Setelah mengajak Joo Yeon pacaran, Tae Yoon tidak bisa mengantar Joo
Yeon pulang karena dipanggil oleh atasan. Dia merasa tidak enak tapi Joo
Yeon meyakinkannya untuk tidak mengkhawatirkannya dan segera pergi.
"Hari ini akan kuberitahu para atasan untuk tidak meneleponku sepulang kerja" canda Tae Yoon
"Lebih baik serahkan saja surat pengunduran diri" balas Joo Yeon
"Berhati-hatilah dalam perjalanan pulang"
"Ya, sunbae"
Setelah Tae Yoon pergi, Joo Yeon tersenyum dan teringat perkataan Tae
Yoon yang memintanya untuk pacaran dengannya, janji Tae Yoon yang
mengatakan bahwa dia akan berusaha sebaik mungkin dalam hubungan mereka
walaupun saat ini dia tidak bisa berjanji bahwa dia tidak akan berubah,
tidak bisa berjanji bahwa dia hanya akan memandang Joo Yeon seorang,
tidak bisa pula mengatakan bahwa dia mencintai Joo Yeon.
Joo Wan mengirim pesan padanya dan bertanya kapan Joo Yeon akan pulang.
Joo Yeon mengatakan bahwa dia akan segera tiba di rumah dalam waktu 20
menit dengan berjalan kaki karena sekarang dia sedang berada di area
dekat rumah.
Setelah mendapat pesan itu, Joo Wan langsung terburu-buru keluar rumah
untuk menunggu Joo Yeon di tangga depan rumah dengan membawa sebuket
bunga dan senyum di wajahnya.
Joo Yeon berjalan pulang dengan senyum bahagia merona diwajahnya.
Tiba-tiba ia dikejutkan oleh Joo Wan yang melompat didepannya lalu
menyerahkan sebuket bunga untuknya.
Buket itu adalah hadiah karena hari ini adalah perayaan 100 hari sejak Joo Wan kembali ke rumah Joo Yeon itu.
"Terima kasih telah tinggal bersamaku" kata Joo Wan
Joo Yeon tersenyum lalu menerima buket itu.
Joo Wan tiba-tiba teringat untuk memberitahu Joo Yeon bahwa tadi
oppa-nya Joo Yeon datang untuk menukar mobilnya dengan mobilnya Joo
Yeon. Joo Yeon mengatakan bahwa dia sudah mengetahuinya. Joo Wan lalu
bertanya apakah Joo Yeon sudah makan malam. Joo Yeon mengiyakannya, dia
pulang setelah selesai makan malam.
"Kau makan dengan siapa?" tanya Joo Wan yang masih tersenyum
Joo Yeon tiba-tiba merasa tidak enak untuk menjawab pertanyaannya "Dengan sunbae Kang"
Beberapa saat kemudian, Joo Wan yang berwajah sedih dan Joo Yeon yang
berwajah bahagia kembali ke kamar masing-masing dan teringat percakapan
mereka di tangga.
Flashback saat mereka duduk dan ngobrol di tangga, Joo Yeon bercerita bahwa tadi Tae Yoon memintanya untuk berpacaran dengannya.
"Tanpa bunga ataupun cincin? Bahkan tanpa mengatakan 'aku mencintaimu'? Apa bagusnya hal itu?" tanya Joo Wan
Joo Yeon mengatakan bahwa dia pikir ini adalah pacaran cara dewasa "Aku
sudah pernah menerima bunga dan cincin sebelumnya dan aku juga sudah
pernah mendengar kata 'aku mencintaimu'. Aku sudah melakukan semuanya. Tapi bagaimanapun juga, semua itu palsu. Semuanya berlalu seperti angin"
Joo Yeon bertanya-tanya apakah dia terlalu realistis. Setelah mengalami
begitu banyak hubungan yang buruk, ia tidak lagi memiliki harapan,
mungkin karena itulah dia menjadi seperti ini.
Joo Wan tersenyum dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja, dia akan terus membelikan bunga untuk Joo Yeon, juga cincin dan kata 'aku mencintaimu'.
Kembali ke masa kini, Joo Wan termenung sedih dan bernarasi bahwa dia
mengatakan semua itu tapi sebenarnya dia tidak baik-baik saja.
Sebenarnya dia ingin sekali bertanya pada Joo Yeon.
"Kenapa bukan aku? Kenapa harus orang itu? Apa kau benar-benar setulus
hati tidak mempermasalahkan cinta semacam itu?" (Oh Joo Wan *nangis*)
Keesokan malamnya, Joo Yeon yang baru pulang dari acara kencannya dengan
Tae Yoon, berlari terburu-buru masuk rumah karena dia kedinginan lalu
menempelkan tangannya ke teko yang sangat panas. Joo Yeon berteriak
kesakitan saat tangannya terkena panas teko sampai membuat Joo Wan
mengkhawatirkannya.
Saat Joo Wan memegang tangan Joo Yeon, ia merasakan tangan Joo Yeon
sangat dingin. Dia langsung memeriksa wajah Joo Yeon dan langsung tahu
bahwa seluruh tubuh Joo Yeon beku. Joo Wan bertanya kenapa seluruh
tubuhnya dingin sekali. Joo Yeon mengatakan bahwa tadi dia dan Tae Yoon
berkencan di taman.
"Di hari sedingin ini?" tanya Joo Wan keheranan
"Dia bilang di merasa sesak terkurung di gedung kantor"
"Di musim dingin? Hari ini udaranya sangat dingin. Seharusnya kau memakai sepatu high heels"
Joo Yeon mengatakan bahwa tadi dia mengira kakinya akan membeku. Joo Wan
langsung mengeluh, karena inilah dia tidak suka dengan Tae Yoon. Joo
Yeon mengatakan bahwa dia bisa menahannya.
Joo Wan menasehati Joo Yeon bahwa seharusnya tadi dia meminta Tae Yoon
untuk mencopot jasnya, apa Joo Yeon bahkan tidak bisa mengatakan bahwa
dia kedinginan pada Tae Yoon.
Joo Yeon mengatakan bahwa Tae Yoon tidak suka mendengar rengekan, Joo
Yeon sendiri juga tidak suka meminta pria melepaskan pakaian mereka
karena pria juga pasti kedinginan. Mendengar perkataan Joo Yeon itu, Joo
Wan langsung menyindir mereka sebagai pasangan yang serasi.
Joo Wan lalu mengeluh lirih "Apa bagusnya pria itu?"
Joo Yeon langsung melotot sebal mendengar keluhannya.
Joo Wan lalu mengeluh secara terang-terangan bahwa dia sebenarnya tidak
mau menjadi orang yang picik tapi sekali ini dia ingin menjadi picik. Ia
bertanya pada Joo Yeon apa bagusnya pria itu, apa yang Joo Yeon sukai
dari pria itu.
Joo Yeon memikirkannya dan teringat saat ia dan Tae Yoon sedang bekerja
membicarakan untuk membuat tim baru yang khusus menangani pembelian
barang dari luar negeri karena produk luar negeri yang mereka jual
kemarin mendapat respon yang bagus.
Tapi untuk sekarang ini Tae Yoon kurang setuju dengan ide itu karena
saat ini mereka tidak sanggup mempekerjakan pegawai lebih karena itulah
sebaiknya Joo Yeon berkonsentrasi pada kolaborasi dengan designer saja.
"Bagilah pekerjaanmu dengan Lee Min Jung untuk persiapan masa depan (rencana pembuatan tim baru)" ujar Tae Yoon
Menyadari bahwa sebenarnya Tae Yoon menyetujui ide pembuatan tim baru,
Joo Yeon bertanya apakah saat tim baru nanti terbentuk Tae Yoon akan
mengangkat Min Jung menjadi pemimpin timnya.
Kembali ke masa kini, Joo Yeon dan Joo Wan sedang duduk bersama di sofa
sambil menikmati secangkir minuman. Joo Yeon mengatakan pada Joo Wan
bahwa dia menyukai hal-hal semacam itu, kata-kata yang terucap secara
tiba-tiba dan membuat hatinya berdebar.
Perkataan Joo Yeon itu langsung membuat Joo Wan mengerti, Joo Wan pasti
terlihat tidak menarik bagi Joo Yeon karena Joo Wan bersikap baik pada
Joo Yeon secara terang-terangan tidak seperti Tae Yoon yang jual mahal.
"Aku juga bisa jual mahal. Apa aku perlu mencobanya sekarang?" keluh Joo Wan yang sedang cemburu
Lalu Joo Wan bertanya apa lagi yang Joo Yeon sukai dari Tae Yoon. Joo
Yeon mengatakan bahwa dia mengikuti nasehat Joo Wan yang mengatakan
bahwa cinta adalah menyukai seseorang tanpa alasan, karena itulah dia
menyukai Tae Yoon yah karena dia suka saja.
"Aku tidak mengajarimu hal itu agar kau menyukai pria lain" keluh Joo Wan
Joo Yeon mengatakan bahwa dia suka setiap kali dia merasa gugup dan
tidak nyaman saat bersama dengan Tae Yoon. Dan bukankah itu juga yang
pernah Joo Wan ajarkan padanya bahwa rasa gugup dan tidak nyaman itu
adalah debaran hati. Joo Wan langsung merengut.
Beberapa saat kemudian, mereka sedang mencuci piring bersama saat tiba-tiba saja Joo Wan mengatakan pada Joo Yeon.
"Hari ini kau terlihat cantik, Shing Shing"
Joo Yeon langsung memandanginya dengan keheranan. Joo Wan membela diri
bahwa dia hanya berusaha, lalu cepat-cepat pergi ke kamarnya. Joo Yeon
langsung tersenyum geli melihatnya.
Di kamarnya, Joo Wan berbaring di kasur dan berkata dalam hatinya bahwa
dia merasa dia lemah dalam cinta segitiga karena selama ini dia tidak
pernah mengalaminya. Joo Wan bertanya-tanya bagaimana caranya untuk
keluar dari kekacauan ini.
Keesokan harinya di kantor, Joo Yeon bertanya pada Hee Jae tentang daftar brand yang akan menandatangi kontrak dengan mereka.
Woo Young mengatakan bahwa dia yang menangani masalah itu karena Hee Jae
harus bekerja lembur di online shopping mall. Joo Yeon jadi merasa
tidak enak karena banyaknya pekerjaan yang harus mereka tangani karena
online shopping mall.
Hee Jae meyakinkannya bahwa dia tidak mempermasalahkannya bahkan jika
nanti dia ada waktu dia akan pergi ke pameran perhiasan untuk mengajak
penjual perhiasan bekerja sama dengan mereka. Joo Yeon memberitahu Hee
Jae bahwa Tae Yoon sudah pergi ke acara itu duluan.
Saat itu Tae Yoon kembali ke kantor dari acara pameran perhiasan lalu
menyerahkan laporan pada semua anggota tim dan khusus untuk Joo Yeon,
secara diam-diam Tae Yeon memberinya sebuah kotak perhiasan yang berisi
anting-anting.
Tae Yoon mengatakan pada anggota tim bahwa banyak brand perhiasan yang
tertarik untuk bekerja bersama mereka jadi sekarang Woo Young bisa
langsung mengatur pertemuan dengan brand yang ia rasa bagus.
Joo Yeon tersenyum senang melihat anting-anting itu tapi tiba-tiba Hee
Jae datang ke mejanya dan melihat anting-antingnya. Hee Jae langsung
mengeluh pada Tae Yoon karena membeli anting-anting hanya untuk Joo
Yeon. Tae Yoon langsung beralasan bahwa anting-anting itu berasal dari
sebuah brand yang bagus yang sebaiknya mereka uji.
Joo Yeon menyetujuinya dan meminta anting-antingnya dari Hee Jae tapi
Hee Jae langsung meminta agar anting-anting diberikan untuknya saja
karena dia selama ini sudah bekerja keras untuk tim mereka. Saat Joo
Yeon bingung harus bagaimana, Tae Yoon tiba-tiba mengejutkannya dengan
mengiyakan permintaan Hee Jae dan memberikan anting-anting itu pada Hee
Jae.
Joo Yeon pergi ke kamar kecil untuk membangunkan Min Jung yang sedang tertidur didalam salah satu bilik toilet.
Min Jung mengeluh karena dia merasa sangat lelah dan mengantuk bahkan
sekalipun dia sudah tidur setiap malam. Sejak ia hamil, Min Jung
menyadari bahwa manusia itu sama saja dengan hewan.
"Apapun yang kau lakukan, kau tidak bisa mengalahkan keinginan tubuhmu" ujar Min Jung
Joo Yeon bertanya apakah Min Jung sudah merasakan mual-mual di pagi
hari. Min Jung mengeluh mengiyakannya, semuanya terasa bau baginya.
Joo Yeon bertanya apakah Min Jung masih belum membuat keputusan tentang
bayinya, Joo Yeon menyarankan agar Min Jung segera membuat keputusan
sebelum terlambat.
"Aku akan melahirkannya" kata Min Jung
Min Jung mengatakan bahwa hal yang menganggunya adalah karena bayinya
adalah anak dari seseorang yang ia temui karena hubungan cinta satu
malam.
Tapi setelah Min Seok menyatakan perasaannya yang tulus dengan meminta
Min Jung untuk pacaran serius dengannya, Min Jung merasa Min Seok adalah
orang yang baik dan alangkah senangnya ia jika memiliki seorang putra
sebaik ayahnya.
"Kalau dia pria yang baik, maka bicarakan masalah ini dengannya" Joo Yeon memberi Min Jung nasehat tentang bayi mereka
Min Jung mengatakan bahwa sejak awal mereka memulai hubungan mereka
dengan saling mengetahui keinginan masing-masing yang sama-sama tidak
ingin menikah. Min Jung meminta Joo Yeon untuk mendukungnya saja karena
dia sudah memikirkan masalah ini jauh lebih banyak dari Joo Yeon.
Setelah Min Jung pergi, Joo yeon mendapat pesan dari 'ular berbisa' yang
marah pada Joo Yeon karena tadi Joo Yeon membuka kotak perhiasannya di
kantor dan akibatnya Hee Jae mencuri anting-anting darinya. Tae Yoon
lalu mengundang Joo Yeon untuk datang dan kerja lembur di rumahnya nanti
malam.
Joo Yeon memikirkan apa maksud kerja lembur, Joo Yeon ingat saat Tae
Yoon mengundangnya ke acara musikal dengan cara mengajaknya kerja
lembur. Dari situlah Joo Yeon mengerti apa maksud Tae Yoon dengan kerja
lembur, pasti kerja lembur yang 'itu'.
Tiba-tiba Joo Yeon panik karena dia lupa pakaian dalam apa yang tadi
pagi dipakainya. Dia mencoba mengingat kembali pakaian dalam yang tadi
pagi dikenakannya dan setelah ingat, Joo Yeon langsung mengangguk-angguk
senang.
Sesampainya ia di rumah Tae Yoon, Joo Yeon langsung merengut sedih saat
Tae Yoon memarahinya karena dia tidak membawa laptop padahal dia sudah
bilang bahwa mereka akan kerja lembur. Tae Yoon mengajaknya kerja lembur
untuk membantu Joo Yeon membuat presentasi yang akan dia sampaikan di
sebuah seminar nanti.
Tae Yoon lalu menyuruh Joo Yeon untuk duduk menulis komputernya saja,
namun saat dia sedang memberi Joo Yeon bimbingan, Joo Yeon malah terus
diam dan merengut.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak akan menulisnya?" tanya Tae Yoon
"Aku belum makan malam" ujar Joo Yeon yang mencoba menarik perhatian Tae Yoon
Tapi Tae Yoon malah ingin mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dulu dan
jika Joo Yeon lapar dia memesan makanan. Joo Yeon langsung merengut
sedih lagi dan hal itu tiba-tiba membuat Tae Yoon mengerti.
"Kau mengira ini kencan?"
Joo Yeon langsung mencibir "Dulu kau bilang kerja lembur dan kita malah nonton pertunjukan musikal"
Tae Yoon langsung tersenyum dan menawari Joo Yeon 'kerja lembur' apa yang ia suka, apa dia mau nonton, tapi Joo Yeon langsung menolaknya.
Tae Yoon sadar bahwa Joo Yeon sedang marah, ia lalu menggoda Joo Yeon
dengan mencubit pipinya sampai membuat Joo Yeon akhirnya bisa tersenyum.
Beberapa saat kemudian, mereka meneruskan pekerjaan mereka sambil makan jajangmyeon.
Joo Yeon bernarasi "Bagi kami untuk tiba-tiba berganti status hanya dengan kata 'mari berkencan',
kami telah menghabiskan terlalu banyak waktu sebagai sunbae dan hoobae .
Aku gugup jika memikirkan bahwa kami mungkin tidak akan pernah merasa
seolah hati kami mungkin akan meledak-ledak dengan hanya bersama-sama"
Saat Tae Yoon mengantarkannya pulang, Tae Yoon menggenggam tangannya.
Joo Yeon kembali melanjutkan narasinya "Tapi kami bisa berubah sedikit
demi sedikit, kurasa itu bagus juga"
Mereka bergandengan tangan sampai mereka tiba di depan rumahnya Joo
Yeon. Joo Yeon berterima kasih atas bimbingan seminar dari Tae Yoon
sementara Tae Yoon meminta maaf karena mereka tidak punya waktu untuk
melakukan kencan yang lebih layak.
"Tidak apa-apa. Membantuku bekerja itu lebih dari cukup"
Saat Tae Yoon masih belum melepaskan genggaman tangannya, Joo Yeon
bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Tae Yoon belum melepaskan tangannya,
apa mungkin Tae Yoon ingin menciumnya. Joo Yeon tiba-tiba teringat
percakapannya bersama anggota timnya.
Flashback saat Joo Yeon dan anggota timnya membicarakan masalah ciuman,
Min Jung mengatakan bahwa dia paling suka saat sebelum ciuman pertama
dimulai karena saat itu hatinya terasa berdebar kencang.
"Apa hari ini kami akan berciuman? Ini saat yang tepat. Menunggu dan
berharap sambil memikirkan hal itu. Berdebar-debar karena tidak tahu
kapan dia akan mendekat, rasanya sangat hebat" ujar Min Jung dengan
heboh
Hee Jae mengatakan bahwa jika si pria tidak menciumnya, dia akan merasa
sangat marah. Min Jung langsung setuju sementara Woo Young
bertanya-tanya kenapa harus pria yang memulai ciuman, wanita kan bisa
memulai duluan.
Min Jung mengataan tidak pantas jika wanita yang memulai ciuman pertama
terlebih dulu. Hee Jae membenarkannya, tidak apa-apa jika wanita memulai
ciuman duluan asalkan bukan saat ciuman pertama.
"Maksudku adalah berikan pria sebuah kesempatan, kau harus memberi pria
sebuah petunjuk agar dia berani mengambil tindakan" ujar Woo Young
Kembali ke masa kini, Joo Yeon bertanya-tanya dalam hatinya apakah Tae
Yoon merasa canggung karena selama ini mereka hanya sunbae-hoobae. Joo
Yeon bernarasi bahwa wanita di usia 30-an pasti memiliki teknik
berkencan yang bagus untuk memulai sebuah ciuman dan diapun memilikinya.
Joo Yeon lalu melanjutkan narasinya sambil menunjukan cara yang ia gunakan untuk memulai sebuah ciuman.
"Dekati dan sentuh bibirnya dengan lembut dan segera setelah kedua bibir
bersentuhan, langsung tarik kembali seolah ciuman tadi hanya gurauan.
Lalu tersenyum seperti anak kecil. Tidak ada pria yang akan berhenti
sampai disitu saja. Dalam waktu satu detik sebuah ciuman panas akan
dimulai"
Tae Yoon lalu membalas ciumannya.
Dan Joo Yeon langsung tersadar dari khayalannya sambil bertanya-tanya
dalam hatinya apakah teknik itu akan berhasil pada Tae Yoon. Pada
kenyataannya, mereka masih berdiri saling berhadapan dan menatap dengan
tangan Tae Yoon masih menggenggam tangan Joo Yeon.
Lalu Tae Yoon melepaskan tangan Joo Yeon dan menyuruhnya untuk segera
masuk dan tidur karena Joo Yeon pasti sudah lelah. Joo Yeon tersenyum
lalu pamit masuk rumah.
Tapi sesampainya di dalam rumah, Joo Yeon langsung merengut dan
bertanya-tanya kenapa Tae Yoon tidak menciumnya padahal sudah saatnya
dia melakukannya.
Joo Yeon teringat kembali percakapan tentang ciuman bersama anggota
timnya, Min Jung mengatakan bahwa jika seorang pria tidak mencium wanita
di kencan pertama mereka, itu karena pria itu memiliki sopan santun
yang baik.
Hee Jae mengatakan bahwa jika pada kencan kedua pria itu belum juga mencium pasangannya, maka itu artinya pria itu malu-malu.
BRAAAK!! Min Jung tiba-tiba menggebrak meja dengan marah, lalu sambil memandang Woo Young dengan curiga ia berkata.
"Tapi jika seorang pria masih belum juga mencium di kencan ketiga, aku akan curiga jangan-jangan dia adalah gay"
Woo Young langsung protes karena mereka memandanginya dengan curiga, ia
lalu meyakinkan semua orang bahwa dia selalu mencium di kencan kedua.
Kembali ke masa kini (aih, banyak amat flashback-nya >.<), Joo
Yeon penasaran kenapa Tae Yoon tidak menciumnya padahal dia bukan gay,
goguma saja memulainya dengan ciuman.
Joo Wan pulang dengan membawa sebuah boneka jerapah besar dan saat dia
bertemu dengan Tae Yoon di tangga depan rumah, Joo Wan serta merta
menyembunyikan jerapah besar itu dibelakang punggungnya padahal Tae Yoon
masih bisa melihat bonekanya dengan jelas.
Tae Yoon mencoba menyapanya dengan senyum tapi Joo Wan langsung
menanggapi sapaannya dengan ketus karena dia merasa tidak senang bertemu
dengan Tae Yoon.
"Kurasa itu hadiah untuk Joo Yeon" ujar Tae Yoon sambil menunjuk boneka
jerapahnya "Aku yakin Joo Yeon tidak punya selera yang terlalu girlish"
Joo Wan mengatakan bahwa dia dan Joo Yeon memiliki kenangan bersama dan
dia membeli boneka itu bukan karena dia kekanak-kanakan tapi karena si
jerapah itu menyimpan sebuah cerita.
"Apa kau menyukai Shin Joo Yeon?" tanya Tae Yoon
"Iya aku sangat menyukainya"
Tae Yoon langsung tersenyum mendengar jawabannya. Joo Wan langsung kesal
dan bertanya kenapa Tae Yoon malah tersenyum padahal dia mengatakan itu
untuk membuat Tae Yoon merasa gugup.
"Jika kau membeberkan semuanya, termasuk perasaanmu, itu sama sekali
tidak membuatku gugup. Karena kau membuat dirimu sendiri terlihat
seperti lawan yang tidak bisa menang dalam pertarungan ini. Aku juga
menyukai Joo Yeon tapi Joo Yeon juga menyukaiku. Dan cintamu bertepuk
sebelah tangan. Bukankah seharusnya kau yang merasa gugup?" ujar Tae
Yoon
Joo Wan mengatakan bahwa dia menyadari bahwa permainan ini tidak
menguntungkan baginya, dia sebenarnya tidak mempermasalahkan hal ini
tapi Tae Yoon yang terus menerus menunjukkan padanya bahwa permainan ini
tidak menguntungkan baginya membuat Joo Wan jadi merada marah pada Tae
Yoon.
"Kenapa orang berkencan?" tanya Joo Wan "Agar mereka menjadi bahagia
lebih daripada saat mereka sendirian. Buatlah dia bahagia dan
berhentilah membuatnya menangis. Jangan seret dia ke taman saat udara
dingin. Apa kau mengerti?"
"Sepertinya Joo Yeon tidak memberitahu semuanya, ada banyak momen yang indah"
Tae Yoon mengatakan jika Joo Wan tidak menyukainya dan tidak merasa
nyaman dengannya, bagaimana jika Joo Wan pindah saja. Lagipula mulai
sekarang dia dan Joo Yeon akan sering bertemu.
"Apa kau tidak berpikir bahwa Joo Yeon juga melihatmu sebagai beban?" tanya Tae Yoon
Joo Wan langsung gusar lalu memindahkan jerapahnya ke tangannya yang
sebelah "Aku tidak akan pergi. Terserah aku untuk memutuskannya"
Joo Wan lalu berjalan masuk rumah sementara Tae Yoon
menggeleng-gelengkan kepalanya dengan geli atas sikap Joo Wan yang
kekanak-kanakan barusan.
Sat Joo Wan sampai didepan pintu rumah, dia langsung mengeluh kesal
karena tempat itu adalah tempat yang sempurna untuk berciuman.
Didalam rumah, Joo Yeon bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Tae Yoon
tidak menciumnya, apakah dia tidak punya pesona sebagai wanita, atau
mungkin Tae Yeon masih menyukai Se Ryeong, apa Tae Yoon benar-benar
menyukainya. Joo Yeon langsung mengeluh karena lagi-lagi dia harus
merasakan neraka dalam berkencan.
Tae Yoon lalu mengiriminya pesan: Shin Joo Yeon, lain kali saat aku
mengantarmu pulang, tutuplah matamu. Jika kau memandangku dengan mata
besar itu, bagaimana bisa kau menciummu.
Joo Yeon langsung tersenyum bahagia membaca pesan itu.
Joo Wan tiba-tiba membuka pintu kamarnya sampai membuatnya terkejut dan
protes karena Joo Wan tidak mengetuk pintu dulu. Joo Wan lalu
mengeluarkan boneka jerapahnya dan Joo Yeon langsung mengulurkan
tangannya untuk mengambil boneka itu dengan senang, tapi sebelum Joo
Yein sempat melakukannya, Joo Wan langsung menarik boneka itu kembali
dan bertanya.
"Kekanak-kanakan atau tidak?"
"Apanya?"
"Boneka ini, kekanak-kanakan atau tidak?"
"Kau mungkin membelinya untuk kau berikan padaku, berikan saja" ujar Joo Yeon sambil mengambil boneka itu dari tangan Joo Wan
Joo Wan bertanya apakah Joo Yeon suka dan Joo Yeon langsung
mengiyakannya. Joo Wan langsung senang karena dia memang tahu perasaan
Shing Shing. Joo Wan begitu bahagia lalu memeluk Joo Yeon erat-erat.
Saat Tae Yoon sampai ke apartemennya, dia melihat Se Ryeong sedang
menunggunya di lorong depan apartemennya. Se Ryeong mengatakan bahwa
hari ini dia tidak masuk ke rumahnya. Tae Yoon bertanya apakah dia mabuk
dan Se Ryeong membenarkannya, dia minum-minum karena pekerjaannya.
"Kau mungkin akan mengolok-olokku karena mengatakan bahwa minum-minum adalah bagian dari pekerjaanku"
"Pulanglah, aku sudah bilang bahwa aku tidak mau lagi melihatmu diluar urusan kerja"
Se Ryeong mengerti, Tae Yoon pasti merasa lelah dengannya, tapi dia
mungkin akan merasakan hal yang sama pada Joo Yeon. Suatu hari Tae Yoon
pasti akan merasa lelah dengan Joo Yeon.
"Walaupun alasannya berbeda. Kau akan bertengkar dengannya, berbaikan,
bertengkar lagi, berbaikan lagi. Pada akhirnya cinta itu akan menjadi
berat. Lalu apakah kau masih akan pergi ke Joo Yeon?"
Tae Yoon yang masih memandangnya dengan wajah kaku langsung
mengiyakannya dengan dingin, dia lalu menyuruh Se Ryeong untuk pulang
karena dia tidak bisa membawa Se Ryeong masuk ke rumahnya. Tae Yoon lalu
masuk ke apartemennya dan meninggalkan Se Ryeong sendirian dan berusaha
keras menahan tangisnya.
Woo Young mengantarkan Hee Jae pulang dengan berjalan kaki karena dia
penasaran bagaimana caranya Hee Jae datang dan pulang kerja, apakah
rasanya berat jika setiap hari harus naik bis dan subway.
"Awalnya memang berat, tapi sekarang sudah terbiasa" kata Hee Jae
Ada sisi positif dari kebiasaan Hee Jae saat berangkat kerja itu, di bis
dia bisa mendengarkan lagu dan di subway dia bisa membaca buku.
Woo Young bertanya apakah besok pagi dia mau dijemput, Hee Jae
menolaknya karena rumah Woo Young jauh darinya dan lebih dekat ke
kantor, tapi Woo Young tidak mempermasalahkannya.
"Mulai besok pagi kau akan kujemput"
Lalu Woo Young menggandeng tangan Se Ryeong dan mereka melanjutkan perjalanan dengan bergandengan tangan.
Woo Young melihat ada sebuah lampu jalan di depan sebuah rumah bercat kuning.
"Aku akan menciummu dibawah lampu jalan itu" ujar Woo Young
Woo Young lalu membawanya menuju lampu jalan itu.
Saat mereka telah sampai dan Woo Young mendekat untuk menciumnya, Hee
Jae tiba-tiba teringat mantan pacarnya. Kenangan mantan pacarnya itu
langsung membuat Hee Jae mendorong Woo Young, mengucapkan selamat malam
lalu pergi dengan terburu-buru.
Woo Young jadi menyesal karena memberitahunya dulu, padahal dia memberitahunya dengan harapan Hee Jae akan menantikan ciumannya.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam