Eh, tapi kenapa Tuan Chu penasaran dengan hal itu? Apa Tuan Chu berniat memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan trik kotor?

"Apa begini caramu bicara pada orang tua?"

"Sebaiknya ayah tidak begtu. Aku memang tidak tertarik dengan dunia bisnis yang ribet, tapi si tua Ling adalah saudaraku. Kalau ada orang yang mau memanfaatkannya saat dia sedang lemah, aku tidak akan melepaskan mereka."

"Kurasa sudah ada orang yang melakukan itu." (Hah?)

"Apa maksud Ayah?"


Ayah menjelaskan bahwa para pemegang saham perusahaan Ling sudah mengajukan usul untuk membebastugaskan Yi Zhou dari jabatannya. Bahkan meetingnya akan diadakan minggu depan.

Ayah bahkan mendapatkan berita yang bisa dipercaya bahwa ada seseorang yang sudah membeli dan mengumpulkan saham-saham perusahaan Ling.

Chu Yan jelas kesal merutuki para baj*ngan itu. Bisa-bisanya mereka mau menurunkan Yi Zhou dari tahtanya saat dia masih koma. Dia harus menginformasikan masalah ini ke Wen Li. Dia bahkan langsung pergi saat itu juga.


Wen Li ketiduran di rumah sakit sampai Xia Lin merasa tak enak padanya. Wen Li pasti sangat menderita belakangan ini, dia harus bolak-balik ke kantor dan rumah sakit.

"Ini sudah kewajiban saya. Nyonya pasti lebih menderita daripada saya."

"Tidak masalah asalkan dia membaik."

Tapi Wen Li hari ini datang dengan membawakan dua kabar. Kabar pertama berhubungan dengan Ah Nan. Polisi hanya menemukan mayat di sungai. Dan sayangnya, mayat itu terlalu sulit dikenali wajahnya karena kondisinya yang sangat buruk karena kelamaan berada di dalam air.

Tapi berdasarkan baju, KTP, dan bentuk tbuhnya, bisa dipastikan kalau itu adalah Ah Nan. Sekarang mereka sedang melakukan tes DNA, tapi akan butuh waktu untuk mendapatkan hasilnya.

Kalaupun semisal dia terhindar dari kematian, dia apasti akan tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Dari interogasinya Yang Tong, memanmg benar Ah Nan lah dalang dari semua kasus yang menimpa mereka.


Supir yang menabrak Yi Zhou adalah orang sewaan Ah Nan, dia juga yang mendalangi kasus pembakaran rumah sakit. An Ran hanya dimanfaatkan olehnya.

Sedangkan Yang Tong, dia terbukti membantu melakukan penculikan, pembakaran rumah sakit, dan percobaan pembunuhan. Jadi, walaupun sekarang ini dia belum resmi dijatuhi hukuman, tapi mungkin dia harus menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji. Xia Lin prihatin, bagaimanapun, Yang Tong masih sangat muda.

"Nyonya, itu adalah jalan yang dia pilih sendiri."

Yah, syukurlah segalanya sudah selesai. Eh, tapi Wen Li bilang ada dua hal. Apa yang kedua?

Bersambung ke part 2

Post a Comment

3 Comments

  1. Tua ling, ayoooo segera sadar.
    Lanjuuut mba ....
    Semangat...
    Jangan lama-lama ya.

    ReplyDelete
  2. Ya ampun g sabar min buat tau lanjutanya....

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam