Keesokan harinya, Joo Yeon terbangun dalam pelukan Joo Wan. Ia terkejut
saat ia melihat tangannya sedang menggenggam jempol Joo Wan erat-erat.
Joo Yeon cepat-cepat menarik tangannya dari jempol Joo Wan dan hal itu
malah membuat Joo Wan terbangun.
Namun Joo Wan tetap tidak bergerak dan berkata dalam hatinya "Shing
Shing sudah bangun. Aku yakin dia akan berteriak dan aku yakin dia akan
memukuliku dengan bantal"
Saat Joo Yeon bangkit, Joo Wan cepat-cepat menutup matanya dan
berpura-pura tidur. Joo Yeon lalu membelai rambutnya dan tindakan kecil
itu langsung membuat Joo Wan bangkit dengan ketakutan.
Joo Wan cepat-cepat meminta Joo Yeon untuk tidak marah-marah dulu.
"Kalau kau bertanya apa yang terjadi, kau tertidur dikursi dan kamarmu
terlalu jauh dan kau berat. Jadi, aku membaringkanmu di kasur tapi...
kau menggenggam jariku..." ujar Joo Wan
Joo Yeon langsung memotong pembicaraan Joo Wan dan berkata "Aku merasa takjub"
Joo Wan langsung kebingungan mendengarnya. Joo Yeon lalu menjelaskan
bahwa sudah cukup lama dia tidak tidur dengan nyenyak tanpa terbangun
sama sekali. Selama ini bahkan di hari minggu, Joo Yeon tidak pernah
bisa tidur nyenyak.
"Aku... tidur dengan sangat nyaman" kata Joo Yeon sambil tersenyum pada Joo Wan
Joo Wan hanya memandangnya dengan bingung lalu ia cepat-cepat berkata
bahwa ia merasa nyaman juga. Melihat sikap Joo Wan yang seperti itu, Joo
Yeon langsung tersenyum meremehkan.
"Bagaimana bisa kau disebut pria. Kau itu cuma adik dan kau hanya ubi"
ujar Joo Yeon sambil beranjak pergi meninggalkan kamarnya Joo Wan.
Walaupun Joo Wan tidak puas dengan sikap Joo Yeon barusan namun ia memutuskan untuk menikmatinya saja saat ini.
Joo Wan lalu mengejar Joo Yeon lalu memeluknya sampai membuat Joo Yeon langsung protes.
"Kau bilang kau merasa nyaman. Kau bilang aku bukan pria. Kalau begitu akan menjadi ubi saja"
Perkataan Joo Wan itu langsung membuat Joo Yeon tersenyum tetapi ia cepat-cepat minta dilepaskan.
"Mulai besok mari kita tidur bersama. Aku juga merasa sangat nyaman" ujar Joo Wan
Joo Yeon langsung protes keras dan melepaskan pelukan Joo Wan.
Sementara itu, di apartemennya Tae Yoon, Se Ryeong terbangun dengan
wajah gatal karena alergi. Ia langsung meminta obat anti alergi pada Tae
Yoon tetapi Tae Yoon langsung meminum obatnya sendirian lalu menggoda
Se Ryeong dengan menjauhkan botol obatnya dari jangkauan Se Ryeong.
Tae Yoon menyuruh Se Ryeong untuk tidak meminum obatnya saja karena Tae
Yoon merasa Se Ryeong sangat cantik saat ia sedang alergi. Se Ryeong
lalu mengejarnya sampai mereka berdua terbaring berpelukan di sofa.
Sementara itu Joo Wan juga mengejar Joo Yeon sampai Joo Wan berhasil
menangkapnya dan akhirnya mereka berdua duduk menonton TV sambil
berpelukan.
Joo Yeon bernarasi "Beberapa cerita dongeng berakhir disini. Ending yang
mengatakan bahwa hanya akan ada kebahagiaan untuk kedua pasangan ini.
Kita menyebutnya dengan happy ending. Tapi pada kenyataannya, momen itu
hanyalah suatu momen dalam sebuah cerita tanpa akhir. Kita harus
menjalani sisa bagian dari cerita itu dengan apa yang kita sebut sebagai
kehidupan. Bukan sebagai pemain utama dalam cerita dongeng tapi sebagai
pemain utama dalam dunia nyata. Tanpa mengetahui momen pasangan lain
yang mungkin sedang menunggu kita"
Keesokan harinya, Joo Yeon dan timnya minus Min Jung pergi ke gudang
untuk mengecek barang-barang mereka yang tak laku terjual. Hee Jae
mengeluh karena ia merasa diperdaya oleh Se Ryeong.
"Tapi direktur masih percaya bahwa Oh Se Ryeong tidak ada maksud lain" kata Woo Young
Hee Jae bertanya pada Joo Yeon apakah Joo Yeon merasa marah dengan
kejadian ini, Hee Jae meyakinkan Joo Yeon bahwa ia juga merasa sangat
marah.
Tetapi fokus perhatian Joo Yeon adalah barang-barang dagangan mereka
yang masih utuh, hal seperti ini adalah yang pertama kalinya terjadi
sejak ia bekerja di perusahaan itu.
"Ah, harga diriku terluka" keluh Joo Yeon
Joo Yeon lalu bertanya pada Hee Jae apakah masih belum ada kabar dari Min Jung.
Min Jung ternyata sedang pergi ke dokter lagi, tapi kali ini dokter yang
berbeda yang memberi Min Jung diagnosis yang berbeda pula.
Dokternya yang baru ini mengatakan pada Min Jung bahwa saat ini Min Jung
sedang hamil. Min Jung langsung bingung karena yang selama ini Min Jung
dengar adalah gejala yang dialaminya adalah gejala menopause dini.
"Orang yang didiagnosis mengalami menopause dini masih bisa hamil.
Walaupun jarang tapi tetap kasus seperti ini tetap ada. Seperti sebuah
keajaiban. Kehamilan seperti ini biasanya sulit, bahkan sekalipun dengan
melalui in-vitro fertilization (bayi tabung)" kata dokter
Dalam perjalanannya keluar rumah sakit, Min Jung teringat perkataan
dokter yang mengatakan bahwa kehamilan Min Jung ini mungkin akan menjadi
kehamilannya yang pertama dan terakhir karena Min Jung mengalami gejala
menopause dan ada penurunan fungsi ovarium sehingga resiko terjadinya
keguguran akan cukup besar, dokter menyarankan Min Jung untuk
membicarakan masalah ini baik-baik dengan ayah sang bayi.
Min Jung berjalan keluar dengan langkah lemas, saat ia melihat wanita
yang sedang hamil besar lewat didepannya, ia langsung menggumam tak
percaya dengan kehamilannya. Namun saat ada 2 anak yang tak sengaja
mendorong perutnya Min Jung langsung ketakutan dan melindungi perutnya.
Joo Yeon mendatangi apartemen Min Jung. Ia mencoba memencet bel pintunya
berkali-kali dan Min Jung ternyata malah muncul dari belakangnya dengan
memakai kerudung yang dibalutkan ke wajahnya (untuk penyamaran).
"Siapa ini? $200 per menit?" sindir Min Jung
"Apa kau baru kembali dari belanja? Kau pasti sangat bersenang-senang"
"Aku senang tidak harus melihat wajahmu"
"Sepertinya sudah cukup lama kita sependapat"
"Untuk apa kau datang?"
"Apa kau pikir aku datang karena merindukanmu?"
Saat itu, tiba-tiba pintu apartemen Min Seok terbuka. Min Jung
cepat-cepat membuka pintunya dan menarik Joo Yeon masuk sebelum Min Seok
benar-benar keluar dari apartemennya, namun Min Seok masih sempat
mendengar pintu tetangganya tertutup yang membuatnya tahu bahwa
tetangganya ada di rumah.
Min Seok lalu mengetuk pintu apartemennya Min Jung karena ia ingin
memberikan sesuatu untuk Min Jung semenatara didalam Min Jung menyuruh
Joo Yeon untuk diam.
Saat Min Jung masih juga belum mau keluar, Min Seok langsung kesal
menggedor pintunya, karena hal seperti ini bukan yang pertama ataupun
yang kedua kalinya ia diacuhkan tetangganya yang satu ini.
"Aku ini bukan orang aneh" ujar Min Seok
Tiba-tiba pintu apartemen Min Jung terbuka dan yang keluar menemuinya
adalah Joo Yeon. Min Seok langsung terpesona melihat Joo Yeon.
"Lee Min Jung-Ssi?" tanya Min Seok
"Benar, aku Lee Min Jung" kata Joo Yeon
Min Seok lalu memberi Joo Yeon sebuah paket yang berisi buku.
"Terima kasih. Tapi, kudengar anda memanggilku warga negara senior yang hidup sendirian" ujar Joo Yeon
Saat Min Seok berusaha memberi penjelasan, Joo Yeon langsung memotong
pembicaraannya dan bertanya "Bagian mana dariku yang terlihat seperti
warga negara senior yang hidup sendirian?"
"Anda benar-benar tidak terlihat seperti itu" ujar Min Seok
Joo Yeon langsung meminta Min Seok untuk pergi dan mengatakan pada semua
orang dengan benar bahwa yang tinggal di apartemen itu adalah wanita
single, cantik dan mempesona. Dan Min Seok langsung menurut.
Didalam, Joo Yeon mengatakan pada Min Jung yang bersembunyi di belakang
pintu bahwa ia sudah melakukan apa yang Min Jung suruh, jadi Min Jung
harus kembali bekerja besok.
"Tapi pria itu, kelihatannya cukup normal lebih dari yang kukira. Sepertinya dia pria yang sopan" kata Joo Yeon
Min Jung lalu mengeluarkan buku pemberian Min Seok yang ternyata ditulis
sendiri oleh Min Seok. Joo Yeon langsung membaca biodatanya Min Seok
dari buku itu dan ternyata Min Seok lebih muda 3 tahun dari Min Jung dan
lulusan universitas bergengsi.
"Dia bagus kan?" tanya Min Jung
"Iya, sangat"
"Bagaimana menurutmu jika dia adalah ayah dari bayiku?"
Joo Yeon tidak mengerti apa maksudnya Min Jung. Maka Min Jung langsung
memberitahu Joo Yeon bahwa ia sedang hamil dan mungkin akan menjadi
kehamilannya yang terakhir. Joo Yeon langsung melotot ketakutan
mendengar perkataan Min Jung itu.
Dan saat Min Jung ingin bercerita lebih jauh, Joo Yeon cepat-cepat
menghentikannya karena ia merasa tidak ingin mendengar percakapan yang
terlalu personal semacam ini.
Saat Joo Yeon melihat Min Jung menangis, ia cepat-cepat menjelaskan
bahwa ia mengerti bahwa Min Jung pasti sedang sedih tetapi Joo Yeon
merasa bahwa ia tidak perlu mengetahui hal-hal semacam ini dan Joo Yeon
juga merasa bahwa ia tidak akan bisa membantu Min Jung.
Joo Yeon benar-benar merasa bingung dengan situasi ini dan lebih bingung
lagi saat ia melihat air mata Min Jung, maka ia langsung cepat-cepat
pamit pergi meninggalkan Min Jung yang hanya bisa menangis sendirian.
Sesampainya di rumah, Joo Yeon langsung menceritakan masalah Min Jung
ini pada Joo Wan yang sedang menyiram tanaman. Joo Yeon mengatakan bahwa
ia sangat tidak menyukai perasaan tak nyaman yang dirasakannya dengan
situasi Min Jung itu.
"Kami bekerja bersama dan hal ini sangat membuatku cemas. Di kantor,
rumor pasti akan beredar apalagi karena dia belum menikah. Dan juga,
memminta izin cuti melahirkanpun akan cukup sulit"
Mendengar ocehan Joo Yeon yang kejam itu, Joo Wan langsung menyemprotkan air pada Joo Yeon dengan kesal.
"Kau tidak boleh bersikap seperti itu" kata Joo Wan
Joo Yeon langsung protes, memangnya apa yang harus ia katakan. Apakah ia
harus mengatakan pada Min Jung untuk melahirkan bayinya atau
menggugurkannya. Ini bukan hidupnya, bagaimana ia harus bertanggung
jawab nantinya.
"Memangnya dia memintamu untuk bertanggung jawab?" protes Joo Wan
"Jika bukan seperti itu, lalu kenapa kau terus ngotot tentang apa yang harus kukatakan padanya?"
"Dia hanya ingin kau mendengarkannya! Dia hanya ingin kau menemaninya"
Joo Yeon malah semakin bingung, jika ia menemani Min Jung apakah
masalahnya akan selesai, bukankah hal itu hanya akan membuat hati mereka
menjadi lebih sakit.
"Temanilah dia sejenak. Dengarkanlah dia sejenak, lalu kau hanya harus mengatakan satu hal saja 'apapun keputusan yang kau buat, aku akan selalu medukungmu'" Joo Wan memberi Joo Yeon nasehat
Joo Yeon malah semakin bingung dan bertanya-tanya bagaimana sebuah
dukungan bisa membantu. Joo Wan langsung mengeleng-gelengkan kepalanya
melihat sikap Joo Yeon itu.
Joo Wan langsung berlalu pergi dan Joo Yeon langsung mengejarnya sampai ke kamar mandi.
"Jika kau bilang aku ini satu-satunya yang jahat dan bersalah, maka aku
pasti akan marah. Kau mengatakan semua itu karena kau tidak tahu seperti
apa kantor itu. Kau tidak tahu betapa kejamnya sebuah tempat kerja"
protes Joo Yeon
"Aku tidak mau mendengar alasanmu. Karena inilah kau mendengar orang
mengataimu crustasea" ujar Joo Wan sambil berlalu keluar dari kamar
mandi
Joo Yeon langsung mengejarnya lagi sambil protes karena Joo Wan
mengatainya crustasea. Joo Yeon mengikuti Joo Wan sampai ke kamarnya dan
langsung mengoceh lagi sementara Joo Wan asyik sendiri memainkan
gitarnya dan tidak mempedulikan ocehan Joo Yeon sama sekali. Saat Joo
Wan masih saja mengacuhkannya, Joo Yeon langsung berteriak marah.
"Kau merasa marah karena aku mengataimu jahat kan? Kau merasa sedih kan?" tanya Joo Wan
Joo Wan langsung memberitahu Joo Yeon bahwa Min Jung mungkin merasakan
suatu perasaan yang jauh lebih buruk daripada yang Joo Yeon rasakan saat
ini. Joo Yeon langsung terdiam mendengar perkataan Joo Wan itu.
Setelah itu, mereka berbaring berdua di kasur. Joo Wan mengajari Joo
Yeon untuk mengirim pesan penyesalan dan permintaan maaf pada Min Jung.
Joo Yeon sebenarnya tidak merasa seperti itu, tetapi ia tetap menurut
pada Joo Wan lalu mengetik permintaan maaf di poselnya.
Namun saat Joo Yeon ingin mengirimnya, ia malah merasa tak sanggup
mengirim pesan semacam itu karena Joo Yeon merasa tidak bisa
mempertanggung jawabkan pesan itu.
"Kalau begitu aku saja yang mengirimnya" kata Joo Wan sambil mnekan tombol kirim.
Joo Yeon langsung kaget dan panik saat pesan itu benar-benar sudah
terkirim. Ia langsung berteriak pada Joo Wan "Kau yang harus bertanggung
jawab"
Sikap Joo Yeon itu malah membuat Joo Wan merasa Joo Yeon sangat manis.
Joo Wan langsung memeluk Joo Yeon erat-erat sampai membuat Joo Yeon
langsung protes minta dilepaskan.
Min Jung menerima pesan dari Joo Yeon yang berbunyi: Maaf atas yang tadi, apapun yang keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu.
Dan setelah membaca pesan itu, Min Jung malah merasa bulu kuduknya merinding karena pesan Joo Yeon itu terasa lebih menakutkan.
Keesokan harinya di kantor. Joo Yeon dan timnya sedang sangat sibuk
melayani telepon komplain dari pelanggan yang ingin mengembalikan
barang-barang yang mereka beli dari timnya Se Ryeong, karena produk dari
Se Ryeong itu ternyata tidak sesuai untuk mereka.
Saat sedang makan siang bersama timnya, Joo Yeon mendengar beberapa
rekan kerja mereka mengejek kegagalannya. Joo Yeon tidak tahan
mendengarnya, maka ia langsung menghampiri orang-orang itu dengan senyum
manis lalu duduk bersama mereka.
Rekan-rekan kerjanya itu langsung menawarkan simpati tidak tulus dengan
cara menawari Joo Yeon slot siaran mereka agar Joo Yeon bisa menjual
barang-barangnya yang tak laku terjual.
Joo Yeon tersenyum dan berterima kasih atas kepedulian mereka tetapi Joo
Yeon langsung menyatakan dengan tegas bahwa ia dan timnya akan menjual
habis semua barang-barang mereka dengan usaha mereka sendiri. Anggota
timnya Joo Yeon yang duduk di meja lain langsung terkejut mendengar
pembicaraan Joo Yeon itu.
"Daripada menggunakan taktik menyedihkan seperti tim kalian. Kami akan
menggunakan metode yang kreatif dan agresif yang pasti akan membuat
perusahaan ini terkejut"
Joo Yeon menegaskan bahwa tim mereka pasti akan menjadi legenda yang akan berhasil menjual barang-barang tak laku.
Perkataan Joo Yeon itu serta merta membuat anggota timnya Joo Yeon malah
menjadi panik karena mereka sama sekali tak tahu menahu tentang metode
apa yang dimaksud Joo Yeon.
Dan ternyata metode yang dimaksud Joo Yeon adalah menjual barang-barang
mereka di kios pinggir jalan. Dengan memakai jaket yang seragam, semua
anggota timnya langsung protes.
"Kau sangat kreatif sampai membuatku khawatir akan ada rumor yang beredar" sindir Min Jung
Joo Yeon mengatakan bahwa ia tidak mau berang-barangnya itu menjadi produk 'free gift' yang akan digunakan oleh tim lain karena hal itu hanya akan melukai harga dirinya, karena itulah ia melakukan hal ini.
Joo Yeon lalu mencoba membujuk beberapa pembeli tetapi mereka langsung
kabur ke kios sebelah, Min Jung benar-benar merasa malu sampai ia
langsung menutup wajahnya dengan hoodie jaketnya.
Saat itu tiba-tiba Hee Jae melihat Se Ryeong dan semua anggota timnya
datang dengan memakai pakaian yang lebih tipis dan lebih fashionable
dari timnya Joo Yeon.
"Apa kau tidak kedinginan?" tanya Joo Yeon sinis
"Kami profesional" ujar Se Ryeong
Para pejalan kaki mengenali Se Ryeong dan dengan segera semua barang jualan mereka langsung diserbu pembeli.
Malam harinya. Setelah mereka berhasil menjual habis semua barang yang
mereka jual, Joo Yeon, Se Ryeong dan semua anggota tim mereka pergi
makan bersama di sebuah restoran.
Joo Yeon lalu menceritakannya pada Tae Yoon lewat telepon. Joo Yeon
mengatakan bahwa ia pantas mendapat pujian lalu meminta Tae Yoon untuk
merenungkan kembali sikap dinginnya pada Joo Yeon waktu itu.
Setelah selesai menelepon, Joo Yeon langsung kembali ke duduk bersama
semua orang. Se Ryeong mengatakan bahwa ia sudah memenuhi janjinya yang
bersedia bertanggung jawab jika terjadi pengembalian barang.
Tetapi Joo Yeon langsung menuduh timnya Se Ryeong sebagai sebagian
penyebab kegagalan mereka, jadi tentu saja timnya Se Ryeong harus
bertanggung jawab.
"Lagipula, jika dipikir lagi, tanggung jawabmu sebenarnya tidak cuma
sebagian. Jaket yang kujual kan kau yang pilih" tuduh Joo Yeon
Mendengar perkataan Joo Yeon itu, Se Ryeong langsung tersenyum sinis sambil memandang Hee Jae dan Woo Young.
"Sepertinya aku cukup hebat. Jadi kau menuduhku bahwa waktu aku memberi
Jung Hee Jae pakaian itu, aku akan yakin 100% bahwa kalian akan langsung
menyukai pakaian itu dan menyiarkannya?"
"Waktu itu mata kami terlalu fokus untuk mencari produk baru" ujar Min Jung
Se Ryeong langsung protes karena Min Jung menggunakan bahasa tidak
formal saat bicara dengannya dan Min Jung langsung mengingatkan Se
Ryeong bahwa Se Ryeong sendiri bicara tidak formal padanya.
Se Ryeong mengatakan bahwa ia bicara tidak formal pada Joo Yeon tapi Min
Jung langsung mengingatkannya bahwa saat ini Se Ryeong sedang bicara
padanya bukan pada Joo Yeon. Se Ryeong langsung tersenyum manis dan
mengatakan bahwa ia baru saja bicara dengan dirinya sendiri.
Min Jung benar-benar heran bagaimana Joo Yeon bisa berteman dengan orang semacam Se Ryeong.
"Karena itulah kami tidak bertahan lama, karena dia sangat kasar"
"Kau juga orang yang sulit" ujar Se Ryeong
Se Ryeong lalu berpaling pada Woo Young dan Hee Jae dan memberitahu
mereka berdua bahwa ia tahu mereka bicara buruk tentang Se Ryeong
setelah bicara ditelepon dengan Joo Yeon, Woo Young dan Hee Jae langsung
membela diri bahwa mereka tidak melakukannya.
Joo Yeon langsung memandangi timnya dengan pandangan kesal.
Se Ryeong lalu memberitahu Joo Yeon bahwa ia tidak pernah mendengar
hal-hal buruk semacam itu dari timnya. Timnya Se Ryeong langsung memuji
bos mereka.
Saat mereka keluar dari restoran, mereka melihat Tae Yoon muncul didepan
restoran. Tae Yoon melambaikan tangannya dan Joo Yeon langsung
menyapanya dengan ceria tetapi Se Ryeong langsung mengejutkan semua
orang dengan memberitahu mereka bahwa Tae Yoon datang menjemputnya.
Se Ryeong lalu menghampiri Tae Yoon dan Tae Yoon langsung membantu Se Ryeong memakaikan jaketnya lalu menuntunnya ke mobil.
Min Jung bertanya-tanya apakah mereka berdua sudah balikan. Hee Jae dan
Woo Young langsung mengerti kenapa waktu itu Tae Yoon lebih membela Se
Ryeong. Saat melihat mereka berdua pergi, tiba-tiba Joo Yeon merasa
dadanya kesakitan.
Sementara itu di rumah, Joo Wan sedang memasak makan malam. Ia lalu
menelepon Joo Yeon untuk menanyakan keberadaannya. Joo Yeon mengejutkan
Joo Wan saat ia memberitahu Joo Wan bahwa saat ini ia sedang di apotik
untuk membeli obat.
Joo Wan langsung panik dan bertanya dimana sakitnya. Joo Yeon mengatakan
bahwa ia merasa dadanya terasa nyeri terbakar. Joo Wan langsung
cepat-cepat berlari keluar rumah.
Di luar, ia melihat Joo Yeon telah sampai di depan rumah. Joo Wan
bertanya dengan panik kenapa Joo Yeon tiba-tiba merada dadanya nyeri
terbakar. Joo Yeon langsung terduduk kesakitan karena dadanya terasa
sangat sakit.
"Apa kau sudah minum obat? Apa tidak masalah jika tidak ke rumah sakit?"
"Sudah, tadi aku mengalami refluks asam (gangguan dimana cairan asam
lambung terdorong ke kerongkongan). Kurasa sekarang sudah agak membaik"
Joo Yeon bertanya-tanya kenapa dia bisa mengalami penyakit ini, apa
karena stres. Joo Wan bertanya apakah yang sakit di bagian dadanya. Joo
Yeon membenarkannya, ia merasa ada sesuatu yang menghambat di bagian
dadanya yang membuatnya merasa sesak dan sakit.
"Sejak kapan sakitnya?" tanya Joo Wan
Joo Yeon mengatakan bahwa ia mengalami rasa sakit itu sejak ia melihat
Tae Yoon dan Se Ryeong ternyata sudah balikan lagi. Joo Yeon mengira Tae
Yoon datang untuk menjemputnya tapi ternyata ia datang untuk menjemput
Oh Se Ryeong.
"Sunbae seperti orang bodoh. Se Ryeong akan segera masuk ke mobilnya,
untuk apa dia memakaikan jaketnya Se Ryeong? Semua orang sedang
melihanya tapi dia bahkan tidak merasa malu bahkan tidak memperhatikan
juga. Bagaimana bisa dia sebodoh itu?"
Tiba-tiba Joo Yeon merasa dadanya sakit lagi maka ia ingin minum obat
lagi tapi Joo Wan langsung menjauhkan obatnya dari jangkauan Joo Yeon.
Joo Wan bernarasi "Sesaat aku merasa ragu. Aku tidak mau memberitahumu
bahwa rasa sakit itu bukan di tubuhmu tapi di hatimu. Aku tidak mau
memberitahu alasan kenapa hatimu terasa sakit. Akan tetapi, saat kau
berumur 13 tahun kau pernah mengatakan padaku..."
Joo Wan teringat saat ia kecil ia bertanya pada Joo Yeon tentang apa itu
cinta. Joo Yeon mengatakan bahwa cinta adalah senyuman, cahaya, kilauan
dan tidak berbohong.
Sekarang, Joo Wan melanjutkan narasinya "Karena itulah, aku harus
memberitahumu. Jika aku tidak memberitahumu. Kau akan selalu memakan
obat yang tak berguna. Kau akan selalu tersesat dan terus mengembara
dengan sia-sia. Aku yakin bahwa cinta bukan tentang berpura-pura tidak
memperhatikan bahwa kau sedang tersesat dan mengembara"
Joo Wan lalu berpaling pada Joo Yeon yang langsung protes karena dia merasa sakit.
Joo Wan akhirnya memberitahu Joo Yeon bahwa dadanya sakit bukan karena nyeri terbakar.
"Hatimulah yang sakit. Alasan kenapa hatimu sakit adalah karena kau menyukai seseorang"
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam