Keesokan harinya Se Ryeong rapat bersama timnya Joo Yeon. Se Ryeong
memperkenalkan kaos barunya sebagai pengganti produk mereka yang
dijiplak tapi timnya Joo Yeon tidak ada yang menyukai produk baru itu
karena walaupun di kaos itu ada gambar karakter yang unik tapi karater
itu terlihat agak berlebihan dan ditambah lagi harga jualnya terlalu
tinggi.
Harga satu item produk itu sama dengan harga produk home shopping lain
yang menjual barang 3 set sekaligus. Malah ada yang menjual 3 set dengan
harga lebih murah daripada harga satu item kaos pilihan Se Ryeong itu.
Melihat keraguan para anggota tim, Se Ryeong langsung meminta pendapat
Joo Yeon. Setelah memikirkannya sejenak, Joo Yeon memutuskan untuk
memakai produk itu. Dia meminta anggota timnya untuk mempercayai style
director mereka.
Joo Yeon sebenarnya memiliki pendapat yang sama dengan anggota timnya
tapi dia akan berusaha mempercayai Se Ryeong. Joo Yeon lalu
memerintahkan timnya untuk mulai bekerja sekarang karena siaran mereka
sudah semakin dekat.
Setelah semua anggota tim meninggalkan ruang rapat, Se Ryeong berterima kasih pada Joo Yeon karena telah mempercayainya.
Setelah rapat usai, Joo Yeon melihat Se Ryeong masuk ke ruang kantornya
Tae Yoon. Joo Yeon lalu menyusulnya masuk dan memberitahu Se Ryeong
bahwa Tae Yoon sedang rapat. Se Ryeong mengeluh karena dia datang untuk
melihat wajah Tae Yoon tapi sepertinya susah sekali.
Se Ryeong menemukan catatan daftar makanan dan mengenali tulisan tangan
Joo Yeon. Joo Yeon memberitahunya bahwa akhir-akhir ini Tae Yoon agak
kurang sehat gara-gara penyakit gastritis kronik.
"Aku tahu. Akan kubawa catatan ini" ujar Se Ryeong.
Ia lalu pergi dengan membawa catatan daftar makanan itu sementara Joo Yeon hanya bisa mendesah.
Woo Young bertanya pada Hee Jae tentang apa yang akan dilakukan oleh Hee
Jae hari minggu besok. Hee Jae mengatakan bahwa dengan kesibukan kantor
akhir-akhir ini sepertinya bahkan hari minggu sekalipun dia harus tetap
bekerja.
Woo Young lalu meminta Hee Jae untuk bermain bowling bersamanya dan
rekan-rekan kantor mereka hari minggu besok, Woo Young mengatakan bahwa
mereka hanya akan bermain selama 2 jam jadi setelah itu Hee Jae bisa
kembali ke kantor dan melanjutkan pekerjaannya.
"Kau harus datang. Jika tidak, maka aku akan datang ke kantor dan menyeretmu keluar" ujar Woo Young
Hari minggunya, Hee Jae membuat Woo Young tersenyum lebar saat dia datang ke arena bowling.
Lalu Woo Young membantu Hee Jae untuk memakai sepatu bowling. Hee Jae bertanya kapan Woo Young membelikan sepatu itu untuknya.
"Sebulan yang lalu. Aku bertanya-tanya apakah aku harus membuangnya...
Melihatmu memakainya membuatku merasa senang" ujar Woo Young
"Bagaimana kau tahu ukuran sepatuku?"
Woo Young mengatakan bahwa dia tahu ukuran sepatunya Hee Jae, Joo Yeon
dan Min Jung tapi sayangnya dia tidak tahu ukuran lain di tubuh Hee
Jae.
Woo Young melihat rekan-rekan kerja mereka sudah datang, lalu dia
menggandeng tangan Hee Jae untuk menyambut kedatangan rekan-rekan kerja
mereka.
Rekan-rekan kerja mereka yang melihat mereka bergandengan tangan dengan
erat langsung bertanya apakah mereka pacaran. Dan mereka berdua sama
sekali tidak menyangkalnya.
Sementara itu, Joo Yeon yang sedang sendirian di kamarnya, terus menerus
membuka, menutup, melempar, menendang ponselnya dengan bingung sampai
saat Joo Wan masuk ke dalam kamarnya untuk menyuruhnya makan sarapan.
Joo Yeon langsung bertanya apa yang harus ia lakukan.
"Hari ini hari minggu. Hari ini seharusnya aku pergi berkencan dengan sunbae Kang"
Joo Yeon lalu bertanya beberapa pertanyaan pada Joo Wan dengan kecepatan kilat.
"Haruskah aku meneleponnya dan memberitahunya bahwa aku tidak bisa
pergi? Apa tidak apa-apa jika aku melakukan itu padahal aku duluan yang
mengajaknya kencan? Walaupun aku mengatakan bahwa ini adalah kencan,
tapi kami cuma akan menonton film dan jalan-jalan.
Kami sering melakukan hal seperti itu di masa lalu, tapi sekarang aku
jadi khawatir karena Se Ryeong. Apa yang harus kulakukan? Katakan
padaku. Akan kulakukan apapun yang kau katakan"
Joo Wan hanya memandanginya lalu beranjak pergi tanpa menjawab pertanyaannya.
Joo Yeon langsung menyusul Joo Wan yang sedang memasak di dapur dan
menuntut jawaban atas pertanyaannya yang tadi. Joo Wan menyuruhnya untuk
melakukan apapun yang dia suka saja.
Joo Yeon menyalahkan Joo Wan sebagai penyebab dirinya yang sekarang
menjadi rumit padahal dulu dia tidak seperti ini. Dulu Joo Yeon selalu
bisa pergi tanpa mengkhawatirkan sesuatu yang akan terjadi atau telah
terjadi. Karena dia selalu berprinsip kedepan. Jika dia membuat
kesalahan maka dari situlah dia belajar.
"Kalau begitu pergilah" ujar Joo Wan
Tiba-tiba 'ular berbisa' menelepon Joo Yeon. Ia begitu bingung
sendiri apa yang harus ia lakukan. Namun saat dia memutuskan untuk
mengangkat teleponnya, dia langsung menyapa Tae Yoon dengan ceria.
Tae Yoon memberitahu Joo Yeon bahwa sekarang sedang sakit setelah
kemarin malam minum-minum. Tae Yoon juga dengan terpaksa membatalkan
acara kencannya dengan Joo Yeon.
Setelah memutuskan telepon dengan Tae Yoon, Joo Yeon melihat Joo Wan
memasak sup untuk sarapan, dia langsung bertanya Joo Wan masak sup apa.
Joo Wan mengatakan bahwa dia membuat sup campur yang terdiri dari
brokoli, butternut squash (labu yang bentuknya panjang), dan juga kacang
hitam.
"Wow, kau memasak makanan yang bagus untuk sunbae Kang" ujar Joo Yeon dengan ceria
Tapi perkataan Joo Yeon itu serta merta membuat senyum Joo Wan menghilang.
"Eih, tidak mungkin. Aku yakin kau tidak akan melakukan sesuatu seperti
itu, tapi aku bertanya karena cuma penasaran saja... apa kau akan
memberikan sup ini padanya?"
Joo Yeon langsung mengubah pandangan matanya menjadi puppy eyes sampai
membuat Joo Wan langsung menyuruhnya untuk tidak memandangnya seperti
itu. Tapi Joo Yeon malah semakin menjadi-jadi.
"Kalau kau melihatnya dengan mata itu, aku tidak bisa membantahmu" ujar Joo Wan
Beberapa waktu kemudian, Joo Yeon sedang tersenyum sambil memandangi Tae
Yoon yang sedang memakan sup buatan Joo Wan. Joo Yeon lalu mengomeli
Tae Yoon karena minum-minum padahal perutnya sedang bermasalah, walaupun
yang mengajaknya minum adalah atasan tapi seharusny Tae Yoon tetap
menolaknya.
"Apa kau tidak ingat waktu aku yang sakit. Kau bilang berhati-hati
dengan stress adalah kewajiban untuk bekerja secara profesional tapi
jagi (kau/sayang) sendiri yang selalu bergantung pada obat-obatan" ujar
Joo Yeon
"Jagi? Aku suka itu. Jagi" kata Tae Yoon
Joo Yeon langsung sadar bahwa dia memanggil Tae Yoon dengan jagi yang
terdengar sebagai panggilan sayang. Dia cepat-cepat pamit pergi tapi
tiba-tiba mereka mendengar suara pintu terbuka.
Tae Yoon langsung beranjak untuk melihat tamunya dan ternyata orang yang membuka pintu rumahnya adalah Se Ryeong.
Se Ryeong membuka pintu rumah Tae Yoon tanpa permisi dan langsung
melihat ada sepatu wanita di pintu masuk. Se Ryeong langsung tersenyum
saat ia melihat Tae Yoon mucul, ia mengatakan pada Tae Yoon bahwa ia
mengira Tae Yoon tidak ada di rumah karena pergi kencan dengan Joo Yeon,
tapi ternyata dia di rumah.
Namun senyum Se Ryeong seketika menghilang saat Joo Yeon tiba-tiba
muncul di belakangnya Tae Yoon. Joo Yeon cepat-cepat bilang pada Se
Ryeong bahwa dia akan segera pergi. Tapi saat ia hendak mengambil jaket
dan tasnya, Tae Yoon menyuruh Joo Yeon untuk tidak pergi.
Tae Yoon langsung menyindir Se Ryeong karena dia masuk ke rumah mantannya tanpa permisi.
"Bicaralah denganku" pinta Se Ryeong
"Apa diantara kita masih ada yang perlu dikatakan?" tanya Tae Yoon dengan dingin
"Aku ada" kata Se Ryeong
Namun sebelum dia ingin mengatakan sesuatu pada Tae Yoon, Se Ryeong
meminta Joo Yeon untuk pergi dulu. Joo Yeon cepat-cepat mengiyakannya
namun Tae Yoon cepat-cepat menghentikannya dengan menggenggam tangan Joo
Yeon, dan setelah itu Tae Yoon langsung berpura-pura bicara sok
romantis pada Joo Yeon.
"Kau sudah berjanji padaku bahwa kau akan tinggal bersamaku hari ini"
Mata Se Ryeong berkaca-kaca saat dia melihat Tae Yoon menggenggam tangan
Joo Yeon dengan erat. Se Ryeong langsung berjanji bahwa dia akan
berusaha untuk berubah. Apapun yang Tae Yoon benci, dia akan berusaha
mengubah semuanya.
"Aku yang salah"
Se Ryeong menangis tapi Tae Yoon tetap tidak peduli dan langsung menyeret Joo Yeon lalu mendudukkannya di meja makan.
Tae Yoon meletakkan kedua tangannya di bahu Joo Yeon saat dia dengan
dinginnya menyuruh Se Ryeong pergi dan tidak usah kembali lagi. Se
Ryeong lalu menghapus air matanya dan pergi.
Setelah Se Ryeong pergi. Joo Yeon langsung marah pada Tae Yoon, kenapa Tae Yoon bisa bersikap seperti itu tadi.
"Aku kan sudah bilang jangan melakukan hal ini. Aku sudah bilang aku
tidak mau terlibat dalam pertengkaran cintamu. Hanya karena aku terlihat
seolah baik-baik saja, apa kau pikir aku benar-benar baik-baik saja?
Aku juga punya perasaan. Apa kau pikir aku tidak punya perasaan seperti
yang orang lain rasakan?"
Joo Yeon lalu beranjak pergi dengan sebal tapi Tae Yoon yang kaget mendengar perkataan Joo Yeon, langsung menghentikannya.
"Joo Yeon-ah"
"Aku tidak terperangkap dalam emosiku? Aku kuat dan kejam? Karena itulah
aku yang paling nyaman? Aku lemah saat berhadapan denganmu. Aku tidak
pernah sekalipun menolak permintaanmu. Aku bekerja supaya tidak
mengecewakanmu, aku berkeliaran seperti orang gila untuk mendapat pujian
darimu. Kenapa aku melakukan itu? Aku tidak tahu dan kau juga tidak
tahu. Apa kau masih belum mengerti?"
Joo Yeon lalu pergi sementara Tae Yoon termenung dengan perkataan Joo Yeon barusan.
Se Ryeong sedang menangis didalam mobilnya yang masih berada di tempat
parkir apartemen Tae Yoon. Lalu dia memutuskan untuk pergi, tapi saat
dia memundurkan mobilnya, bumper belakang mobinya malah menabrak dinding
tempat parkir.
Joo Yeon yang baru tiba di tempat parkir langsung bertanya khawatir,
apakah Se Ryeong baik-baik saja. Joo Yeon lalu mengajak Se Ryeong untuk
pergi minum-minum bersamanya tapi Se Ryeong yang sedang marah pada Joo
Yeon langsung bertanya sinis.
"Aku? Kau? Kenapa?"
"Karena suasana hati kita berdua sama-sama buruk"
"Aku tidak tahu apa yang kau rasakan tapi aku tidak seperti itu. Apa kau
mengkasihaniku karena aku memohon dan tidak mau melepas Kang Tae Yoon?
Kau? Kurasa kau sudah lupa, tapi aku adalah pengusaha wanita. Untuk
mendapatkan apa yang kumau, aku akan melakukan segalanya"
Se Ryeong mengatakan bahwa dia bukan orang lemah yang harus dikasihani
oleh Joo Yeon, jadi sebaiknya Joo Yeon mengkhawatirkan cintanya bertepuk
sebelah tangan saja.
Saat Joo Yeon sampi di rumah, dia langsung naik ke kamar Joo Wan dan
berbaring lemas di kasurnya. Joo Wan langsung menggodanya karena sudah
pulang padahal masih belum 2 jam sejak Joo Yeon pergi dengan membawa
sepanci sup untuk Tae Yoon. Joo Yeon langsung meminta Joo Wan untuk
memainkannya sebuah musik.
"Kesedihan-tidak, sakit-tidak, marah! Tidak tidak. Mainkan saja musik
yang biasanya dimainkan diacara pemakamam. Aku benar-benar merasa ingin
mati. Aku mau mati saja!" teriak Joo Yeon sambil menendang-nendangkan
kakinya.
"Haruskah aku membunuhmu atau menghentikanmu?" tanya Joo Wan yang tersenyum melihat tingkah laku Joo Yeon
"Bunuh saja aku. Dengan cara yang paling kejam"
"Apa aku perlu pergi membeli gergaji?" goda Joo Wan
Joo Yeon lalu bertanya pada Joo Wan, kenapa hidup ini begitu susah. Dia
menyuruh Joo Wan menjawabnya karena Joo Wan bersikap seolah dia tahu
segalanya tentang kehidupan.
"Kenapa hidup ini begitu sulit? Perasaanku tidak tersampaikan, aku tidak
bisa menerka perasaan orang lain dan semua hubungan terus menjadi
rumit. Kenapa tidak ada jawaban dalam hidup? Kenapa?"
Joo Wan lalu memberinya sebuah jawaban yang bijak "Hidup yah memang seperti itu"
Joo Yeon langsung mengambil tangan Joo Wan dan menaruh tangan itu didadanya Joo Wan lalu bertanya .
"Ada orang tua didalam sana, bukan?"
Joo Wan langsung tersenyum mendengar pertanyaan itu.
Tiba-tiba perut Joo Yeon berbunyi, Joo Wan langsung marah-marah karena
Tae Yoon membiarkan Joo Yeon pergi tanpa memberinya makan.
"Aku lapar, sangat lapar. Aku tidak punya tenaga" rengek Joo Yeon
"Lalu kau mau aku melakukan apa?"
Beberapa saat kemudian, Joo Wan turun dengan menggendong Joo Yeon di
punggungnya. Joo Wan bertanya dia mau makan apa, Joo Yeon mengatakan
bahwa ia ingin spageti. Joo Yeon menyuruhnya untuk mengambil berbagai
bahan makanan dan Joo Wan langsung menurutinya.
Keesokan harinya, Se Ryeong menyuruh sekretarisnya untuk mengirimkan
kontrak kerjanya dengan home shopping lewat fax pada pengacarnya. Dia
juga menyuruh sekretarisnya untuk menyampaikan pesan pada pengacaranya
untuk membaca kontrak itu baik-baik dan setelah itu memberinya kabar.
Sekretarisnya bertanya kenapa Se Ryeong melakukannya, apa Se Ryeong
ingin berhenti bekerja bersama home shopping itu. Tapi Se Ryeong tidak
menjawabnya.
Min Seok menaruh sebuah tas kecil di gagang pintu, memencet bel pintu
Min Jung lalu kembali ke apartemennya sendiri. Saat Min Jung membuka
pintunya, dia melihat tas kecil itu dan langsung tahu barang itu dari
Min Seok. Min Jung membawanya masuk dan mengeluarkan sebuah kotak
perhiasan dan sebuah surat yang isinya mengatakan.
Lee Woo Young,
Hari ini tepat 100 hari sejak kita bertemu. Awalnya, aku tidak tahu
bahwa aku akan menyukaimu sebesar ini. Ini memang memalukan, tapi, aku
mencintaimu. Aku berharap kita bisa bertemu dan saling menghubungi
kapanpun kita mau. Apa kau mau pacaran serius (denganku)?
Min Jung lalu membuka kotak perhiasannya dan terkejut melihat isinya adalah sebuah gelang perhiasan.
Sementara itu, Min Seok menunggu didalam apartemennya sendiri dengan
cemas, dia lalu menempelkan telinganya di dinding yang memisahkan
apartemennya dengan apartemennya Min Jung. Dan Min Jung ternyata juga
melakukan hal yang sama.
Min Seok lalu mengetuk dindingnya. Min Jung bisa mendengarnya dan
spontan dia langsung membalas ketukannya. Min Seok jadi bersemangat
untuk mengetuk sekali lagi dan mereka berdua saling tersenyum karenanya.
Produk baru pilihan Se Ryeong terbukti sukses besar. Dalam waktu
singkat, semua barang dagangan mereka habis. Semua anggota tim langsung
berteriak gembira atas kesuksesan mereka.
Siaran ini juga ditonton oleh Tae Yoon bersama dengan salah seorang
atasannya. ibu atasan itu mengatakan bahwa Joo Yeon sudah berhasil
melampaui keberhasilan Tae Yoon.
"Siapa yang mengajarinya. Kalau kau membiarkannya saja, kurasa dia akan
menyusulmu dengan cepat" ujar ibu atasan. Tae Yoon tersenyum senang
mendengarnya.
Saat Joo Yeon datang ke kantornya, Tae Yoon langsung mengucapkan selamat
dan mengajak Joo Yeon makan malam karena ada yang ingin dia katakan
pada Joo Yeon.
Malam harinya, mereka makan malam berdua. Saat mereka selesai makan dan
melanjutkannya dengan minum wine, Tae Yoon mengatakan bahwa dia akan
mengatakan sesuatu yang penting. Joo Yeon cepat-cepat mengeluarkan buku
catatannya dan bersiap menulis perintah Tae Yoon. Tapi Tae Yoon langsung
memberitahunya bahwa dia tidak bicara tentang masalah pekerjaan.
Tae Yoon mengatakan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu sebagai seorang
pria. Dulu saat dia ingin mengatakan hal seperti ini dia akan membeli
bunga dan cincin. Tapi sekarang setelah dia bingung tentang apa yang
harus ia lakukan, pada akhirnya dia datang dengan tangan kosong.
"Berkencanlah denganku, Joo Yeon-ah"
Joo Yeon langsung melotot terkejut.
Tae Yoon mengatakan bahwa dia tahu mungkin Joo Yeon akan berpikir semua
ini terlalu tiba-tiba tapi menurutnya sebaiknya dia tidak menyia-nyiakan
waktu. Tae Yoon mengatakan karena dia sudah memberanikan dirinya untuk
mengungkapkannya maa sebaiknya Joo Yeon juga melangkah mendekat padanya.
Tae Yoon mengatakan bahwa dia tidak bisa berjanji bahwa dia tidak akan
berubah, dia juga tidak bisa mengatakan bahwa dia hanya akan melihat Joo
Yeon seorang apapun yang terjadi.
"Sekarang ini, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintaimu karena
itu pastilah kebohongan. Tapi ada satu hal yang bisa uucapkan dengan
percaya diri. Aku akan berusaha dan juga aku akan berusaha melakukan
yang terbaik untukmu"
Joo Yeon bernarasi "Pada saat itu. Aku memikirkan Wan yang sedang
menungguku di rumah, apa yang akan dia katakan jika aku menerima
pengakuan cinta seperti ini"
Joo Yeon membayangkan reaksi Joo Wan setelah ia memberitahunya tentang
pengakuan cinta Tae Yoon. Joo Wan bertanya apakah setelah mendapat
pengakuan cinta seburuk itu, Joo Yeon tetap mau menerimanya. Joo Wan
langsung mengingatkannya bahwa segala sesuatu yang tidak indah dan tidak
bersinar itu namanya bukan cinta.
Tapi Joo Yeon tidak peduli omongan Joo Wan dan terus tersenyum bahagia.
Joo Wan langsung marah dan menyuruh Joo Yeon untuk tidak tersenyum.
"Bahkan sekalipun kau menerimah pengakuan cinta seburuk itu, kau masih
tersenyum? Tanpa bunga, tanpa cincin. Dia bahkan tidak bilang dia
mencintaimu. Apa kau sudah gila? Apa bagusnya hal itu?" tanya Joo Wan
Kembali ke kenyataan, Joo Yeon melanjutkan narasinya bahwa jika Joo Wan
bertanya seperti itu maka dia akan menjawab "Karena tidak ada bunga
ataupun cincin aku menyukai pengakuan cinta ini"
Tae Yoon bertanya jika memang Joo Yeon merasa sulit untuk memberinya jawaban, apakah dia membutuhkan waktu untuk memikirkannya.
"Tidak. Aku akan menjawab sekarang. Mari kita pacaran. Aku juga akan berusaha" ujar Joo Yeon
Sementara itu, Joo Wan sedang berada di toko bunga dan memilih-milih
bunga untuk dijadikan buket. Penjual bunga bertanya untuk siapa
bunganya.
"Untuk orang yang kucintai" kata Joo Wan
Joo Yeon dan Tae Yoon saling tersenyum.
Joo Yeon bernarasi "Bahkan tanpa kata 'aku mencintaimu'. Semua
kata-kata itu sudah cukup, kata yang mengatakan bahwa dia akan berusaha,
yang mengatakan bahwa dia akan melakukan yang terbaik untukku.
Lagipula, seiring berjalannya waktu, debaran hati yang pertama akan
menghilang. Janji untuk berusaha jauh lebih baik daripada mengatakan aku
mencintaimu. Karena itulah aku punya keyakinan atas hubungan ini"
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam