Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 5 - 3

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 5 - 3


Tak lama kemudian, para tamu pun pamit. Kade dengan ramah meminta Janward untuk datang lagi kapan-kapan. Tapi apa yang dilihatnya tadi, membuat Janward menjawab Kade dengan agak ketus. Jelas saja Kade jadi heran dan kecewa, baru saja hubungan mereka membaik.

Begitu semua tamu keluar, Por Date malah mesam-mesem gaje pada Kade. Kade jadi tambah kesal melihat. Lucu banget yah? Sinis Kade. Por Date tak mempedulikan sindirannya dan terus saja mesam-mesem gaje.

Dia lalu keluar untuk mengantarkan para tamu ke dermaga. Kade jadi penasaran dengan maksud senyuman gaje-nya Por Date dan memutuskan untuk keluar juga.


Tapi tiba-tiba dia melihat Por Date kembali. Panik, Kade berniat balik ke rumah. Tapi Por Date dengan cepat menghentikannya. Untuk apa Kade turun kemari? Kade berusaha menghindar, tapi Por Date langsung menghadangnya sambil menuntut jawaban.

"Aku ingin tanya padamu, apa yang kau tertawakan di rumah tadi?"

"Aku tidak menertawakanmu, Mae Karakade. Jangan salah paham."

Kade tidak percaya. Jelas-jelas dia melihat Por Date tertawa. Mendengar itu, Por Date tiba-tiba mendekatinya dan membuat Kade langsung mundur dengan gugup.


"Aku suka puisi itu." Aku Por Date sambil terus mempersempit jarak di antara mereka dan membuat Kade jadi semakin gugup.

Dia berusaha melarikan diri dengan alasan ngantuk. Tapi Por Date terus menghadangnya. Kesal, Kade hampir saja berniat ingin mengakui kebenaran tentang puisi tadi. Tapi Por Date dengan cepat menyela sebelum dia sempat buka mulut.

"Aku menyukai puisi itu... tidak seperti penulisnya."

Kade tegang mendengarnya. Apa mungkin Por Date tahu kalau bukan dia sendiri yang menulis puisi itu?

Heran melihat ekspresi Kade, Por Date beralih topik mengomentari keindahan bulan separuh di atas langit. Kade mengikuti arah pandangannya, dia setuju kalau bulannya cantik, sayangnya mereka cuma bisa melihat bulan separuh.

"Apa jauh lebih cantik dari tempat kau berasal?" Tanya Por Date.

Kade kontan tegang mendengar pertanyaannya, mungkin dia mengira kalau yang Por Date maksud adalah asal dirinya di masa depan. Tapi kemudian Por Date menegaskan bahwa maksudnya adalah kampung halamannya Karakade, Songkrae Muang Phisanuloke.


Kade lega mendengarnya. "Lebih indah. Jauh lebih indah daripada tempatku berasal."

"Kau sudah cukup lama tinggal di Phranakorn, kau tidak pernah melihat bulan?"

Tidak pernah. Tapi setiap kali melihat bulan, Kade ingin sekali menyanyi. Por Date penasaran dia mau nyanyi apa? Lagu perahu?

"Kenapa juga aku menyanyikan lagu perahu sambil melihat bulan?"

"Oh? Kalau begitu, menyanyilah."


Kade pun menatap bulan yang tampak cantik di langit, tapi Por Date malah lebih terpesona memandangi Kade yang secantik rembulan.

Menyadari dirinya sedang jadi pusat perhatian seseorang, Kade pun menoleh dan mendapati wajah Por Date yang sangaaaaat dekat dengannya. Canggung, Kade sontak mundur selangkah.

"Kau sudah menyanyikannya? Aku tidak dengar."

"Sudah... di dalam hati."

"Lagu apa?"

Kade tidak mau bilang. Canggung menghadapi tatapan Por Date, Kade lagi-lagi berusaha menghindar. Tapi Por Date terus saja menghalanginya seolah tak ingin berpisah. "Bulannya masih indah."

Kade ketawa mendengarnya. "Bulannya memang indah, tapi itu cuma bulan separuh."

Dia mau pergi saat tiba-tiba Por Date tanya kapan dia bisa mendengarkan lagu yang Kade nyanyikan dalam hatinya? Apa dia harus menunggu sampai bulan purnama?

"Dasar Meun gila. Saat bulan purnama aku akan menyanyikan lagu Deun Phen dari Caravan (Band rock Thai)." Gumam Kade.


Yang tak disangkanya, Por Date mendadak mendekat hanya untuk membisikinya. "Selamat malam." Dan kontan membuat Kade tersipu malu.

 

Kade kembali ke kamarnya dengan hati berbunga-bunga teringat momen romantisnya bersama Por Date barusan. Tapi senyum indahnya menghilang dengan cepat saat dia teringat pertanyaan Por Date tentang apakah bulan di sini lebih indah daripada tempat asalnya.

Pertanyaan yang kontan membuatnya menangis dalam hati, merindukan keluarga yang ditinggalkannya di masa depan.

Flashback.


Suatu malam, Kade sekeluarga berkumpul sambil menatap bulan. Kade-lah yang paling terpesona menatap bulan purnama dari jendela rumah mereka. Melihat bulan itu tiba-tiba membuat Kade kepikiran sebuah lagu, dia dan si pembantu langsung menggila nyanyi-nyanyi sambil joget-joget gaje.

Flashback end.


Di masa depan, Ibu Kade juga mengenang kenangan yang sama dan kenangan itu membuat Ibu menangis meratapi putrinya. Ia benar-benar merindukan putri semata wayangnya. Ibu sangat merindukannya hingga ia ingin mati menyusul Kade.

