Sinopsis Unwilling Bride Episode 1 - 4

 Sinopsis Unwilling Bride Episode 1 - 4

Di Paradizo, pewaris konglomerat dari Amerika yang dimaksud Sekretarisnya May itu ternyata si pengunjung mall yang bicara sinis pada Ayah May waktu itu. (Karena itukah dia bersikap sinis? Karena mereka saingan?)


Namanya adalah Nackarin dan dia sendirilah yang memulai pembukaan mall itu. Dan setelah acara itu selesai, sekretarisnya mendatanginya untuk menunjukkan wawancaranya May itu.

May dengan ramah mengucap selamat atas pembukaan mall Paradizo. Dia bahkan berkata akan berkunjung ke sana dan menunjukkan dukungannya kapan-kapan kalau dia ada waktu.

Nackarin tersenyum melihatnya, sepertinya dia punya sebuah ide licik dalam benaknya saat tiba-tiba dia mengeluarkan bola bertanda-tangan pemberinya Ayahnya May waktu itu.


Dalam perjalanan ke ruangannya, langkah May terhenti saat Ayah memanggilnya. May cuma menatapnya malas lalu melanjutkan langkah mengabaikan Ayah.

"Apa kau ingin Ayah menebak ke mana kau pergi?"

"Aku pergi mengecek hotel." Alasan May.

"Hotel? Oke. Lalu apa kau sudah menjualnya?"

Dari percakapan mereka, May ini ternyata juga menjalankan bisnis hotel. Tapi sayang, bisnisnya itu tidak terlalu bagus dan terus merugi. Karena itulah Ayah ingin May menjual hotel itu sesegera mungkin.

Tapi May bersikeras menolak menjual hotelnya. Dia akan membuktikan pada orang-orang yang mengejeknya kalau hotelnya pasti akan sukses suatu hari nanti.


Ayah sinis mendengarnya. Belakangan ini May selalu menggunakan keuntungan yang dia dapat dari mall untuk mempertahankan hotel itu. May tidak peduli. Itu kan uangnya sendiri. Dia memiliki 50% saham yang didapatkannya dari warisan pemberian kakeknya.

"Sisanya, aku tidak pernah peduli Ayah mau menggunakannya untuk apapun atau untuk diberikan pada gundik-gundik Ayah." Sinis May.

Ayah kesal mendengarnya, tapi dia berusaha menahan diri dan hanya memperingatkan May mundur saja jika bisnis yang dijalankannya tidak menghasilkan untung.

Jual saja hotel itu, setidaknya dia bisa balik modal. Kalau dia terus keras kepala seperti ini, maka satu-satunya yang May miliki nantinya hanyalah hutang.

Ayah lalu menyerahkan sebuah koran pada Sekretarisnya May lalu pergi. Ternyata di koran itu membahas tentang bisnis hotel yang hampir bangkrut dan hotelnya May berada di urutan teratas.

 

Bukannya dia memihak Pak Presdir sih. Tapi Sekretarisnya May juga dengar dari salah seorang teman real estate saya bahwa hotelnya May sekarang menjadi target dari para pebisnis yang mengincar hotel-hotel bangkrut dan mendapatkan keuntungan baru dari situ.

"Jangan katakan apapun lagi. Pesankan tiket pesawaat untukku besok." Perintah May dengan tenang walaupun dia tampak jelas gelisah.


May tiba di hotel keesokan harinya. Hotel itu memang tampak sangat sepi tamu. Sementara dia mengecek keuangan hotel, Sekretarisnya masuk tak lama kemudian dan langsung tanya berapa banyak keuntungan yang dia dapatkan bulan ini.

"Boro-boro untung, buntung iya. Aku harus membayar gaji karyawan dengan uangku sendiri lagi. Aku sungguh tidak mengerti. Hotel ini sangat indah, tapi kenapa tidak ada tamu?"

"Terkadang masalahnya bukan karena hotelnya indah atau tidak, Khun May."

"Aku tahu, aku cuma mengeluh kok. Perencanaan marketingku mungkin buruk, aku tidak bisa bersaing dengan saingan-sainganku."

"Khun May... mungkin membutuhkan seorang pangeran tampan di atas kuda putih."

"Aku seorang putri yang tidak membutuhkan seorang pangeran!"


Tanpa dia ketahui, Kade sebenarnya baru saja tiba di lobi hotelnya dan memesan kamar termahal di sana. Baru beberapa detik dia mendapatkan kunci kamar hotelnya, Nackarin menyusul dan memesan kamar termahal juga.

Kedua resepsionis jadi bingung melirik Kade sebelum kemudian menjelaskan kalau kamar itu sudah dibooking, jadi mereka mencoba menawarkannya kamar suite silver.

Nackarin mengikuti arah pandang kedua resepsionis itu dan tampak kesal, terpaksa akhirnya dia menerima tawaran resepsionis. Entah apakah mereka saling mengenal, Kade cuma meliriknya dengan sinis sebelum kemudian pergi.


Tak lama kemudian, Kade memanggil manager hotel ke kamarnya dan menuntut untuk bertemu pemilik hotel ini. Dari kartu nama bisnisnya, Kade ini ternyata pemilik sebuah perusahaan real estate.

"Anda ingin bertemu dengan Khun May?" Tanya Manager Hotel.

"May?" Kade tak mengerti siapa yang dimaksud Manager.

"Pemilik hotel sedang berada di sini."

"Ya. Tolong bantu aku."

Baiklah, tapi Manager hanya bisa membantu memberitahu Sekretarisnya May. Masalah Kade bisa bertemu May atau tidak, dia tidak bisa menjaminnya.

"Kuharap aku akan mendengar kabar baik," ujar Kade.


Tapi saat Sekretarisnya May memberitahukan siapa orang yang ingin bertemu dengannya itu, May langsung tahu apa yang dimaui oleh orang bernama Kade itu dan karenanya dia menolak bertemu. Kalau perlu, usir saja orang itu dari hotel ini.

Dia langsung keluar setelah memberi perintah itu dan tidak membiarkan sekretarisnya protes, sehingga sekretaris tak punya pilihan lain selain menelepon Manager dan memberitahu kalau May menolak bertemu dengan alasan sibuk.


Tentu saja Kade tidak mempercayai alasan itu, tapi dia tidak mempermasalahkannya lebih jauh. Dia langsung keluar saat itu... dan tiba-tiba saja dia melihat May berjalan berlawanan arah di seberang.

Kade sontak bergegas mengejar May. Jaraknya semakin deat saat tiba-tiba seorang pegawai memanggil May. May pun berbalik... dan kontan tercengang berhadapan dengan Kade.

Si pegawai muncul menyela mereka untuk meminta May mengecek ruangan yang akan digunakan untuk seminar. May ingin menghindar secepatnya, tapi Kade dengan cepat menangkap tangannya.

"Kau mau pergi ke mana? Takut padaku?"

"Kenapa juga aku takut padamu? Kita tidak saling mengenal satu sama lain."
 

Manager datang saat itu dan memberitahu May bahwa orang ini adalah Kade yang ingin bertemu May tadi. Ah, Kade akhirnya sadar siapa May.

"Seharusnya aku mengenali namamu. Jadi kaulah Khun Maysarin, pewaris The Heaven Mall dan pemilik hotel ini."

"Jangan ganggu aku. Kita tidak saling mengenal satu sama lain." Ketus May lalu pergi.

Tapi tentu saja Kade tak mau ditinggalkan begitu saja dan langsung pergi mengejarnya sampai ke ruang seminar.


May kesal melihatnya dan segera menghindarinya dengan masuk ke dalam. Sekretaris heran melihatnya, apa May mengenal pria itu?

"Betul. Aku dan Khun May saling mengenal sebelumnya." Sahut Kade yang mengikuti mereka ke dalam.

"Kenapa kau mengikutiku? Keluar!"

"Kurasa yang lainlah yang harus keluar dan membiarkan kita bicara berdua."


Sekretaris jadi makin heran dengan interaksi mereka. May akhirnya menyuruh sekretarisnya keluar, dan Sekretarisnya May langsung mendorong Sekretarisnya Kade keluar bersamanya.

Dia ingin menanyakan tentang mereka, tapi Sekretarisnya Kade menolak membicarakan apapun hingga membuat Sekretarisnya May semakin penasaran. Sejak kapan May mengenal si dewa ganteng itu? Kenapa dia tidak tahu apa-apa?


"Katakan saja apa maumu?" Tuntut May.

Mendengar itu, Kade langsung berjalan mendekati May dengan senyum menggoda dan kontan membuat May mundur dengan panik. Dia berusaha mengancam Kade untuk tidak mendekat, tapi gagal.

Kade malah mengangkat tangannya dan mengomentari May yang masih mengenakan cincin pernikahan mereka.

"Aku tidak mau memakainya. Tapi cincin ini kekecilan dan susah dilepas."

"Kurasa lebih baik kau mengenakannya saja dan jangan dilepas. Dan aku masih mempertahankan niatanku. Aku akan bertanggung jawab dengan cara menikahimu secara resmi."

"Aku tidak akan melibatkan diriku dalam pernikahan resmi dengan pria yang tidak kucintai."


Kade rasa, May harus memikirkan masalah itu dengan lebih baik, baru jawab lagi. May kan terkenal di masyarakat. Kalau sampai ada yang tahu tentang mereka berua, maka sudah pasti reputasi keluarga May akan berpengaruh.

"Aku tidak akan bicara. Dan jika kau tidak memberitahu siapapun, maka takkan ada seorangpun yang akan mengetahuinya. Hanya satu kesalahan, itu tidak penting dalam hidupku. Aku bisa membuangnya seperti sampah setiap saat." Dingin May.

Baiklah kalau May akan menganggapnya hanya sebagai seonggok sampah. Kalau begitu, dia akan menganggap May sebagai... boneka. Pfft!

"Maksudmu aku ini... boneka plastik?!"

"Terserah kau saja. Kau bisa jadi boneka macam apapun bagiku. Tapi satu-satunya hal yang tidak akan berubah, aku adalah pria pertamamu."


Di luar, Manager hotel datang lagi, tapi kali ini dengan membawa Nackarin yang juga sama seperti Kade, ingin bertemu May. Sekretarisnya May memberitahu Nackarin kalau May sedang sibuk bicara bisnis dengan seseorang sekarang, jadi dia tidak bisa menemui Nackarin. Tidak masalah, Nackarin bersedia menunggu.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

5 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam