Sinopsis I Need Romance 3 episode 10 - part 2


Keesokan harinya Se Ryeong rapat bersama timnya Joo Yeon. Se Ryeong memperkenalkan kaos barunya sebagai pengganti produk mereka yang dijiplak tapi timnya Joo Yeon tidak ada yang menyukai produk baru itu karena walaupun di kaos itu ada gambar karakter yang unik tapi karater itu terlihat agak berlebihan dan ditambah lagi harga jualnya terlalu tinggi.

Harga satu item produk itu sama dengan harga produk home shopping lain yang menjual barang 3 set sekaligus. Malah ada yang menjual 3 set dengan harga lebih murah daripada harga satu item kaos pilihan Se Ryeong itu. 

Melihat keraguan para anggota tim, Se Ryeong langsung meminta pendapat Joo Yeon. Setelah memikirkannya sejenak, Joo Yeon memutuskan untuk memakai produk itu. Dia meminta anggota timnya untuk mempercayai style director mereka. 



Joo Yeon sebenarnya memiliki pendapat yang sama dengan anggota timnya tapi dia akan berusaha mempercayai Se Ryeong. Joo Yeon lalu memerintahkan timnya untuk mulai bekerja sekarang karena siaran mereka sudah semakin dekat. 


Setelah semua anggota tim meninggalkan ruang rapat, Se Ryeong berterima kasih pada Joo Yeon karena telah mempercayainya.


Setelah rapat usai, Joo Yeon melihat Se Ryeong masuk ke ruang kantornya Tae Yoon. Joo Yeon lalu menyusulnya masuk dan memberitahu Se Ryeong bahwa Tae Yoon sedang rapat. Se Ryeong mengeluh karena dia datang untuk melihat wajah Tae Yoon tapi sepertinya susah sekali.

Se Ryeong menemukan catatan daftar makanan dan mengenali tulisan tangan Joo Yeon. Joo Yeon memberitahunya bahwa akhir-akhir ini Tae Yoon agak kurang sehat gara-gara penyakit gastritis kronik. 

"Aku tahu. Akan kubawa catatan ini" ujar Se Ryeong. 

Ia lalu pergi dengan membawa catatan daftar makanan itu sementara Joo Yeon hanya bisa mendesah.


Woo Young bertanya pada Hee Jae tentang apa yang akan dilakukan oleh Hee Jae hari minggu besok. Hee Jae mengatakan bahwa dengan kesibukan kantor akhir-akhir ini sepertinya bahkan hari minggu sekalipun dia harus tetap bekerja. 

Woo Young lalu meminta Hee Jae untuk bermain bowling bersamanya dan rekan-rekan kantor mereka hari minggu besok, Woo Young mengatakan bahwa mereka hanya akan bermain selama 2 jam jadi setelah itu Hee Jae bisa kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaannya. 

"Kau harus datang. Jika tidak, maka aku akan datang ke kantor dan menyeretmu keluar" ujar Woo Young


Hari minggunya, Hee Jae membuat Woo Young tersenyum lebar saat dia datang ke arena bowling. 


Lalu Woo Young membantu Hee Jae untuk memakai sepatu bowling. Hee Jae bertanya kapan Woo Young membelikan sepatu itu untuknya. 

"Sebulan yang lalu. Aku bertanya-tanya apakah aku harus membuangnya... Melihatmu memakainya membuatku merasa senang" ujar Woo Young


"Bagaimana kau tahu ukuran sepatuku?"

Woo Young mengatakan bahwa dia tahu ukuran sepatunya Hee Jae, Joo Yeon dan Min Jung tapi sayangnya dia tidak tahu ukuran lain di tubuh Hee Jae. 


Woo Young melihat rekan-rekan kerja mereka sudah datang, lalu dia menggandeng tangan Hee Jae untuk menyambut kedatangan rekan-rekan kerja mereka.

Rekan-rekan kerja mereka yang melihat mereka bergandengan tangan dengan erat langsung bertanya apakah mereka pacaran. Dan mereka berdua sama sekali tidak menyangkalnya.



Sementara itu, Joo Yeon yang sedang sendirian di kamarnya, terus menerus membuka, menutup, melempar, menendang ponselnya dengan bingung sampai saat Joo Wan masuk ke dalam kamarnya untuk menyuruhnya makan sarapan. Joo Yeon langsung bertanya apa yang harus ia lakukan.

"Hari ini hari minggu. Hari ini seharusnya aku pergi berkencan dengan sunbae Kang"


Joo Yeon lalu bertanya beberapa pertanyaan pada Joo Wan dengan kecepatan kilat.

"Haruskah aku meneleponnya dan memberitahunya bahwa aku tidak bisa pergi? Apa tidak apa-apa jika aku melakukan itu padahal aku duluan yang mengajaknya kencan? Walaupun aku mengatakan bahwa ini adalah kencan, tapi kami cuma akan menonton film dan jalan-jalan. 

Kami sering melakukan hal seperti itu di masa lalu, tapi sekarang aku jadi khawatir karena Se Ryeong. Apa yang harus kulakukan? Katakan padaku. Akan kulakukan apapun yang kau katakan" 

Joo Wan hanya memandanginya lalu beranjak pergi tanpa menjawab pertanyaannya. 


Joo Yeon langsung menyusul Joo Wan yang sedang memasak di dapur dan menuntut jawaban atas pertanyaannya yang tadi. Joo Wan menyuruhnya untuk melakukan apapun yang dia suka saja.

Joo Yeon menyalahkan Joo Wan sebagai penyebab dirinya yang sekarang menjadi rumit padahal dulu dia tidak seperti ini. Dulu Joo Yeon selalu bisa pergi tanpa mengkhawatirkan sesuatu yang akan terjadi atau telah terjadi. Karena dia selalu berprinsip kedepan. Jika dia membuat kesalahan maka dari situlah dia belajar.

"Kalau begitu pergilah" ujar Joo Wan 


Tiba-tiba 'ular berbisa' menelepon Joo Yeon. Ia begitu bingung sendiri apa yang harus ia lakukan. Namun saat dia memutuskan untuk mengangkat teleponnya, dia langsung menyapa Tae Yoon dengan ceria. 

Tae Yoon memberitahu Joo Yeon bahwa sekarang sedang sakit setelah kemarin malam minum-minum. Tae Yoon juga dengan terpaksa membatalkan acara kencannya dengan Joo Yeon.


Setelah memutuskan telepon dengan Tae Yoon, Joo Yeon melihat Joo Wan memasak sup untuk sarapan, dia langsung bertanya Joo Wan masak sup apa. Joo Wan mengatakan bahwa dia membuat sup campur yang terdiri dari brokoli, butternut squash (labu yang bentuknya panjang), dan juga kacang hitam.

"Wow, kau memasak makanan yang bagus untuk sunbae Kang" ujar Joo Yeon dengan ceria


Tapi perkataan Joo Yeon itu serta merta membuat senyum Joo Wan menghilang.

"Eih, tidak mungkin. Aku yakin kau tidak akan melakukan sesuatu seperti itu, tapi aku bertanya karena cuma penasaran saja... apa kau akan memberikan sup ini padanya?"

Joo Yeon langsung mengubah pandangan matanya menjadi puppy eyes sampai membuat Joo Wan langsung menyuruhnya untuk tidak memandangnya seperti itu. Tapi Joo Yeon malah semakin menjadi-jadi.

"Kalau kau melihatnya dengan mata itu, aku tidak bisa membantahmu" ujar Joo Wan


Beberapa waktu kemudian, Joo Yeon sedang tersenyum sambil memandangi Tae Yoon yang sedang memakan sup buatan Joo Wan. Joo Yeon lalu mengomeli Tae Yoon karena minum-minum padahal perutnya sedang bermasalah, walaupun yang mengajaknya minum adalah atasan tapi seharusny Tae Yoon tetap menolaknya.

"Apa kau tidak ingat waktu aku yang sakit. Kau bilang berhati-hati dengan stress adalah kewajiban untuk bekerja secara profesional tapi jagi (kau/sayang) sendiri yang selalu bergantung pada obat-obatan" ujar Joo Yeon

"Jagi? Aku suka itu. Jagi" kata Tae Yoon

Joo Yeon langsung sadar bahwa dia memanggil Tae Yoon dengan jagi yang terdengar sebagai panggilan sayang. Dia cepat-cepat pamit pergi tapi tiba-tiba mereka mendengar suara pintu terbuka. 


Tae Yoon langsung beranjak untuk melihat tamunya dan ternyata orang yang membuka pintu rumahnya adalah Se Ryeong. 

Se Ryeong membuka pintu rumah Tae Yoon tanpa permisi dan langsung melihat ada sepatu wanita di pintu masuk. Se Ryeong langsung tersenyum saat ia melihat Tae Yoon mucul, ia mengatakan pada Tae Yoon bahwa ia mengira Tae Yoon tidak ada di rumah karena pergi kencan dengan Joo Yeon, tapi ternyata dia di rumah. 


Namun senyum Se Ryeong seketika menghilang saat Joo Yeon tiba-tiba muncul di belakangnya Tae Yoon. Joo Yeon cepat-cepat bilang pada Se Ryeong bahwa dia akan segera pergi. Tapi saat ia hendak mengambil jaket dan tasnya, Tae Yoon menyuruh Joo Yeon untuk tidak pergi. 


Tae Yoon langsung menyindir Se Ryeong karena dia masuk ke rumah mantannya tanpa permisi.

"Bicaralah denganku" pinta Se Ryeong

"Apa diantara kita masih ada yang perlu dikatakan?" tanya Tae Yoon dengan dingin

"Aku ada" kata Se Ryeong


Namun sebelum dia ingin mengatakan sesuatu pada Tae Yoon, Se Ryeong meminta Joo Yeon untuk pergi dulu. Joo Yeon cepat-cepat mengiyakannya namun Tae Yoon cepat-cepat menghentikannya dengan menggenggam tangan Joo Yeon, dan setelah itu Tae Yoon langsung berpura-pura bicara sok romantis pada Joo Yeon.

"Kau sudah berjanji padaku bahwa kau akan tinggal bersamaku hari ini"


Mata Se Ryeong berkaca-kaca saat dia melihat Tae Yoon menggenggam tangan Joo Yeon dengan erat. Se Ryeong langsung berjanji bahwa dia akan berusaha untuk berubah. Apapun yang Tae Yoon benci, dia akan berusaha mengubah semuanya.

"Aku yang salah"

Se Ryeong menangis tapi Tae Yoon tetap tidak peduli dan langsung menyeret Joo Yeon lalu mendudukkannya di meja makan. 


Tae Yoon meletakkan kedua tangannya di bahu Joo Yeon saat dia dengan dinginnya menyuruh Se Ryeong pergi dan tidak usah kembali lagi. Se Ryeong lalu menghapus air matanya dan pergi. 


Setelah Se Ryeong pergi. Joo Yeon langsung marah pada Tae Yoon, kenapa Tae Yoon bisa bersikap seperti itu tadi.

"Aku kan sudah bilang jangan melakukan hal ini. Aku sudah bilang aku tidak mau terlibat dalam pertengkaran cintamu. Hanya karena aku terlihat seolah baik-baik saja, apa kau pikir aku benar-benar baik-baik saja? Aku juga punya perasaan. Apa kau pikir aku tidak punya perasaan seperti yang orang lain rasakan?"

Joo Yeon lalu beranjak pergi dengan sebal tapi Tae Yoon yang kaget mendengar perkataan Joo Yeon, langsung menghentikannya.

"Joo Yeon-ah"


"Aku tidak terperangkap dalam emosiku? Aku kuat dan kejam? Karena itulah aku yang paling nyaman? Aku lemah saat berhadapan denganmu. Aku tidak pernah sekalipun menolak permintaanmu. Aku bekerja supaya tidak mengecewakanmu, aku berkeliaran seperti orang gila untuk mendapat pujian darimu. Kenapa aku melakukan itu? Aku tidak tahu dan kau juga tidak tahu. Apa kau masih belum mengerti?" 

Joo Yeon lalu pergi sementara Tae Yoon termenung dengan perkataan Joo Yeon barusan.


Se Ryeong sedang menangis didalam mobilnya yang masih berada di tempat parkir apartemen Tae Yoon. Lalu dia memutuskan untuk pergi, tapi saat dia memundurkan mobilnya, bumper belakang mobinya malah menabrak dinding tempat parkir.


Joo Yeon yang baru tiba di tempat parkir langsung bertanya khawatir, apakah Se Ryeong baik-baik saja. Joo Yeon lalu mengajak Se Ryeong untuk pergi minum-minum bersamanya tapi Se Ryeong yang sedang marah pada Joo Yeon langsung bertanya sinis.

"Aku? Kau? Kenapa?"

"Karena suasana hati kita berdua sama-sama buruk"


"Aku tidak tahu apa yang kau rasakan tapi aku tidak seperti itu. Apa kau mengkasihaniku karena aku memohon dan tidak mau melepas Kang Tae Yoon? Kau? Kurasa kau sudah lupa, tapi aku adalah pengusaha wanita. Untuk mendapatkan apa yang kumau, aku akan melakukan segalanya"

Se Ryeong mengatakan bahwa dia bukan orang lemah yang harus dikasihani oleh Joo Yeon, jadi sebaiknya Joo Yeon mengkhawatirkan cintanya bertepuk sebelah tangan saja.


Saat Joo Yeon sampi di rumah, dia langsung naik ke kamar Joo Wan dan berbaring lemas di kasurnya. Joo Wan langsung menggodanya karena sudah pulang padahal masih belum 2 jam sejak Joo Yeon pergi dengan membawa sepanci sup untuk Tae Yoon. Joo Yeon langsung meminta Joo Wan untuk memainkannya sebuah musik.

"Kesedihan-tidak, sakit-tidak, marah! Tidak tidak. Mainkan saja musik yang biasanya dimainkan diacara pemakamam. Aku benar-benar merasa ingin mati. Aku mau mati saja!" teriak Joo Yeon sambil menendang-nendangkan kakinya.


"Haruskah aku membunuhmu atau menghentikanmu?" tanya Joo Wan yang tersenyum melihat tingkah laku Joo Yeon

"Bunuh saja aku. Dengan cara yang paling kejam"

"Apa aku perlu pergi membeli gergaji?" goda Joo Wan


Joo Yeon lalu bertanya pada Joo Wan, kenapa hidup ini begitu susah. Dia menyuruh Joo Wan menjawabnya karena Joo Wan bersikap seolah dia tahu segalanya tentang kehidupan.

"Kenapa hidup ini begitu sulit? Perasaanku tidak tersampaikan, aku tidak bisa menerka perasaan orang lain dan semua hubungan terus menjadi rumit. Kenapa tidak ada jawaban dalam hidup? Kenapa?"

Joo Wan lalu memberinya sebuah jawaban yang bijak "Hidup yah memang seperti itu"



Joo Yeon langsung mengambil tangan Joo Wan dan menaruh tangan itu didadanya Joo Wan lalu bertanya .

"Ada orang tua didalam sana, bukan?" 

Joo Wan langsung tersenyum mendengar pertanyaan itu. 


Tiba-tiba perut Joo Yeon berbunyi, Joo Wan langsung marah-marah karena Tae Yoon membiarkan Joo Yeon pergi tanpa memberinya makan.

"Aku lapar, sangat lapar. Aku tidak punya tenaga" rengek Joo Yeon

"Lalu kau mau aku melakukan apa?"


Beberapa saat kemudian, Joo Wan turun dengan menggendong Joo Yeon di punggungnya. Joo Wan bertanya dia mau makan apa, Joo Yeon mengatakan bahwa ia ingin spageti. Joo Yeon menyuruhnya untuk mengambil berbagai bahan makanan dan Joo Wan langsung menurutinya.


Keesokan harinya, Se Ryeong menyuruh sekretarisnya untuk mengirimkan kontrak kerjanya dengan home shopping lewat fax pada pengacarnya. Dia juga menyuruh sekretarisnya untuk menyampaikan pesan pada pengacaranya untuk membaca kontrak itu baik-baik dan setelah itu memberinya kabar.

Sekretarisnya bertanya kenapa Se Ryeong melakukannya, apa Se Ryeong ingin berhenti bekerja bersama home shopping itu. Tapi Se Ryeong tidak menjawabnya.


Min Seok menaruh sebuah tas kecil di gagang pintu, memencet bel pintu Min Jung lalu kembali ke apartemennya sendiri. Saat Min Jung membuka pintunya, dia melihat tas kecil itu dan langsung tahu barang itu dari Min Seok. Min Jung membawanya masuk dan mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dan sebuah surat yang isinya mengatakan.

Lee Woo Young,
Hari ini tepat 100 hari sejak kita bertemu. Awalnya, aku tidak tahu bahwa aku akan menyukaimu sebesar ini. Ini memang memalukan, tapi, aku mencintaimu. Aku berharap kita bisa bertemu dan saling menghubungi kapanpun kita mau. Apa kau mau pacaran serius (denganku)?

Min Jung lalu membuka kotak perhiasannya dan terkejut melihat isinya adalah sebuah gelang perhiasan. 


Sementara itu, Min Seok menunggu didalam apartemennya sendiri dengan cemas, dia lalu menempelkan telinganya di dinding yang memisahkan apartemennya dengan apartemennya Min Jung. Dan Min Jung ternyata juga melakukan hal yang sama.

Min Seok lalu mengetuk dindingnya. Min Jung bisa mendengarnya dan spontan dia langsung membalas ketukannya. Min Seok jadi bersemangat untuk mengetuk sekali lagi dan mereka berdua saling tersenyum karenanya.


Produk baru pilihan Se Ryeong terbukti sukses besar. Dalam waktu singkat, semua barang dagangan mereka habis. Semua anggota tim langsung berteriak gembira atas kesuksesan mereka.

Siaran ini juga ditonton oleh Tae Yoon bersama dengan salah seorang atasannya. ibu atasan itu mengatakan bahwa Joo Yeon sudah berhasil melampaui keberhasilan Tae Yoon. 


"Siapa yang mengajarinya. Kalau kau membiarkannya saja, kurasa dia akan menyusulmu dengan cepat" ujar ibu atasan. Tae Yoon tersenyum senang mendengarnya.


Saat Joo Yeon datang ke kantornya, Tae Yoon langsung mengucapkan selamat dan mengajak Joo Yeon makan malam karena ada yang ingin dia katakan pada Joo Yeon.


Malam harinya, mereka makan malam berdua. Saat mereka selesai makan dan melanjutkannya dengan minum wine, Tae Yoon mengatakan bahwa dia akan mengatakan sesuatu yang penting. Joo Yeon cepat-cepat mengeluarkan buku catatannya dan bersiap menulis perintah Tae Yoon. Tapi Tae Yoon langsung memberitahunya bahwa dia tidak bicara tentang masalah pekerjaan.


Tae Yoon mengatakan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu sebagai seorang pria. Dulu saat dia ingin mengatakan hal seperti ini dia akan membeli bunga dan cincin. Tapi sekarang setelah dia bingung tentang apa yang harus ia lakukan, pada akhirnya dia datang dengan tangan kosong.

"Berkencanlah denganku, Joo Yeon-ah"

Joo Yeon langsung melotot terkejut. 


Tae Yoon mengatakan bahwa dia tahu mungkin Joo Yeon akan berpikir semua ini terlalu tiba-tiba tapi menurutnya sebaiknya dia tidak menyia-nyiakan waktu. Tae Yoon mengatakan karena dia sudah memberanikan dirinya untuk mengungkapkannya maa sebaiknya Joo Yeon juga melangkah mendekat padanya.

Tae Yoon mengatakan bahwa dia tidak bisa berjanji bahwa dia tidak akan berubah, dia juga tidak bisa mengatakan bahwa dia hanya akan melihat Joo Yeon seorang apapun yang terjadi.

"Sekarang ini, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintaimu karena itu pastilah kebohongan. Tapi ada satu hal yang bisa uucapkan dengan percaya diri. Aku akan berusaha dan juga aku akan berusaha melakukan yang terbaik untukmu"


Joo Yeon bernarasi "Pada saat itu. Aku memikirkan Wan yang sedang menungguku di rumah, apa yang akan dia katakan jika aku menerima pengakuan cinta seperti ini"

Joo Yeon membayangkan reaksi Joo Wan setelah ia memberitahunya tentang pengakuan cinta Tae Yoon. Joo Wan bertanya apakah setelah mendapat pengakuan cinta seburuk itu, Joo Yeon tetap mau menerimanya. Joo Wan langsung mengingatkannya bahwa segala sesuatu yang tidak indah dan tidak bersinar itu namanya bukan cinta.


Tapi Joo Yeon tidak peduli omongan Joo Wan dan terus tersenyum bahagia. Joo Wan langsung marah dan menyuruh Joo Yeon untuk tidak tersenyum. 

"Bahkan sekalipun kau menerimah pengakuan cinta seburuk itu, kau masih tersenyum? Tanpa bunga, tanpa cincin. Dia bahkan tidak bilang dia mencintaimu. Apa kau sudah gila? Apa bagusnya hal itu?" tanya Joo Wan


Kembali ke kenyataan, Joo Yeon melanjutkan narasinya bahwa jika Joo Wan bertanya seperti itu maka dia akan menjawab "Karena tidak ada bunga ataupun cincin aku menyukai pengakuan cinta ini" 

Tae Yoon bertanya jika memang Joo Yeon merasa sulit untuk memberinya jawaban, apakah dia membutuhkan waktu untuk memikirkannya. 

"Tidak. Aku akan menjawab sekarang. Mari kita pacaran. Aku juga akan berusaha" ujar Joo Yeon


Sementara itu, Joo Wan sedang berada di toko bunga dan memilih-milih bunga untuk dijadikan buket. Penjual bunga bertanya untuk siapa bunganya.

"Untuk orang yang kucintai" kata Joo Wan


Joo Yeon dan Tae Yoon saling tersenyum.

Joo Yeon bernarasi "Bahkan tanpa kata 'aku mencintaimu'. Semua kata-kata itu sudah cukup, kata yang mengatakan bahwa dia akan berusaha, yang mengatakan bahwa dia akan melakukan yang terbaik untukku. Lagipula, seiring berjalannya waktu, debaran hati yang pertama akan menghilang. Janji untuk berusaha jauh lebih baik daripada mengatakan aku mencintaimu. Karena itulah aku punya keyakinan atas hubungan ini"

 
Bersambung ke episode 11

Post a Comment

0 Comments