Sinopsis White Cat Legend Episode 11 & Episode 12

Li Bing kembali ke Aula Mingjing dengan lesu dan mendapati para bawahannya sedang menunggunya, termasuk Wang Qi, dan ada sebuah buntelan yang dia kenali di atas mejanya.

Ya, benda itu memang miliknya yang dicuri Setangkai Bunga, dan Wang Qi cs menemukannya berdasarkan petunjuk kata-kata bahasa asing yang sudah terbakar tadi. Makanya Li Bing jadi mengira kalau mereka semua pasti sudah mengetahui rahasianya. 

Namun yang tak disangkanya, ternyata mereka semua sama sekali belum membuka buntelan itu. Aww, mereka yakin kalau buntelan itu pasti berisi rahasianya Li Bing, tapi alih-alih kepo, mereka justru menghormati privasi Li Bing dan meyakinkannya kalau mereka pasti tidak akan membocorkan apa pun rahasianya.

Mereka tadi sengaja memanggil Wang Qi untuk ikutan, karena benda itu disembunyikan di atas papan nama gedung, makanya mereka butuh bantuan satu orang lagi untuk mengambilnya. 

Sekalian, mereka juga berharap kalau Li Bing akan berubah pikiran dan mau mempekerjakan Wang Qi kembali jika Wang Qi membantu mereka. Sayangnya, walaupun Li Bing terharu dengan sikap mereka yang benar-benar menghormatinya, tapi dia tetap tidak berubah pikiran tentang pemecatan Wang Qi. (Aww, poor Wang Qi)

Hanya saat dia berduaan dengan Chen Shi, Li Bing membuka buntelan yang ternyata berisi sebuah kotak penyimpanan. Di kotak itu, dia menyimpan berbagai catatan hariannya dulu.

Dulunya, dia membawa kotak ini saat dia diserang dalam perjalanan mengantarkan jenazah ayahnya. Tak disangka kalau kotak ini jatuh ke tangan orang itu.

Dia memberitahu Chen Shi kalau orang itu sudah mati sekarang. Sayang sekali, padahal dia saksi penting dan mengetahui rahasianya juga. Dia benar-benar penasaran bagaimana orang itu bisa mengetahui rahasianya.

Tengah malam, Li Bing mendatangi Jenderal Qiu untuk menyerahkan dokumen pembebasan status budaknya Jenderal Qiu yang dia temukan di dalam kotak tadi. Ah, jadi ternyata, ayahnya Li Bing sudah menyetempel dokumen pembebasan ini sejak tiga tahun yang lalu.

Namun waktu itu, setelah Jenderal Qiu kembali dari medan perang, dia terus menerus menghindari mereka, makanya Li Bing tidak sempat memberikan surat ini padanya. Sekilas, Jenderal Qiu tampak galau, tapi pada akhirnya, dia tetap menanggapi ini dengan sikap dingin seperti biasanya.

Malam itu juga, setelah api di kamp budak sudah padam, kita melihat Setangkai Bunga ternyata sama sekali tidak mati. Dia bahkan keluar dari reruntuhan dengan santainya seolah baru bangun tidur tanpa luka sedikit pun. 

Wang Qi jadi frustasi dan akhirnya melampiaskannya dengan minum-minum. Semakin mabuk, pikiran dan cerocosannya menjadi semakin ngaco, mengira dirinya sudah menjadi hakim muda yang menghukum Li Bing.

Bahkan saking percayanya dengan khayalannya sendiri, dia malah menulis surat ke orang tuanya, mengklaim kalau dia sudah menjadi hakim muda. Parahnya lagi, dia benar-benar mengirimkan surat itu. Hadeh!

Alibaba benar-benar kaya raya. Saat jalan-jalan dengan Chen Shi di pasar dan melihat penjual lampion berbagai bentuk, alih-alih membeli satu biji, Alibaba langsung saja membeli semuanya, sekios-kiosnya sekalian dia beli. Pfft!

Dia mengaku bahwa dia rutin membeli lampion untuk menulis peribahasa di situ untuk memotivasinya dalam mempersiapkan ujian tingkat 8.

Ujian tingkat 8 adalah pengakuan terpenting bagi orang asing yang berniat mempelajari bahasa Mandarin. Jika dia berhasil lulus, maka itu bisa menjadi bukti baginya untuk masuk ke dalam susunan staf resmi Mahkamah Agung.

Namun ujian ini juga merupakan kesulitan terbesar dalam hidupnya. Setiap tahun dia selalu berusaha tapi gagal terus karena berbagai alasan. Tahun pertama, dia gagal gara-gara salah mengisi formulir ujian. Tahun kedua, dia gagal gara-gara salah mengisi jawaban. 

Tahun ketiga, dia gagal gara-gara ketiduran pas hari ujian saking capeknya belajar. Tahun ini dia juga gagal lagi gara-gara dirampok orang di tengah jalan pas hari ujian. (Pfft! Kasihan) Makanya dia bertekad untuk bisa lulus tahun depan.

Chen Shi melihat kereta kuda muncul di depan Mahmakah Agung. Yang datang adalah seorang bibi yang dengan antusias mengaku kalau dia adalah ibunya hakim agung.

Chen Shi awalnya mengira kalau dia adalah ibunya Shangguan Qin, eh ternyata dia ibunya Wang Qi yang benar-benar percaya kalau sekarang putranya sudah menjadi hakim agung.

Chen Shi yang tidak mengerti apa-apa jelas bingung dan cuma bisa terdiam bengong, tapi Sun Bao jelas sudah tahu dan langsung berakting menyebut Wang Qi sebagai hakim agung dan cepat-cepat mengarahkannya ke rumahnya Alibaba.

Lalu tak berapa lama kemudian, muncul seorang paman yang mengaku kalau dia adalah ayahnya hakim agung, errr, lebih tepatnya, dia ayahnya Wang Qi. 

Bagaimana Sun Bao bisa mengetahui masalah ini? Sebenarnya saat Wang Qi sadar dari mabuknya, dia langsung panik ke kantor pos untuk mengambil kembali suratnya, tapi ternyata sudah dikirim dengan pengiriman kilat karena pihak pos pikir kalau itu surat penting. Pfft!

Kebetulan Sun Bao lewat dan menyaksikan kejadian ini, makanya dia tahu duluan dan membantu Wang Qi bersandiwara begitu ibu dan ayahnya datang.

Jadilah semua anggota Aula Mingjing harus bekerja sama membantu Wang Qi untuk bersandiwara sekarang. Untungnya sandiwara mereka hari ini bisa dilakukan dengan mudah karena kebetulan, hari ini adalah hari ulang tahun Kaisar sehingga Li Bing harus pergi ke istana dan baru akan kembali nanti malam.

Wang Qi benar-benar tidak berani ngomong yang sebenarnya pada kedua orang tuanya, terutama karena ayahnya biasanya sangat ketat padanya. Yaaaaa walaupun sebenarnya, dia jenis suami takut istri. Pfft!

Puas bermain catur bersama Cui Bei, Ayah dan Ibu mendadak menuntut untuk melihat-lihat Mahkamah Agung. Tapi berhubung Shangguan Qin tidak ikut pergi ke perjamuan istana, pastinya mereka harus menjauhkannya dulu dari MA.

Alibaba melakukannya dengan mudah dengan cara menyuap Hu Si dengan satu koin emas besar untuk membujuknya mengajak Shangguan Qin keluar jalan-jalan. Untungnya Hu Si tidak curiga dan bisa disuap dengan mudah.

Setelah memastikan keadaan sudah aman, tim Aula Mingjing pun membawa orang tua Wang Qi ke Mahkamah Agung. Tapi tiba-tiba Ibunya Wang Qi menuntutnya untuk memakai seragam hakim agung, terpaksa Wang Qi harus ganti baju memakai seragamnya Li Bing yang ukurannya agak sedikit kebesaran.

Belum puas juga mereka melihat sang putra memakai seragam, kali ini mereka juga ingin melihat langsung dia bekerja. Terpaksalah Wang Qi harus berakting lebih lanjut menuruti mereka dan mengambil resiko menulis sebuah tanggapan di salah satu dokumen kerjanya Li Bing yang jelas saja membuat Cui Bei melotot ketakutan akan reaksi Li Bing kalau Li Bing tahu nantinya.

Puas melihatnya bekerja, mendadak mereka sekarang ganti haluan ingin jalan-jalan melihat-lihat tempat ini. Terpaksa Sun Bao harus menemani mereka.

Di perjamuan istana, Li Bing bertemu lagi dengan Jenderal Qiu, Wakil Menteri Departemen Hukum dan Shangguan Lian (Ayahnya Shangguan Qin).

Acaranya dimeriahkan dengan tarian penari bertopeng. Bahkan sejak awalnya Li Bing mulai merasa aneh dengan si penari, dan semakin curiga saat si penari menghampiri semua tamu satu per satu hingga sampai padanya.

Jelas kalau si penari lebih tertarik padanya dibandingkan dengan tamu yang lain. Dia sama sekali tidak bersuara dan hanya menggunakan gerakan-gerakan tubuh ala-ala pantomim, memancing orang untuk tebak-tebakan tentang apa yang mau dia sampaikan, dan sengaja dia memilih Li Bing untuk menjadi penerjemahnya.

Li Bing berhasil menerjemah gerakan-gerakannya dengan tepat. Namun tak berhenti sampai di situ, si penari bertopeng tiba-tiba saja menyerang Li Bing. Dari gerakannya, Li Bing seketika teringat pada Setangkai Bunga yang jelas saja membuatnya curiga. Li Bing dengan cepat melepaskan topengnya, tapi sayangnya, ternyata dia memakai topeng dua lapis.

Serangan si penari terkesan hanya untuk menggoda dan hiburan, makanya Kaisar juga tidak curiga apa-apa, malah senang dengan sesi hiburan ini, makanya dia menghadiahkan dua lampion kesukaannya untuk si penari dan Li Bing.

Malam sudah semakin larut, Sun Bao berusaha membujuk Ayah dan Ibunya Wang Qi untuk pulang ke kediaman luar dulu, takut ketahuan karena Li Bing sebentar lagi pasti akan pulang. 

Tapi tepat saat itu juga, mendadak Shangguan Qin pulang duluan, dan begitu mendengar kalau dia juga seorang hakim agung, Ibunya Wang Qi langsung nyerocos antusias tentang putranya yang juga jadi hakim agung di sini.

Pastinya Shangguan Qin mengira kalau dia adalah kerabatnya Li Bing, eh malah diberitahu kalau putra yang dia maksud adalah Wang Qi.

Sontak saja Shangguan Qin langsung memanggil semua orang keluar dan marah-marah mengomeli mereka. Eh Wang Qi malah nekat meneruskan aktingnya, balas mengomeli Shangguan Qin seolah posisi mereka setara.

Namun saat inilah Ayah mulai menyadari ada yang aneh dari putranya karena dia tidak melihat Wang Qi memakai lencana hakim muda. Sadar kalau Wang Qi sudah bohong, Ayah sontak marah menghajarnya pakai sapu.

Chen Shi ketakutan dengan kekacauan ini dan langsung kabur duluan, dan kebetulan bertemu dengan Li Bing yang baru pulang. Dia berusaha menghalangi Li Bing masuk, tapi gagal dan akhirnya mereka menyaksikan kekacaubalauan yang terjadi di dalam.

Jadilah sekarang Wang Qi disidang. Li Bing benar-benar kecewa padanya, belakangan ini dia sebenarnya belum menyetempel resmi surat pemecatannya karena mempertimbangkan semua orang yang masih berharap Wang Qi akan berubah. Tapi Wang Qi malah semakin mengecewakannya.

Li Bing hampir saja mau memecatnya secara resmi, tapi kedua orang tuanya mendadak muncul dan berusaha membela putranya dan memohon agar dia diberi kesempatan lagi. Ibu mengakui kesalahannya yang terlalu memanjakan anak sehingga membuat anaknya jadi seperti ini. Ayah pun berusaha menjilat Li Bing.

Wang Qi yang sedari tadi hanya diam, akhirnya angkat bicara mengakui semua kesalahannya, baik kesalahannya di kasus sebelumnya dan juga perbuatannya hari ini.

"Aku juga terlalu malu untuk memohon kepada Tuan Hakim Muda agar membiarkanku kembali ke Aula Mingjing. Namun, aku masih ingin bilang pada Tuan Hakim Muda. Asalkan Mahkamah Agung masih memiliki tempat untuk Wang Qi agar tidak berpisah dengan saudara-saudara yang ada di belakangku ini, meskipun hanya sebagai pelayan serabutan ataupun koki di dapur, aku tetap akan melakukan yang terbaik. Aku akan ikut ujian dan berusaha kembali ke Aula Mingjing."

Shangguan Qin akui kalau Wang Qi sebenarnya cukup berbakat. Namun karena Wang Qi adalah orang Aula Mingjing, jadi keputusan tentang dia boleh atau tidak untuk tetap di sini, dia serahkan sepenuhnya ke Li Bing.

Li Bing lebih gregetan lagi saat mendengar kalau Wang Qi tadi nekat menulis tanggapan di salah satu dokumen kasusnya. Tapi saat dia membaca tanggapan Wang Qi, dia mulai tertarik juga karena ternyata tanggapannya tidak asal-asalan, terutama tanggapannya tentang bukti paling penting. Yaitu kain sutra yang masih utuh padahal sudah direndam lama, padahal kain sutra rentan hancur jika direndam terlalu lama.

Keluarganya Wang Qi memiliki bisnis kain, makanya Wang Qi juga banyak tahu tentang kelebihan dan kelemahan tiap-tiap kain. Berkat tanggapannya terhadap kasus inilah, Li Bing akhirnya berbaik hati mengizinkan Wang Qi tetap tinggal di sini jika tanggapannya ini terbukti benar dan mereka bisa menangkap pelakunya.

Hanya saja, aturan tetap aturan. Karena Wang Qi berbuat salah, jadi jabatannya diturunkan menjadi petugas pencatat. Dan dia juga tetap harus dihukum... dihukum ganti rugi satu set seragamnya Li Bing. Aww, semua orang akhirnya bisa lega, Ibu berjanji akan membuatkan seragam baru untuk Li Bing.

Hari ini, Wang Qi akhirnya kembali ke Aula Mingjing dengan membawakan senampan besar kue dan sekeranjang buah untuk teman-temannya. Lagi enak-enaknya makan sambil ngobrol santai tentang keberhasilan Wang Qi dalam kasus kain sutra kemarin, Li Bing mendadak muncul.

Semua orang langsung tegang saja, mengira Li Bing bakalan marah lagi. Tapi yang tak disangka, Li Bing mendadak ikutan makan juga dan jadilah mereka semua makan bersama dengan riang gembira.

Chen Shi dilatih dengan ketat oleh semua rekannya. Dia memang lebih seringnya tidak serius dan malas belajar, tapi kalau didesak dan dipaksa untuk mengerahkan segenap kekuatan dan kemampuan fisik dan otaknya, sebenarnya dia lumayan pintar juga.

Setelah beberapa hari belajar dan berlatih begitu keras, Chen Shi benar-benar kecapekan sampai ketiduran di bawah pohon kiosnya Paman Peramal.

Terlepas dari keberuntungannya bisa masuk MA, Chen Shi tetap dengan tujuan utamanya, mencari kakaknya. Masalahnya, dia tidak enak untuk bertanya pada Li Bing dan yang lain mengingat semua orang sangat sibuk.

Makanya hari ini dia mendatangi Paman Peramal. Untungnya Paman Peramal mau meramal untuknya tanpa dibayar, dan menurut ramalan Paman Peramal, dia memperkirakan kalau Chen Shi mungkin akan berhubungan dengan air dan mungkin akan mendapatkan petunjuk tentang keberadaan kakaknya. Tapi, keberuntungannya juga akan disertai dengan kesulitan dan masalah. Jadi dia mewanti-wanti Chen Shi untuk berhati-hati.

Saat hendak pulang, Chen Shi bertubrukan dengan seseorang yang menjatuhkan sebuah kantong kecil. Dia tidak berpikir aneh-aneh dan langsung saja membawa pergi kantong itu karena orangnya juga sudah jauh. Hmm, tapi sepertinya orang barusan adalah Setangkai Bunga, entah apa yang dia rencanakan.

Di tengah jalan, Chen Shi melihat seorang paman penjual air yang sedang mencari sesuatu miliknya yang hilang, dan ternyata yang dia cari adalah kantong kain sulam bunga miliknya yang cukup berharga karena kantong kain itu disulam oleh ibunya.

Mendengar itu, Chen Shi langsung memperlihatkan kantong yang tadi dan ternyata benar milik si Paman penjual air. Jadilah mereka mulai ngobrol-ngobrol. Ternyata si paman berasal dari daerah utara yang sama dengan Chen Shi. Makanya Chen Shi langsung antusias mencoba menanyakan tentang kakaknya yang bernama Chen Jiu, siapa tahu Paman mengenalnya, kakaknya itu mirip dia. 


Sayangnya, walaupun Paman mengaku bahwa dia merasa familier dengan wajah Chen Shi, tapi dia sudah tidak begitu ingat. Hmm, tapi setelah Chen Shi pergi, ekspresi Paman entah mengapa jadi agak aneh dan mencurigakan.

Li Bing frustasi, dia benar-benar tidak bisa menemukan satu pun petunjuk tentang Setangkai Bunga, sama sekali tidak ada catatan apa pun padahal Setangkai Bunga pernah dipenjara.

Mendadak Alibaba muncul  dan dengan antusias melaporkan bahwa ada kasus baru di daerah dermaga Xintan. Di dalam Kuil Raja Naga di samping dermaga, ada orang yang meninggal. Tapi dia merasa kasus ini aneh.

Orang-orang Departemen Hukum tiba sudah tiba duluan di TKP. Saat mereka baru tiba, korban sudah diangkut dan Wakil Menteri sendiri yang datang menyelidiki TKP. Tapi untungnya Wakil Menteri tidak mempersulit mereka dan mau bekerja sama. Yang mengejutkan mereka, korban meninggal dalam posisi meringkuk.

Bersambung ke episode 13

Post a Comment

0 Comments