Setelah itu, Lisa lanjut menemui Ploy. Tapi Ploy lagi ngambek sama dia gara-gara sekarang dia sibuk pacaran dan melupakan temannya. Lihat saja nanti, Ploy bersumpah akan mendapatkan pacar juga. Oh? Siapakah pria itu? Apakah Chavit punya kesempatan?
Tepat saat itu juga, Chavit datang juga dengan penampilan baru menirukan gayanya Tuan Tharathorn semasa muda. Ploy kan maunya punya cowok yang kayak ayahnya. Wkwkwk!
Ploy tidak bisa berhenti ngakak melihat penampilannya, tapi ingat baik-baik, jalan Chavit masih panjang. Oh?... Maksudnya? Apakah ini artinya, Ploy akan mempertimbangkan Chavit? Chavit senang, jadi apa rencana Ploy setelah makan siang?
"Tidak ada. Tapi, kupikir aku akan mengunjungi salon."
Mendengar itu, Chavit mendadak mendekat hanya untuk mengendus bau rambutnya Ploy yang masih wangi. Ngapain mau ke salon? Ploy mengoreksi, dia ke salon bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk nganterin Chavit. Memangnya Chavit tidak mau mencuci rambutnya yang sudah sekaku baja karena kebanyakan hairspray itu? Oh, iya juga.
"Berjanjilah padaku, kau tidak akan berdandan dan menata rambutmu seperti itu lagi."
"Aku berjanji."
Usai nyalon di mall, mereka malah melihat Saruch sedang jalan bersama wanita lain yang ternyata adalah Meena. Sontak saja Chavit langsung emosi mau melabrak Saruch, tapi Ploy dengan cepat mencegahnya. Lebih baik serahkan masalah ini pada Lisa, ini urusan pribadi Lisa.
Namun saat Lisa menelepon Saruch dan menanyakan masalah ini, ternyata Saruch mengaku bahwa tadi dia jalan sama adiknya. Hah? Meena ternyata adiknya Saruch.
Saruch mengaku bahwa dia memang sengaja tidak memberitahu siapa-siapa tentang hubungannya dengan Meena karena takut jadi bahan gosip. Sekarang saja Meena sudah banyak digosipkan bisa masuk perusahaan karena ordal (emang iya). Meena ingin membuktikan bahwa gosipan itu salah dengan pencapaiannya. Hmm, benarkah?
Oh, tidak. Bad feeling-nya Poom dan Petch tentang Saruch itu benar. Dia dan keluarganya jelas bukan keluarga baik-baik. Dia dan Meena memang sengaja menarget masuk ke perusahaan JT dengan tujuan khusus. Yaitu, mendekati keluarga Jutathep dan Dhevaprom, terutama membuat Petch jatuh cinta pada Meena.
Fah melewatkan makan siang demi menelepon dokter, berusaha meminta jadwal temu lebih cepat, tapi tetap tidak bisa. Dia jadi frustasi karenanya.
Tepat saat itu juga, Petch muncul membawakan makanan dan minuman untuknya, dan sekali lagi menawarkan bantuannya untuk Ibunya Fah. Salah satu sepupunya, Chat, adalah seorang dokter. Dia bisa bertanya pada Chat kalau Fah mau.
Namun Fah keras kepala untuk berusaha sendiri dulu. Kalau benar-benar tidak bisa dan butuh bantuan, baru dia akan memberitahu Petch.
"Kau diam selama dua hari terakhir. Kau bisa memberitahuku kalau ada sesuatu yang menganggumu. Aku mengkhawatirkanmu."
Petch juga punya hadiah untuk Fah, sepasang sepatu baru untuk menggantikan sepatunya Fah yang kemarin copot satu. Jelas saja Fah jadi malu tapi juga khawatir, takutnya Petch mendengar sesuatu kemarin.
Bibi jadi khawatir melihat Fah tampak sedih terus sejak pulang dari Istana Jutathep. Apa yang terjadi di sana?
"Banyak hal yang terjadi."
"Dan bagaimana perasaanmu?"
"Sekarang aku mengerti mengapa Ibu mendambakan kehidupan seperti itu. Itu memang kehidupan yang indah dan nyaman. Rasanya seperti mimpi, Bibi Pon."
"Apa kau merasa kasihan pada ibumu?"
"Aku kasihan pada Ayah. Aku dulu bertanya-tanya mengapa Ibu tidak pernah puas dengan apa pun ketika Ayah melakukan yang terbaik yang dia bisa. Bagiku, semuanya sempurna."
Namun sekarang dia mengerti bahwa segala hal yang sempurna bagi mereka, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dimiliki keluarga bangsawan tersebut.
Kehidupan yang selalu ibunya impikan memang begitu sempurna. Orang biasa seperti mereka tidak akan pernah bisa memilikinya. Tak peduli seberapa keras Ayah berusaha, semua itu tetap tidak akan pernah cukup baik.
"Baru kusadari betapa menyakitkannya hal itu bagi Ayah dan Ibu."
Ploy masih ragu tentang keseriusan Chavit walaupun kedua orang tuanya sudah memmberi lampu hijau untuk hubungan mereka karena mereka bisa melihat bahwa sekarang Chavit sudah banyak berubah dan serius mengejar Ploy.
Keesokan paginya, Chavit datang dengan tujuan khusus untuk mengantar Ploy ke kantor, dan tak lupa bawa oleh-oleh untuk calon mertua, dan menyatakan bahwa dia juga akan mengantarkan Ploy pulang nanti.
Bukan berarti dia lagi nganggur sih, sibuk malah, tapi dia akan meluangkan waktu kosongnya khusus untuk Ploy. Ploy mau ke mana saja, dia akan meluangkan waktu untuk mengantarkannya. Aww, so sweet. Ploy pun senang.
Ploy mau ke klub olahraga, Chavit pun mengantarkannya ke sana dan menunggunya dengan bermain basket sendirian. Tak lama kemudian, tiba-tiba Ploy datang ke lapangan basket dengan dandanan rambut baru, lebih cantik dan lebih imut. Chavit seketika terpesona, mengira Ploy mau pergi ke suatu tempat, tapi Ploy malah bilang bahwa dia menata rambut cuma untuk bermain basket.
"Aku ingin perubahan. Lisa sudah punya pacar. Kupikir, ini saatnya bagiku untuk membuka diri kepada seseorang."
Pastinya, yang dia maksud adalah Chavit. Tapi... cinta juga tergantung keberuntungan. Kalau dia bisa memasukkan bola basketnya, maka dia akan berkencan dengan Chavit.
Ploy pun melempar bolanya. Hampir gagal sebenarnya, tapi Chavit langsung melompat ke ring untuk memasukkan bola itu. Pfft!
"Cinta kita tidak ada hubungannya dengan keberuntungan, tapi tergantung padaku," ujar Chavit, "mulai saat ini dan seterusnya, kau adalah pacarku. Oke?"
"Oke," Ploy setuju. Akhirnya! Chavit berterima kasih dan langsung memeluk pacar barunya dengan penuh kebahagiaan.
Di toilet kantor, Fah lagi-lagi ketemu gengnya Kanlaya, yang lagi-lagi menyindirnya tentang hubungannya dengan kedua sepupu Jutathep. Namun seperti biasanya, Fah sama sekali tak gentar dan dengan mudahnya membalas sindirannya.
Kanlaya jadi tambah kesal dan semakin sinis menggosipkannya dengan lantang, tidak sadar kalau Petch ada di luar, mendengarkan segalanya.
Sontak saja begitu Kanlaya keluar, dia langsung menegurnya dan mengancam akan memecatnya kalau mereka terus memfitnah rekan kerja mereka.
Rapat hari ini membahas adanya masalah yang terjadi di proyek mereka di Chiang Mai. Maka Petch pun memutuskan untuk pergi ke sana dengan membawa tim PR (Fah) dan tim pemasaran (Kanlaya dan Meena). Berangkat besok.
Petch sendiri yang datang ke Bibi Pon untuk meminta izin membawa Fah ke Chiang Mai. Sedangkan ibunya, seperti biasanya tidak mau keluar, jadi Fah beralasan kalau ibunya sudah tidur. Fah benar-benar jadi tidak enak hati pada Petch.
Walaupun kecewa, tapi Petch sama sekali tak mempermasalahkannya. Malah, dia memberikan kartu nama seorang dokter kenalannya untuk Fah. Setelah Petch pergi, Fah baru menyadari kalau ibunya melihat mereka dari jendela kamarnya dengan tak senang.
Bahkan gara-gara itu, besok paginya saat Fah hendak berangkat, Rumpa mendadak melarangnya pergi, dengan lagi-lagi, mengancam akan mati kalau Fah nekat pergi. Hadeh!
Dia sama sekali tidak peduli bahwa ini perjalanan dinas, pokoknya dia ngotot kalau Fah tidak boleh pergi. Dia tidak boleh jatuh cinta pada Petch. Lagipula Petch sudah punya tunangan, Sepupunya Fah sendiri. Apa Fah mau merebut tunangannya sepupunya?
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam