Rekap Novel The Days of Seclusion and Love Bab 61 - Bab 63

 

Para bandit itu mendadak jadi ketakutan sama dia, dan Feng Yue terus menggelandoti di si pemimpin bandit sambil mewek ketakutan. Dan si pemimpin bandit dengan bodohnya percaya-percaya saja padanya dan akhirnya melepaskannya.


Oke! Feng Yue pun langsung melesat pergi secepat mungkin tanpa berani menoleh karena dia tahu sebentar lagi para bandit itu pasti akan sadar kalau mereka malah dengan bodohnya melepaskan sandera mereka.

Yin Ge Zhi dengan cepat menyayat leher beberapa penyerangnya lalu menggunakan salah satunya sebagai pijakan untuk terbang mengejar Feng Yue dengan belati terhunus. 

Bingung tapi takut, si pemimpin bandit yang sudah terlalu ketakutan sama Yin Ge Zhi memutuskan untuk tak mengejar mereka. Dia malah kasihan sama Feng Yue yang dia yakini bakalan mati di tangan Yin Ge Zhi. Kasihan sekali wanita secantik itu harus mati.

Pfft! Padahal begitu Yin Ge Zhi menyusulnya, dia langsung membopong Feng Yue dan membawanya lari lebih cepat dari sana. Fiuh! Feng Yue lega. Yin Ge Zhi menyuruhnya untuk membawa pengawal kalau lain kali dia keluar lagi. Kalau dia sampai tertangkap lagi, takutnya dia tidak akan seberuntung sekarang.

"Apakah Tuanku ingin hamba membawa Guan Zhi? Kalau hamba membawa Ling Shu, takutnya akan bertambah satu korban tak bersalah."

"Boleh."

Hah? Boleh? Padahal Feng Yue cuma asal bicara, tapi Yin Ge Zhi ternyata setuju untuk memberikan pengawalnya padanya? Heran dia, dia pikir dia mengenal Yin Ge Zhi, tapi sepertinya dia tidak begitu memahaminya.

Tepat saat mereka tiba di gerbang kota, mereka dihentikan para penjaga kota yang kemudian mengawalnya ke Zhou Zhen Shan di sebuah tempat yang cukup terpencil, jauh dari pemukiman penduduk. Dia adalah salah satu bekingannya Zhao Lin. Orangnya pakai topeng, tapi Yin Ge Zhi bisa langsung tahu dia siapa.

Saat Zhou Zhen Shan menanyai alasan Yin Ge Zhi menyerang Zhao Lin, Yin Ge Zhi dengan mulus berbohong bahwa dia diancam Putra Mahkota untuk memilih antara menyingkirkan Zhao Lin atau dia akan dipenjara. Dia memang punya hubungan baik dengan Jenderal Yi, tapi jika nyawanya terancam bahaya, maka dia hanya akan memikirkan dirinya sendiri.

Oh, begitu? Kalau begitu, terpaksa Zhou Zhen Shan harus menggunakan cara paling cepat. Yaitu, membunuh Yin Ge Zhi. Kematiannya akan membuat Putra Mahkota kerepotan untuk sementara waktu sehingga mereka akan punya cukup waktu untuk memikirkan jalan keluar untuk Zhao Lin.

Namun Yin Ge Zhi maupun Feng Yue malah santai-santai saja menghadapi situasi ini. Feng Yue bahkan menyerahkan dirinya ke dalam penjagaan Yin Ge Zhi sepenuhnya, karena dia tahu bahwa dalam pelukannya-lah, tempat paling aman saat ini.

Sikapnya ini tak pelak membuat Yin Ge Zhi tidak bisa tidak membanding-bandingkan Feng Yue dengan Nona Yi. Feng Yue tidak pernah menyebabkan masalah untuknya, jauh beda dengan Nona Yi yang super duper heboh saat menghadapi bahaya. 

Nona Yi tidak pernah bisa memahaminya sebagaimana Feng Yue memahaminya, dan sebenarnya Nona Yi tuh egois karena cuma memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Bahkan saat akhirnya dia selamat pun, Nona Yi malah menyalahkannya alih-alih berterima kasih padanya, padahal Yin Ge Zhi sampai terluka gara-gara kehebohannya.

Para prajuritnya Zhou Zhen Shan mulai menyerangnya, namun Yin Ge Zhi dengan kecepatan cahaya menerjang semuanya dan dengan mudah menembus pertahanan Zhou Zhen Shan dan menempelkan pedang ke lehernya dengan ekspresi wajah yang sangat menakutkan.

"Aku boleh mati, bagaimana kalau Tuan Zhou menemaniku?" ujar Yin Ge Zhi.

Tepat saat itu juga, pintu mendadak ditendang lalu muncullah Putra Mahkota dengan membawa pasukan kerajaan. Kedatangannya sontak membuat Zhou Zhen Shan merasa terselamatkan dan langsung memfitnah Yin Ge Zhi mau membunuhnya.

Bah! Feng Yue sontak kesal melabraknya, "apakah semua pejabat suka berbohong dengan tidak tahu malu? Tadi kau menyuruh Yang Mulia Pangeran Yin untuk tidak ikut campur dalam kasus Zhao Lin. Saat dia menolak, kau langsung memerintahkan pasukanmu untuk membunuhnya. Sekarang kau ketahuan, kau berani memfitnahnya?!"

Zhou Zhen Shan sontak ketakutan bukan main hingga dia kesulitan bicara. Yin Ge Zhi pun santai memberitahu Putra Mahkota tentang rencana Zhou Zhen Shan terhadapnya secara terperinci. Padahal Zhou Zhen Shan bahkan tidak pernah memberitahu Yin Ge Zhi tentang rencananya, tapi Yin Ge Zhi bisa mengetahuinya secara mendetil.

Dia dibawa ke tempat yang sangat terpencil ini supaya tidak ada seorang pun yang akan tahu kalau dia mati di sini. Zhou Zhen Shan bahkan sudah menyiapkan kotak di pojokan halaman sana untuk mengangkut mayatnya keluar kota tanpa ketahuan.

Wajah Putra Mahkota masih tampak ramah mendengar semua itu, bahkan melepaskan pedangnya Yin Ge Zhi dari Zhou Zhen Shan yang otomatis membuat Zhou Zhen Shan lega, mengira dirinya selamat dari Yin Ge Zhi.

Dia memang selamat dari Yin Ge Zhi, tapi tidak dari Putra Mahkota sendiri yang tiba-tiba saja menusuk dadanya tanpa ampun. 

"Aku tidak ingin membunuhnya, jadi aku membunuhmu," ujar Putra Mahkota sambil tetap menampilkan senyuman ramahnya tapi tatapan matanya sedingin gunung es saat dia semakin menekan tusukannya, lalu Zhou Zhen Shan pun mati. 

Lalu dengan cepat pasukannya Putra Mahkota mengurus mayat Zhou Zhen Shan dan membersihkan TKP. Dari mana Putra Mahkota tahu? Dari Feng Yue. Tadi sebelum Feng Yue diculik, yang dia selipkan ke tangan Madam Jin adalah lencana keluarga Nangong pemberian Putra Mahkota. 

Putra Mahkota senang, dia awalnya berpikir bahwa Feng Yue cuma butuh bantuannya, tak disangka kalau Feng Yue justru memberinya hadiah besar. Hanya saja Putra Mahkota memang agak telat datangnya, soalnya dia juga awalnya tidak tahu harus mencari ke mana, baru setelah mendengar dari beberapa saksi mata yang melihat mereka berdua dikawal banyak prajurit ke tempat ini, dia akhirnya menemukan mereka.

Masalah sudah selesai, Putra Mahkota kemudian mengajak mereka makan bersama di Menara Wangxiang. Dia keluarga kerajaan tapi mau makan di rumah makan rakyat jelata karena menurutnya, justru seorang pemimpin negara harus mengetahui dan memahami rakyatnya, alih-alih terus mengurung diri di dalam istana. Namun tentu saja, bukan berarti dia keluar dengan seenaknya, pengawalnya ada di berbagai tempat rahasia yang siap melindunginya setiap saat. 

Sampai di restoran, Putra Mahkota langsung membawa mereka ke ruang private. Sembari menunggu makanan tiba, kedua pria mulai saling memancing tentang siapa kandidat terbaik untuk menggantikan posisi Zhao Lin dan Zhou Zhen Shan.

Putra Mahkota mencoba memancing Yin Ge Zhi untuk mempromosikan kedua muridnya, tapi Yin Ge Zhi pura-pura tak mau terlibat dalam urusan Negara Wu, dan menolak merekomendasikan kedua muridnya yang masih muda dan belum berpengalaman.

Feng Yue diam saja pura-pura tak mengerti, padahal dia sadar betul bahwa Putra Mahkota sedang berusaha memancing Yin Ge Zhi supaya Yin Ge Zhi merasa berutang budi padanya, sedangkan Yin Ge Zhi pura-pura sok suci untuk memancing Putra Mahkota ke dalam jebakannya. Keduanya tidak mudah, sepertinya makan bersama mereka bisa membuatnya mengalami gangguan pencernaan.

Tepat saat itu juga, mendadak Putra Mahkota meminta pendapat Feng Yue tentang kedua muridnya Yin Ge Zhi. Hadeh! Feng Yue kesal diseret dalam masalah mereka. Namun tentu saja dia harus berakting pura-pura bodoh dan hanya berkomentar bahwa kedua muridnya Yin Ge Zhi sangat tampan rupawan, dia tidak tahu menahu tentang masalah lainnya.

Jawabannya benar-benar terdengar sangat naif sampai membuat Putra Mahkota cuma bisa menghela napas. Terpaksalah akhirnya dia yang harus berterus terang bahwa dia ingin merekrut kedua muridnya Yin Ge Zhi untuk menggantikan posisinya Zhao Lin dan Zhou Zhen Shan.

Yin Ge Zhi pura-pura kurang setuju, mengklaim bahwa dia bahkan belum bisa membuat kedua muridnya mematuhinya sepenuhnya. Putra Mahkota mana percaya, jelas-jelas kedua muridnya Yin Ge Zhi sangat patuh padanya. 

Baiklah, Yin Ge Zhi pun mengalah dengan tak berdaya, padahal memang ini yang dia mau. Segalanya benar-benar berjalan sesuai rencananya. Makanan akhirnya datang tak lama kemudian. Feng Yue sudah kelaparan, eh kedua pria malah saling lempar puisi dan pujian dengan kata-kata super puitis. 

Hadeh! Tidak tahan lagi, Feng Yue buru-buru menyela mereka karena dia hanya berani makan kalau Putra Mahkota sudah mengangkat sumpitnya, dan begitu Putra Mahkota mengangkat sumpitnya, Feng Yue langsung bergerak cepat bak angin puting beliung menyedot semua makanan di meja. Bahkan Yin Ge Zhi yang juga kelaparan, sampai tidak kebagian satu pun sehingga dia harus memesan lagi.

Putra Mahkota sampai keheranan melihatnya, "apakah Yang Mulia membuatnya kelaparan di rumah?" 

Yin Ge Zhi menyangkal, "Dia memang makan banyak di rumah sederhana saya." (dia bahkan makan lebih banyak daripada babi, pikir Yin Ge Zhi)

Melihatnya makan selahap itu, Putra Mahkota jadi ikutan lapar dan akhirnya ikutan makan. Rasa makanan di restoran ini memang enak. Pantas saja mereka membangun sampai 10 lantai. Yin Ge Zhi setuju dan menyarankan supaya Putra Mahkota membuat kaligrafi untuk mempromosikan restoran ini. Putra Mahkota langsung setuju.

Setelah melihat Putra Mahkota membuat dan menyerahkan kaligrafinya pada pemilik restoran, Feng Yue baru ingat sesuatu. Pemilik asli restoran ini sebenarnya adalah Yin Ge Zhi. Pfft!

Gan Jiang pernah bilang bahwa restoran ini terdaftar atas nama salah satu anak buahnya Yin Ge Zhi dan ini merupakan bisnisnya yang paling menguntungnya, dan baru saja Putra Mahkota tanpa sadar sedang membantu Yin Ge Zhi mempromosikan tempat ini. 

Putra Mahkota yang tidak tahu apa-apa, usai makan dan membuat kaligrafi, langsung membawa mereka ke toko baju untuk mengganti baju mereka yang kotor. Rencananya setelah ini, dia mau ikut pergi ke lapangan pelatihan untuk menemui kedua muridnya Yin Ge Zhi.

Di toko itu, Putra Mahkota tak sengaja melihat sebuah gaun mewah berwarna kemerahan yang pasti cocok untuk Feng Yue. Yin Ge Zhi setuju, Feng Yue pun dengan senang hati masuk ke ruang ganti untuk mencobanya. Dengan keberadaan dua pria di sini, dia kan tidak perlu bayar.

Toko ini sepertinya mahal, mungkin para pelanggannya sangat ekslusif, makanya toko ini terlihat sepi. Berhubung sepi, jadi kedua pria bisa bebas membicarakan tentang kasus Zhao Lin.

Kebanyakan pejabat memihak Zhao Lin, tapi jumlah rakyat jauh lebih banyak. Kasus korupsinya Zhao Lin sudah menyebar di masyarakat, dan banyak masyarakat yang menderita karena dia. Karena itulah, Putra Mahkota ingin memicu kemarahan publik untuk menekan para pejabat pendukung Zhao Lin.

Namun tepat saat itu juga, Nona Yi mendadak muncul di sana dan menyapa mereka dengan riang. Kedua pria sontak gugup melihatnya, apalagi saat Nona Yi mengaku bahwa dia datang untuk mengambil pesanan bajunya, dan baju yang dimaksudnya itu adalah baju yang sekarang sedang dicoba Feng Yue di ruang ganti. Gawat!

Bahkan pemilik toko pun jadi tegang saat Nona Yi menanyakan keberadaan baju pesanannya. Parahnya lagi, Feng Yue yang belum tahu situasi di luar, santai saja membuka ruang ganti.

Yin Ge Zhi sontak bergerak secepat kilat mendorong Feng Yue kembali ke dalam ruang ganti sebelum Nona Yi berbalik, dan Putra Mahkota berusaha mengajaknya pergi secepatnya.

Namun Nona Yi barusan sempat melihat kilasan baju berwarna kemerahan, makanya dia bingung, apakah ada wanita lain yang memakai baju pesanannya? Pemilik toko baju berbohong menyangkal, yang dipakai wanita di dalam adalah baju warna aprikot.

Benarkah? Nona Yi bingung. Dan di mana Yin Ge Zhi? Kok mendadak menghilang sekarang? Putra Mahkota mengklaim bahwa Yin Ge Zhi sudah pergi duluan, ada urusan mendadak.

Nona Yi jadi bad mood mendengarnya, akhirnya dia sendiri yang mengajak Putra Mahkota pergi untuk melihat festival lampion malam ini. Oke! Putra Mahkota pun bergegas membawanya keluar dari toko itu. Aman!

Bersambung...

Post a Comment

0 Comments