"Kalau kau mati, maka ibu akan mati menyusulmu. Tidak mudah untuk mati. Ini sudah takdirnya." Ujar Nenek berusaha menenangkan Ibu.


Keesokan harinya, mereka berderma pada seorang biksu. Ibu pun mulai bisa tenang berkat itu. Pada saat yang bersamaan saat mereka melakukan derma kedua kalinya untuk biksu kedua, kita melihat Kade tengah menunggu kedatangan biksu di dok.

 

Tapi kemudian muncullah Prik dan para pelayan lainnya. Prik jelas kesal karena semua makanan yang akan dia dermakan malah diambil alih Pin dan Yam. Dia langsung memerintahkan Buong untuk mengambilnya kembali.

Jadilah para pelayan itu ribut rebutan. Untung saja Kade segera bertindak menghentikan mereka dan mengingatkan kedua pelayannya bahwa mereka bisa melakukan derma bersama.

Biksu akhirnya akhirnya datang tak lama kemudian. Tapi setiap kali Kade ingin mendermakan makanan atau buket bunga lotus, Prik langsung merebut semuanya. Yam kesal dan langsung membentak Prik.

Prik masa bodo. Ini tugasnya, lagian Kade bukan majikannya kok. Kesal, Pin sontak memprotesnya lalu secepat kilat memberikan sebuket bunga lotus pada Kade dan Kade pun langsung mendermakannya pada biksu sebelum Prik sempat bereaksi.

 

Seketika itu pula Kade tiba-tiba bisa mendengar suara doa ibunya. "Kadesurang, ibu berdoa semoga kau berada di dimensi yang lebih baik. Ibu berdoa semoga kau terlahir kembali di tempat yang baik. Ibu berdoa semoga kau bahagia dan bertemu seseorang yang mencintaimu. Ibu berdoa semoga kau panjang umur dan sejahtera, dan tidak meninggal terlalu cepat seperti kehidupan di sini. Aamiin."

Selesai berderma, Prik langsung pergi dengan cuek. Tapi Yam yang kesal langsung mengancam akan menampar Prik.

Kade sama sekali tidak menyadari keributan para pelayan itu, suara doa Ibu yang barusan didengarnya benar-benar membuatnya linglung. "Aku merindukan ibuku. Aku merindukan nenekku."


Setelah Kade menuang air suci, tiba-tiba ada dua anak kembar yang ribut berdebat. Tapi mereka langsung membisu dengan cepat saat melihat Kade dan sontak bersujud ketakutan, mungkin mengira Kade akan marah-marah seperti dulu.

Tapi Kade justru sangat ramah pada mereka. "Kalian mau kemana? Apa yang ingin kalian lakukan?"

Saking takutnya, mereka tidak langsung menjawab, malah sodok-sodokan hingga salah satu dari mereka akhirnya memberanikan diri menjawab bahwa mereka mau menangkap udang di sungai.

"Udang? Kalau begitu, pergilah."


Setelah kedua bocah itu pergi, Kade penasaran apakah di sungai sana banyak udang. Pin dan Yam malah menjawabnya dalam bahasa kuno yang sama sekali tidak dimengerti Kade.

Yam menjelaskan bahwa maksudnya adalah ada banyak udang di sungai itu. Mendengar itu, Kade mendadak teringat sesuatu yang bagus. Sesuatu yang membuatnya ngiler.


Tak lama kemudian, Yam pergi ke dapur. Dengan angkuhnya dia mengambili semua bahan-bahan yang dia butuhkan sesuai perintah Kade. Tapi saat dia mencari jeruk nipis, dia langsung merebutnya dari seorang pelayan lain.

Si pelayan tidak terima dan jadilah kedua pelayan itu ribut cuma karena memperebutkan jeruk nipis. Sementara Kade bersenang-senang bersama si kembar yang sukses menangkap banyak udang besar, Yam malah sedang sibuk menampar dan menghajar si pelayan dapur.

Tepat saat itu juga, Prik datang dan langsung menuntut apa yang terjadi. Yam dengan angkuhnya menyatakan kalau dia akan mengambil jeruk nipis ini pada nonanya.

"Buat apa (jeruk nipisnya)?"

"... Tidak tahu. Pokoknya yang kutahu cuma... (dia  menirukan gaya ngilernya Kade) 'zaap' (enak)!"

"Zaep (menyengat)?" Prik salah paham dan sontak tersinggung karenanya.


Kesal, dia langsung menampar dan menghajar Yam tanpa ampun. Yam mencoba melawan, para pelayan lain berusaha memeganginya tapi kalah oleh kekuatan Yam yang ganas banget.

Yam sontak melayangkan tangan mau balas menghajar Prik, tapi tangannya mendadak ditangkap oleh Salee dan kali ini Yam benar-benar tak berdaya melawan mereka. Prik pun langsung menghajarnya lagi dengan ganas.

Sementara Yam menderita disiksa para pelayan, Kade dan Pin sedang heboh jejeritan bersama kedua bocah yang sukses menangkap sekeranjang udang-udang besar.


Tepat saat itu juga, mereka melihat perahunya Khun Ying datang. Kade jadi semakin antusias ingin segera melaksanakan idenya.

Sesampainya di dok rumah, Khun Ying langsung menyuruh Juang untuk memanggilkan Prik. Tapi sesampainya di dapur, Juang malah terkejut mendapati para pelayan sedang menyiksa Yam sampai babak belur.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam