Sinopsis I Need Romance 3 episode 11 - part 1

 


Episode 11: Aku tidak ingin kehilanganmu

Setelah mengajak Joo Yeon pacaran, Tae Yoon tidak bisa mengantar Joo Yeon pulang karena dipanggil oleh atasan. Dia merasa tidak enak tapi Joo Yeon meyakinkannya untuk tidak mengkhawatirkannya dan segera pergi. 

"Hari ini akan kuberitahu para atasan untuk tidak meneleponku sepulang kerja" canda Tae Yoon

"Lebih baik serahkan saja surat pengunduran diri" balas Joo Yeon

"Berhati-hatilah dalam perjalanan pulang"

"Ya, sunbae"



Setelah Tae Yoon pergi, Joo Yeon tersenyum dan teringat perkataan Tae Yoon yang memintanya untuk pacaran dengannya, janji Tae Yoon yang mengatakan bahwa dia akan berusaha sebaik mungkin dalam hubungan mereka walaupun saat ini dia tidak bisa berjanji bahwa dia tidak akan berubah, tidak bisa berjanji bahwa dia hanya akan memandang Joo Yeon seorang, tidak bisa pula mengatakan bahwa dia mencintai Joo Yeon.


Joo Wan mengirim pesan padanya dan bertanya kapan Joo Yeon akan pulang. Joo Yeon mengatakan bahwa dia akan segera tiba di rumah dalam waktu 20 menit dengan berjalan kaki karena sekarang dia sedang berada di area dekat rumah.

Setelah mendapat pesan itu, Joo Wan langsung terburu-buru keluar rumah untuk menunggu Joo Yeon di tangga depan rumah dengan membawa sebuket bunga dan senyum di wajahnya. 


Joo Yeon berjalan pulang dengan senyum bahagia merona diwajahnya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh Joo Wan yang melompat didepannya lalu menyerahkan sebuket bunga untuknya. 


Buket itu adalah hadiah karena hari ini adalah perayaan 100 hari sejak Joo Wan kembali ke rumah Joo Yeon itu.

"Terima kasih telah tinggal bersamaku" kata Joo Wan

Joo Yeon tersenyum lalu menerima buket itu. 


Joo Wan tiba-tiba teringat untuk memberitahu Joo Yeon bahwa tadi oppa-nya Joo Yeon datang untuk menukar mobilnya dengan mobilnya Joo Yeon. Joo Yeon mengatakan bahwa dia sudah mengetahuinya. Joo Wan lalu bertanya apakah Joo Yeon sudah makan malam. Joo Yeon mengiyakannya, dia pulang setelah selesai makan malam.

"Kau makan dengan siapa?" tanya Joo Wan yang masih tersenyum

Joo Yeon tiba-tiba merasa tidak enak untuk menjawab pertanyaannya "Dengan sunbae Kang"


Beberapa saat kemudian, Joo Wan yang berwajah sedih dan Joo Yeon yang berwajah bahagia kembali ke kamar masing-masing dan teringat percakapan mereka di tangga.


Flashback saat mereka duduk dan ngobrol di tangga, Joo Yeon bercerita bahwa tadi Tae Yoon memintanya untuk berpacaran dengannya.

"Tanpa bunga ataupun cincin? Bahkan tanpa mengatakan 'aku mencintaimu'? Apa bagusnya hal itu?" tanya Joo Wan

Joo Yeon mengatakan bahwa dia pikir ini adalah pacaran cara dewasa "Aku sudah pernah menerima bunga dan cincin sebelumnya dan aku juga sudah pernah mendengar kata 'aku mencintaimu'. Aku sudah melakukan semuanya. Tapi bagaimanapun juga, semua itu palsu. Semuanya berlalu seperti angin"


Joo Yeon bertanya-tanya apakah dia terlalu realistis. Setelah mengalami begitu banyak hubungan yang buruk, ia tidak lagi memiliki harapan, mungkin karena itulah dia menjadi seperti ini.

Joo Wan tersenyum dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja, dia akan terus membelikan bunga untuk Joo Yeon, juga cincin dan kata 'aku mencintaimu'.


Kembali ke masa kini, Joo Wan termenung sedih dan bernarasi bahwa dia mengatakan semua itu tapi sebenarnya dia tidak baik-baik saja. Sebenarnya dia ingin sekali bertanya pada Joo Yeon.

"Kenapa bukan aku? Kenapa harus orang itu? Apa kau benar-benar setulus hati tidak mempermasalahkan cinta semacam itu?" (Oh Joo Wan *nangis*)


Keesokan malamnya, Joo Yeon yang baru pulang dari acara kencannya dengan Tae Yoon, berlari terburu-buru masuk rumah karena dia kedinginan lalu menempelkan tangannya ke teko yang sangat panas. Joo Yeon berteriak kesakitan saat tangannya terkena panas teko sampai membuat Joo Wan mengkhawatirkannya. 


Saat Joo Wan memegang tangan Joo Yeon, ia merasakan tangan Joo Yeon sangat dingin. Dia langsung memeriksa wajah Joo Yeon dan langsung tahu bahwa seluruh tubuh Joo Yeon beku. Joo Wan bertanya kenapa seluruh tubuhnya dingin sekali. Joo Yeon mengatakan bahwa tadi dia dan Tae Yoon berkencan di taman.

"Di hari sedingin ini?" tanya Joo Wan keheranan

"Dia bilang di merasa sesak terkurung di gedung kantor"

"Di musim dingin? Hari ini udaranya sangat dingin. Seharusnya kau memakai sepatu high heels"

Joo Yeon mengatakan bahwa tadi dia mengira kakinya akan membeku. Joo Wan langsung mengeluh, karena inilah dia tidak suka dengan Tae Yoon. Joo Yeon mengatakan bahwa dia bisa menahannya.


Joo Wan menasehati Joo Yeon bahwa seharusnya tadi dia meminta Tae Yoon untuk mencopot jasnya, apa Joo Yeon bahkan tidak bisa mengatakan bahwa dia kedinginan pada Tae Yoon. 

Joo Yeon mengatakan bahwa Tae Yoon tidak suka mendengar rengekan, Joo Yeon sendiri juga tidak suka meminta pria melepaskan pakaian mereka karena pria juga pasti kedinginan. Mendengar perkataan Joo Yeon itu, Joo Wan langsung menyindir mereka sebagai pasangan yang serasi.


Joo Wan lalu mengeluh lirih "Apa bagusnya pria itu?"

Joo Yeon langsung melotot sebal mendengar keluhannya. 

Joo Wan lalu mengeluh secara terang-terangan bahwa dia sebenarnya tidak mau menjadi orang yang picik tapi sekali ini dia ingin menjadi picik. Ia bertanya pada Joo Yeon apa bagusnya pria itu, apa yang Joo Yeon sukai dari pria itu.


Joo Yeon memikirkannya dan teringat saat ia dan Tae Yoon sedang bekerja membicarakan untuk membuat tim baru yang khusus menangani pembelian barang dari luar negeri karena produk luar negeri yang mereka jual kemarin mendapat respon yang bagus. 

Tapi untuk sekarang ini Tae Yoon kurang setuju dengan ide itu karena saat ini mereka tidak sanggup mempekerjakan pegawai lebih karena itulah sebaiknya Joo Yeon berkonsentrasi pada kolaborasi dengan designer saja.


"Bagilah pekerjaanmu dengan Lee Min Jung untuk persiapan masa depan (rencana pembuatan tim baru)" ujar Tae Yoon 

Menyadari bahwa sebenarnya Tae Yoon menyetujui ide pembuatan tim baru, Joo Yeon bertanya apakah saat tim baru nanti terbentuk Tae Yoon akan mengangkat Min Jung menjadi pemimpin timnya.

"Hari ini kau cantik Shin Joo Yeon" ujar Tae Yoon tiba-tiba


Kembali ke masa kini, Joo Yeon dan Joo Wan sedang duduk bersama di sofa sambil menikmati secangkir minuman. Joo Yeon mengatakan pada Joo Wan bahwa dia menyukai hal-hal semacam itu, kata-kata yang terucap secara tiba-tiba dan membuat hatinya berdebar.

Perkataan Joo Yeon itu langsung membuat Joo Wan mengerti, Joo Wan pasti terlihat tidak menarik bagi Joo Yeon karena Joo Wan bersikap baik pada Joo Yeon secara terang-terangan tidak seperti Tae Yoon yang jual mahal.

"Aku juga bisa jual mahal. Apa aku perlu mencobanya sekarang?" keluh Joo Wan yang sedang cemburu


Lalu Joo Wan bertanya apa lagi yang Joo Yeon sukai dari Tae Yoon. Joo Yeon mengatakan bahwa dia mengikuti nasehat Joo Wan yang mengatakan bahwa cinta adalah menyukai seseorang tanpa alasan, karena itulah dia menyukai Tae Yoon yah karena dia suka saja.

"Aku tidak mengajarimu hal itu agar kau menyukai pria lain" keluh Joo Wan

Joo Yeon mengatakan bahwa dia suka setiap kali dia merasa gugup dan tidak nyaman saat bersama dengan Tae Yoon. Dan bukankah itu juga yang pernah Joo Wan ajarkan padanya bahwa rasa gugup dan tidak nyaman itu adalah debaran hati. Joo Wan langsung merengut.


Beberapa saat kemudian, mereka sedang mencuci piring bersama saat tiba-tiba saja Joo Wan mengatakan pada Joo Yeon.

"Hari ini kau terlihat cantik, Shing Shing"

Joo Yeon langsung memandanginya dengan keheranan. Joo Wan membela diri bahwa dia hanya berusaha, lalu cepat-cepat pergi ke kamarnya. Joo Yeon langsung tersenyum geli melihatnya.


Di kamarnya, Joo Wan berbaring di kasur dan berkata dalam hatinya bahwa dia merasa dia lemah dalam cinta segitiga karena selama ini dia tidak pernah mengalaminya. Joo Wan bertanya-tanya bagaimana caranya untuk keluar dari kekacauan ini.


Keesokan harinya di kantor, Joo Yeon bertanya pada Hee Jae tentang daftar brand yang akan menandatangi kontrak dengan mereka. 

Woo Young mengatakan bahwa dia yang menangani masalah itu karena Hee Jae harus bekerja lembur di online shopping mall. Joo Yeon jadi merasa tidak enak karena banyaknya pekerjaan yang harus mereka tangani karena online shopping mall.

Hee Jae meyakinkannya bahwa dia tidak mempermasalahkannya bahkan jika nanti dia ada waktu dia akan pergi ke pameran perhiasan untuk mengajak penjual perhiasan bekerja sama dengan mereka. Joo Yeon memberitahu Hee Jae bahwa Tae Yoon sudah pergi ke acara itu duluan. 


Saat itu Tae Yoon kembali ke kantor dari acara pameran perhiasan lalu menyerahkan laporan pada semua anggota tim dan khusus untuk Joo Yeon, secara diam-diam Tae Yeon memberinya sebuah kotak perhiasan yang berisi anting-anting. 


Tae Yoon mengatakan pada anggota tim bahwa banyak brand perhiasan yang tertarik untuk bekerja bersama mereka jadi sekarang Woo Young bisa langsung mengatur pertemuan dengan brand yang ia rasa bagus.

Joo Yeon tersenyum senang melihat anting-anting itu tapi tiba-tiba Hee Jae datang ke mejanya dan melihat anting-antingnya. Hee Jae langsung mengeluh pada Tae Yoon karena membeli anting-anting hanya untuk Joo Yeon. Tae Yoon langsung beralasan bahwa anting-anting itu berasal dari sebuah brand yang bagus yang sebaiknya mereka uji.

Joo Yeon menyetujuinya dan meminta anting-antingnya dari Hee Jae tapi Hee Jae langsung meminta agar anting-anting diberikan untuknya saja karena dia selama ini sudah bekerja keras untuk tim mereka. Saat Joo Yeon bingung harus bagaimana, Tae Yoon tiba-tiba mengejutkannya dengan mengiyakan permintaan Hee Jae dan memberikan anting-anting itu pada Hee Jae.


Joo Yeon pergi ke kamar kecil untuk membangunkan Min Jung yang sedang tertidur didalam salah satu bilik toilet. 


Min Jung mengeluh karena dia merasa sangat lelah dan mengantuk bahkan sekalipun dia sudah tidur setiap malam. Sejak ia hamil, Min Jung menyadari bahwa manusia itu sama saja dengan hewan.

"Apapun yang kau lakukan, kau tidak bisa mengalahkan keinginan tubuhmu" ujar Min Jung

Joo Yeon bertanya apakah Min Jung sudah merasakan mual-mual di pagi hari. Min Jung mengeluh mengiyakannya, semuanya terasa bau baginya. 


Joo Yeon bertanya apakah Min Jung masih belum membuat keputusan tentang bayinya, Joo Yeon menyarankan agar Min Jung segera membuat keputusan sebelum terlambat.

"Aku akan melahirkannya" kata Min Jung

Min Jung mengatakan bahwa hal yang menganggunya adalah karena bayinya adalah anak dari seseorang yang ia temui karena hubungan cinta satu malam. 

Tapi setelah Min Seok menyatakan perasaannya yang tulus dengan meminta Min Jung untuk pacaran serius dengannya, Min Jung merasa Min Seok adalah orang yang baik dan alangkah senangnya ia jika memiliki seorang putra sebaik ayahnya.


"Kalau dia pria yang baik, maka bicarakan masalah ini dengannya" Joo Yeon memberi Min Jung nasehat tentang bayi mereka

Min Jung mengatakan bahwa sejak awal mereka memulai hubungan mereka dengan saling mengetahui keinginan masing-masing yang sama-sama tidak ingin menikah. Min Jung meminta Joo Yeon untuk mendukungnya saja karena dia sudah memikirkan masalah ini jauh lebih banyak dari Joo Yeon.


Setelah Min Jung pergi, Joo yeon mendapat pesan dari 'ular berbisa' yang marah pada Joo Yeon karena tadi Joo Yeon membuka kotak perhiasannya di kantor dan akibatnya Hee Jae mencuri anting-anting darinya. Tae Yoon lalu mengundang Joo Yeon untuk datang dan kerja lembur di rumahnya nanti malam.

Joo Yeon memikirkan apa maksud kerja lembur, Joo Yeon ingat saat Tae Yoon mengundangnya ke acara musikal dengan cara mengajaknya kerja lembur. Dari situlah Joo Yeon mengerti apa maksud Tae Yoon dengan kerja lembur, pasti kerja lembur yang 'itu'

Tiba-tiba Joo Yeon panik karena dia lupa pakaian dalam apa yang tadi pagi dipakainya. Dia mencoba mengingat kembali pakaian dalam yang tadi pagi dikenakannya dan setelah ingat, Joo Yeon langsung mengangguk-angguk senang.


Sesampainya ia di rumah Tae Yoon, Joo Yeon langsung merengut sedih saat Tae Yoon memarahinya karena dia tidak membawa laptop padahal dia sudah bilang bahwa mereka akan kerja lembur. Tae Yoon mengajaknya kerja lembur untuk membantu Joo Yeon membuat presentasi yang akan dia sampaikan di sebuah seminar nanti.


Tae Yoon lalu menyuruh Joo Yeon untuk duduk menulis komputernya saja, namun saat dia sedang memberi Joo Yeon bimbingan, Joo Yeon malah terus diam dan merengut.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak akan menulisnya?" tanya Tae Yoon

"Aku belum makan malam" ujar Joo Yeon yang mencoba menarik perhatian Tae Yoon


Tapi Tae Yoon malah ingin mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dulu dan jika Joo Yeon lapar dia memesan makanan. Joo Yeon langsung merengut sedih lagi dan hal itu tiba-tiba membuat Tae Yoon mengerti.

"Kau mengira ini kencan?"

Joo Yeon langsung mencibir "Dulu kau bilang kerja lembur dan kita malah nonton pertunjukan musikal"

Tae Yoon langsung tersenyum dan menawari Joo Yeon 'kerja lembur' apa yang ia suka, apa dia mau nonton, tapi Joo Yeon langsung menolaknya. 


Tae Yoon sadar bahwa Joo Yeon sedang marah, ia lalu menggoda Joo Yeon dengan mencubit pipinya sampai membuat Joo Yeon akhirnya bisa tersenyum.


Beberapa saat kemudian, mereka meneruskan pekerjaan mereka sambil makan jajangmyeon. 

Joo Yeon bernarasi "Bagi kami untuk tiba-tiba berganti status hanya dengan kata 'mari berkencan', kami telah menghabiskan terlalu banyak waktu sebagai sunbae dan hoobae . Aku gugup jika memikirkan bahwa kami mungkin tidak akan pernah merasa seolah hati kami mungkin akan meledak-ledak dengan hanya bersama-sama"


Saat Tae Yoon mengantarkannya pulang, Tae Yoon menggenggam tangannya. Joo Yeon kembali melanjutkan narasinya "Tapi kami bisa berubah sedikit demi sedikit, kurasa itu bagus juga"


Mereka bergandengan tangan sampai mereka tiba di depan rumahnya Joo Yeon. Joo Yeon berterima kasih atas bimbingan seminar dari Tae Yoon sementara Tae Yoon meminta maaf karena mereka tidak punya waktu untuk melakukan kencan yang lebih layak. 

"Tidak apa-apa. Membantuku bekerja itu lebih dari cukup"


Saat Tae Yoon masih belum melepaskan genggaman tangannya, Joo Yeon bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Tae Yoon belum melepaskan tangannya, apa mungkin Tae Yoon ingin menciumnya. Joo Yeon tiba-tiba teringat percakapannya bersama anggota timnya.


Flashback saat Joo Yeon dan anggota timnya membicarakan masalah ciuman, Min Jung mengatakan bahwa dia paling suka saat sebelum ciuman pertama dimulai karena saat itu hatinya terasa berdebar kencang.

"Apa hari ini kami akan berciuman? Ini saat yang tepat. Menunggu dan berharap sambil memikirkan hal itu. Berdebar-debar karena tidak tahu kapan dia akan mendekat, rasanya sangat hebat" ujar Min Jung dengan heboh

Hee Jae mengatakan bahwa jika si pria tidak menciumnya, dia akan merasa sangat marah. Min Jung langsung setuju sementara Woo Young bertanya-tanya kenapa harus pria yang memulai ciuman, wanita kan bisa memulai duluan.


Min Jung mengataan tidak pantas jika wanita yang memulai ciuman pertama terlebih dulu. Hee Jae membenarkannya, tidak apa-apa jika wanita memulai ciuman duluan asalkan bukan saat ciuman pertama.

"Maksudku adalah berikan pria sebuah kesempatan, kau harus memberi pria sebuah petunjuk agar dia berani mengambil tindakan" ujar Woo Young


Kembali ke masa kini, Joo Yeon bertanya-tanya dalam hatinya apakah Tae Yoon merasa canggung karena selama ini mereka hanya sunbae-hoobae. Joo Yeon bernarasi bahwa wanita di usia 30-an pasti memiliki teknik berkencan yang bagus untuk memulai sebuah ciuman dan diapun memilikinya.


Joo Yeon lalu melanjutkan narasinya sambil menunjukan cara yang ia gunakan untuk memulai sebuah ciuman.


"Dekati dan sentuh bibirnya dengan lembut dan segera setelah kedua bibir bersentuhan, langsung tarik kembali seolah ciuman tadi hanya gurauan. Lalu tersenyum seperti anak kecil. Tidak ada pria yang akan berhenti sampai disitu saja. Dalam waktu satu detik sebuah ciuman panas akan dimulai"

Tae Yoon lalu membalas ciumannya.


Dan Joo Yeon langsung tersadar dari khayalannya sambil bertanya-tanya dalam hatinya apakah teknik itu akan berhasil pada Tae Yoon. Pada kenyataannya, mereka masih berdiri saling berhadapan dan menatap dengan tangan Tae Yoon masih menggenggam tangan Joo Yeon.

Lalu Tae Yoon melepaskan tangan Joo Yeon dan menyuruhnya untuk segera masuk dan tidur karena Joo Yeon pasti sudah lelah. Joo Yeon tersenyum lalu pamit masuk rumah.


Tapi sesampainya di dalam rumah, Joo Yeon langsung merengut dan bertanya-tanya kenapa Tae Yoon tidak menciumnya padahal sudah saatnya dia melakukannya. 


Joo Yeon teringat kembali percakapan tentang ciuman bersama anggota timnya, Min Jung mengatakan bahwa jika seorang pria tidak mencium wanita di kencan pertama mereka, itu karena pria itu memiliki sopan santun yang baik. 

Hee Jae mengatakan bahwa jika pada kencan kedua pria itu belum juga mencium pasangannya, maka itu artinya pria itu malu-malu.


BRAAAK!! Min Jung tiba-tiba menggebrak meja dengan marah, lalu sambil memandang Woo Young dengan curiga ia berkata.

"Tapi jika seorang pria masih belum juga mencium di kencan ketiga, aku akan curiga jangan-jangan dia adalah gay"

Woo Young langsung protes karena mereka memandanginya dengan curiga, ia lalu meyakinkan semua orang bahwa dia selalu mencium di kencan kedua.


Kembali ke masa kini (aih, banyak amat flashback-nya >.<), Joo Yeon penasaran kenapa Tae Yoon tidak menciumnya padahal dia bukan gay, goguma saja memulainya dengan ciuman.


Joo Wan pulang dengan membawa sebuah boneka jerapah besar dan saat dia bertemu dengan Tae Yoon di tangga depan rumah, Joo Wan serta merta menyembunyikan jerapah besar itu dibelakang punggungnya padahal Tae Yoon masih bisa melihat bonekanya dengan jelas.

Tae Yoon mencoba menyapanya dengan senyum tapi Joo Wan langsung menanggapi sapaannya dengan ketus karena dia merasa tidak senang bertemu dengan Tae Yoon. 

"Kurasa itu hadiah untuk Joo Yeon" ujar Tae Yoon sambil menunjuk boneka jerapahnya "Aku yakin Joo Yeon tidak punya selera yang terlalu girlish"


Joo Wan mengatakan bahwa dia dan Joo Yeon memiliki kenangan bersama dan dia membeli boneka itu bukan karena dia kekanak-kanakan tapi karena si jerapah itu menyimpan sebuah cerita.


"Apa kau menyukai Shin Joo Yeon?" tanya Tae Yoon

"Iya aku sangat menyukainya"

Tae Yoon langsung tersenyum mendengar jawabannya. Joo Wan langsung kesal dan bertanya kenapa Tae Yoon malah tersenyum padahal dia mengatakan itu untuk membuat Tae Yoon merasa gugup.

"Jika kau membeberkan semuanya, termasuk perasaanmu, itu sama sekali tidak membuatku gugup. Karena kau membuat dirimu sendiri terlihat seperti lawan yang tidak bisa menang dalam pertarungan ini. Aku juga menyukai Joo Yeon tapi Joo Yeon juga menyukaiku. Dan cintamu bertepuk sebelah tangan. Bukankah seharusnya kau yang merasa gugup?" ujar Tae Yoon


Joo Wan mengatakan bahwa dia menyadari bahwa permainan ini tidak menguntungkan baginya, dia sebenarnya tidak mempermasalahkan hal ini tapi Tae Yoon yang terus menerus menunjukkan padanya bahwa permainan ini tidak menguntungkan baginya membuat Joo Wan jadi merada marah pada Tae Yoon.

"Kenapa orang berkencan?" tanya Joo Wan "Agar mereka menjadi bahagia lebih daripada saat mereka sendirian. Buatlah dia bahagia dan berhentilah membuatnya menangis. Jangan seret dia ke taman saat udara dingin. Apa kau mengerti?"

"Sepertinya Joo Yeon tidak memberitahu semuanya, ada banyak momen yang indah"



Tae Yoon mengatakan jika Joo Wan tidak menyukainya dan tidak merasa nyaman dengannya, bagaimana jika Joo Wan pindah saja. Lagipula mulai sekarang dia dan Joo Yeon akan sering bertemu.

"Apa kau tidak berpikir bahwa Joo Yeon juga melihatmu sebagai beban?" tanya Tae Yoon

Joo Wan langsung gusar lalu memindahkan jerapahnya ke tangannya yang sebelah "Aku tidak akan pergi. Terserah aku untuk memutuskannya"

Joo Wan lalu berjalan masuk rumah sementara Tae Yoon menggeleng-gelengkan kepalanya dengan geli atas sikap Joo Wan yang kekanak-kanakan barusan.


Sat Joo Wan sampai didepan pintu rumah, dia langsung mengeluh kesal karena tempat itu adalah tempat yang sempurna untuk berciuman.


Didalam rumah, Joo Yeon bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Tae Yoon tidak menciumnya, apakah dia tidak punya pesona sebagai wanita, atau mungkin Tae Yeon masih menyukai Se Ryeong, apa Tae Yoon benar-benar menyukainya. Joo Yeon langsung mengeluh karena lagi-lagi dia harus merasakan neraka dalam berkencan.

Tae Yoon lalu mengiriminya pesan: Shin Joo Yeon, lain kali saat aku mengantarmu pulang, tutuplah matamu. Jika kau memandangku dengan mata besar itu, bagaimana bisa kau menciummu.

Joo Yeon langsung tersenyum bahagia membaca pesan itu.


Joo Wan tiba-tiba membuka pintu kamarnya sampai membuatnya terkejut dan protes karena Joo Wan tidak mengetuk pintu dulu. Joo Wan lalu mengeluarkan boneka jerapahnya dan Joo Yeon langsung mengulurkan tangannya untuk mengambil boneka itu dengan senang, tapi sebelum Joo Yein sempat melakukannya, Joo Wan langsung menarik boneka itu kembali dan bertanya.

"Kekanak-kanakan atau tidak?"

"Apanya?"

"Boneka ini, kekanak-kanakan atau tidak?"

"Kau mungkin membelinya untuk kau berikan padaku, berikan saja" ujar Joo Yeon sambil mengambil boneka itu dari tangan Joo Wan


Joo Wan bertanya apakah Joo Yeon suka dan Joo Yeon langsung mengiyakannya. Joo Wan langsung senang karena dia memang tahu perasaan Shing Shing. Joo Wan begitu bahagia lalu memeluk Joo Yeon erat-erat.


Saat Tae Yoon sampai ke apartemennya, dia melihat Se Ryeong sedang menunggunya di lorong depan apartemennya. Se Ryeong mengatakan bahwa hari ini dia tidak masuk ke rumahnya. Tae Yoon bertanya apakah dia mabuk dan Se Ryeong membenarkannya, dia minum-minum karena pekerjaannya.

"Kau mungkin akan mengolok-olokku karena mengatakan bahwa minum-minum adalah bagian dari pekerjaanku"

"Pulanglah, aku sudah bilang bahwa aku tidak mau lagi melihatmu diluar urusan kerja" 


Se Ryeong mengerti, Tae Yoon pasti merasa lelah dengannya, tapi dia mungkin akan merasakan hal yang sama pada Joo Yeon. Suatu hari Tae Yoon pasti akan merasa lelah dengan Joo Yeon.

"Walaupun alasannya berbeda. Kau akan bertengkar dengannya, berbaikan, bertengkar lagi, berbaikan lagi. Pada akhirnya cinta itu akan menjadi berat. Lalu apakah kau masih akan pergi ke Joo Yeon?"

Tae Yoon yang masih memandangnya dengan wajah kaku langsung mengiyakannya dengan dingin, dia lalu menyuruh Se Ryeong untuk pulang karena dia tidak bisa membawa Se Ryeong masuk ke rumahnya. Tae Yoon lalu masuk ke apartemennya dan meninggalkan Se Ryeong sendirian dan berusaha keras menahan tangisnya. 


Woo Young mengantarkan Hee Jae pulang dengan berjalan kaki karena dia penasaran bagaimana caranya Hee Jae datang dan pulang kerja, apakah rasanya berat jika setiap hari harus naik bis dan subway.

"Awalnya memang berat, tapi sekarang sudah terbiasa" kata Hee Jae

Ada sisi positif dari kebiasaan Hee Jae saat berangkat kerja itu, di bis dia bisa mendengarkan lagu dan di subway dia bisa membaca buku.


Woo Young bertanya apakah besok pagi dia mau dijemput, Hee Jae menolaknya karena rumah Woo Young jauh darinya dan lebih dekat ke kantor, tapi Woo Young tidak mempermasalahkannya.

"Mulai besok pagi kau akan kujemput"

Lalu Woo Young menggandeng tangan Se Ryeong dan mereka melanjutkan perjalanan dengan bergandengan tangan. 


Woo Young melihat ada sebuah lampu jalan di depan sebuah rumah bercat kuning.

"Aku akan menciummu dibawah lampu jalan itu" ujar Woo Young

Woo Young lalu membawanya menuju lampu jalan itu. 


Saat mereka telah sampai dan Woo Young mendekat untuk menciumnya, Hee Jae tiba-tiba teringat mantan pacarnya. Kenangan mantan pacarnya itu langsung membuat Hee Jae mendorong Woo Young, mengucapkan selamat malam lalu pergi dengan terburu-buru. 


Woo Young jadi menyesal karena memberitahunya dulu, padahal dia memberitahunya dengan harapan Hee Jae akan menantikan ciumannya.


Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments