Episode 7: Sekarang ini bukan tubuhmu yang sakit, tapi hatimu.
Joo Wan sedang memetik gitar dan Joo Yeon duduk disampingnya dan
menyanyi seirama petikan gitar Joo Wan dan mereka saling tersenyum pada
satu sama lain.
Joo Wan bernarasi bahwa sekarang ini ia telah kembali pada Shing Shing
selama 2 bulan dan Shing Shing tidak punya waktu untuk hal-hal semacam
ini. Errr... jadi ini imajinasi Joo Wan saja kah?
Pada suatu hari, Joo Yeon sedang sibuk memberi perintah di telepon saat
ia hendak berangkat bekerja. Saking sibuknya, ia bahkan mengacuhkan Joo
Wan yang mengkhawatirkannya karena lagi-lagi Joo Yeon tidak mau makan
sarapan sebelum berangkat kerja.
Saat pulang ke rumah, Joo Yeon sangat lelah sampai ia tidak nafsu makan.
Saat Joo Yeon tertidur di meja makan, tiba-tiba Joo Wan melihat
hidungnya berdarah. Joo Wan langsung panik lalu cepat-cepat mengambil
lap untuk menyumbat hidung Joo Yeon yang berdarah.
Joo Wan bernarasi "Shing Shing sangat sibuk. Terkadang saat dia dirumah,
dia tidak ada bedanya dengan mayat. Setidaknya seminggu sekali,
hidungnya pasti berdarah"
Joo Wan juga bernarasi bahwa saking sibuknya, Shing Shing bahkan lupa
membayar berbagai macam tagihan dan akibatnya berbagai macam surat
tagihan datang ke rumahnya.
Pada suatu malam, Joo Wan pulang dan melihat Joo Yeon sedang tertidur di
sofa. Ia lalu menggendong Joo Yeon untuk menidurkannya di dalam kamar.
Joo Wan melihat tangan Joo Yeon terkepal lagi, maka dia berusaha untuk
membuka kepalan tanganya lagi dan lagi-lagi tangan itu terkepal kembali
secara reflek.
Joo Wan juga melihat ada banyak luka lebam di tangan Joo Yeon. Joo Wan lalu mengoleskan obat salep untuk luka lebam itu.
Joo Wan melanjutkan narasinya "Dia selalu tidur dengan tangan terkepal,
seolah dia sedang bersiap untuk pertarungan berikutnya saat ia membuka
mata keesokan harinya. Dia seperti orang yang sedang berada di medan
perang. Ia juga sering mendapat luka lebam di tubuhnya tapi ia tidak
tahu bagaimana ia bisa terluka. Setelah tidur selama 4 jam, dia
terbangun setelah 5 alarm berbunyi"
Keesokan paginya, berbagai macam alarm berbunyi untuk membangunkan Joo
Yeon. Saat Joo Yeon masih setengah sadar, Joo Wan datang dengan
membawakan sarapan untuknya. Joo Yeon menolak sarapan itu karena dia
tidak ada waktu makan tetapi Joo Wan langsung menyuapinya.
"Setidaknya kau harus makan ini dulu sebelum pergi. Aku selalu melakukan
hal ini sejak aku kembali ke Korea. Walaupun kau masih belum sadar
betul, kau harus mendengarkanku. Sejak aku datang ke Korea, kurasa
tanganku menderita dermatitis (radang/infeksi kulit) karena terus
melakukan pekerjaan rumah tangga" ujar Joo Wan
"Maaf" gumam Joo Yeon yang masih setengah mengantuk
Joo Wan bernarasi bahwa karena kesibukannya itulah, Joo Yeon sampai
tidak menyadari apakah bunga mawar pemberian Joo Wan mekar atau layu.
Berlanjut ke saat Joo Yeon menangis di pelukan Joo Wan gara-gara Tae
Yoon bersikap dingin padanya. Joo Wan berkata dalam hatinya bahwa Joo
Yeon yang seperti itu ternyata bisa menangis karena pria yang
disukainya.
"Kau sangat bodoh" kata Joo Wan
Joo Wan bernarasi "Sama seperti saat kau tidak tahu bagaimana tanganmu
bisa sampai lebam. Saat ini, kau menangis tanpa kau tahu bahwa air
matamu mengalir karena cinta"
Setelah puas menangis, Joo Yeon tiba-tiba menghapus air matanya dan
merasa kelaparan. Joo Yeon lalu pergi ke dapur untuk mencari makanan di
kulkas dan menemukan sebuah apel.
"Lihatlah si cantik ini (apel)" puji Joo Yeon sambil memandangi apelnya
Joo Wan langsung memandang kebingungan melihat tingkah laku Joo Yeon
yang sudah berubah 180 derajat itu. Joo Wan bertanya-tanya dalam hatinya
apakah Joo Yeon yang dihadapannya ini adalah orang yang sama dengan
orang yang menangis semenit yang lalu.
Joo Wan berkata dalam hatinya "Terkadang saat dia seperti ini, dia membuatku merinding"
Joo Yeon mengatakan pada Joo Wan bahwa saat ia berangkat kerja hari senin nanti maka ia akan memiliki nama panggilan baru yaitu '$200 per menit'.
"Apa maksudmu?"
"Maksudnya adalah jumlah laba per menit adalah $200. $200 yang sangat sedikit"
"Wow... itu kejam. Orang-orang memanggilmu seperti itu?"
"Tempat kerja memang tempat yang menakutkan. tapi, apa kau tahu siapa orang yang pertama kali memberiku nama panggilan itu?"
Flashback saat di kantor. Tae Yoon ternyata adalah orang pertama yang memanggil semua anggota timnya dengan nama panggilan itu.
Tae Yoon memanggil Min Jung sebagai $300 per menit, Woo Young sebagai
$400 per menit dan Hee Jae sebagai $500 per menit. Tidak hanya
memanggil, Tae Yoon juga mengejek mereka di hadapan para pekerja yang
lain.
Kembali ke saat Joo Yeon bercerita pada Joo Wan tentang masalah nama
panggilan itu. Joo Yeon mengatakan pada Joo Wan bahwa ini adalah
kejadian paling buruk sepanjang karirnya bersama timnya yang sekarang.
Joo Wan bertanya, sunbae Kang itu orang yang seperti apa. Joo Yeon
mengatakan bahwa sejak ia bergabung dengan perusahaan itu, ia bekerja
dibawah pelatihan Tae Yoon.
Flasback saat Joo Yeon masih pegawai baru. Tae Yoon mengomeli Joo Yeon
karena tidak becus dalam melakukan pekerjaannya. Ia bahkan menghina
laporan kerja Joo Yeon yang jauh lebih buruk daripada laporan pelajar
sementara Joo Yeon hanya bisa menunduk ketakutan dan meminta maaf.
Dalam suatu pekerjaan yang lain, Tae Yoon lagi-lagi mengomeli Joo Yeon
yang gagal dalam menangani partner bisnis mereka. Tae Yoon bahkan tidak
bersimpati pada Joo Yeon saat Joo Yeon sakit.
"Atas izin siapa kau sakit? Jika hari ini kau ada siaran maka seharusnya
kau menjaga kesehatanmu. Disaat seperti ini apakah kau pantas disebut
profesional" ujar Tae Yoon
Tae Yoon tidak pula menaruh simpati saat Joo Yeon menangis. Tae Yoon
bertanya dengan dinginnya, memangnya Joo Yeon pikir pada siapa ia sedang
menunjukkan air matanya. Apakah Joo Yeon pikir dia kekasihnya atau
oppa-nya.
Kembali ke masa kini, Joo Yeon mengatakan pada Joo Wan bahwa Tae Yoon
adalah orang yang sangat beracun. Dan satu-satunya cara ia bisa bertahan
bekerja dengan orang semacam Tae Yoon adalah dengan menjadi crustasea.
Joo Wan berkata dalam hatinya "Jadi dia yang telah membuatmu kacau"
Akan tetapi baru saja Joo Yeon mengejek Tae Yoon, secara tiba-tiba ia
langsung berubah 180 derajat lagi dengan memuji berbagai macam kelebihan
Tae Yoon. Joo Yeon mengatakan bahwa Tae Yoon adalah orang yang pertama
kali seperti itu dalam hidupnya.
"Dia berhati dingin dan kasar. Tapi dalam beberapa kesempatan, dia
adalah orang yang sangat nyaman dan terkadang aku menghormatinya. Apa
kau tahu orang yang seperti itu? Seseorang yang membuatmu patuh dan
berpikir 'bahkan sekalipun orang lain mengatakan bahwa mereka menyukai kebebasan, aku lebih suka menuruti perintah'? Orang yang membuatmu berpikir seperti itu"
Joo Wan sangat kesal mendengar pujian Joo Yeon tentang Tae Yoon itu
sampai ia menyuruh Joo Yeon untuk memberitahunya tentang kekurangannya
Tae Yoon. Setelah bekerja bersama cukup lama, Joo Yeon pasti tahu
kekurangannya Tae Yoon.
"Ada satu hal darinya yang tidak kumengerti. Kenapa dia berpacaran dengan Oh Se Ryeong?"
"Oh Se Ryeong yang kukenal?" tanya Joo Wan
Joo Yeon memberitahu Joo Wan bahwa Se Ryeong dan Tae Yoon dulu pernah berpacaran.
Di kantor, Tae Yoon membuka sampanye untuk merayakan kesuksesan timnya
Se Ryeong yang mampu menjual habis seluruh baju yang mereka jual. Se
Ryeong dengan bangganya mengatakan bahwa ia selalu melakukan yang
terbaik dalam segala hal yang ia lakukan.
Woo Young dan Hee Jae adalah satu-satunya yang tidak bisa tersenyum dan
tertawa bahagia sama seperti Se Ryeong dan semua anggota timnya.
"Semua ini berkat kau. Aku tidak pernah berpikir melakukan home shopping" kata Se Ryeong pada Tae Yoon
"Bagaimana perasaanmu melakukan ini?" tanya Tae Yoon
"Menyenangkan, walaupun aku tidak tahu kapan aku akan merasa bosan"
Salah satu timnya Se Ryeong melihat Se Ryeong memakai kalung yang sama
lagi hari ini. Tae Yoon melihat kalung yang dipakai Se Ryeong dan
teringat bahwa kalung itu adalah kalung pemberiannya.
Anggota timnya Se Ryeong yang lain memberitahu bahwa kalung yang dipakai
Se Ryeong itu adalah kalung keberuntungannya, setiap kali Se Ryeong
mencoba melakukan sesuatu yang baru, ia pasti akan memakai kalung itu.
"Ini hadiah dari orang yang kucintai. Orang yang semakin kucintai bahkan setelah kami berpisah" kata Se Ryeong
Tae Yoon hanya menunduk mendengar perkataan Se Ryeong itu, ia lalu
cepat-cepat menghindar dengan pamit pergi. Setelah Tae Yoon pergi, Woo
Young bertanya, apakah mungkin cinta pada seseorang bertambah setelah
berpisah.
"Karena itulah aku gugup, karena ini pertama kalinya terjadi padaku" kata Se Ryeong pada Woo Young
Se Ryeong lalu masuk ke kantornya Tae Yoon untuk mengajaknya ke bar
untuk minum bersama dan menjenguk eve. Saat Tae Yoon hanya diam tak
menjawab pertanyaannya, Se Ryeong langsung bertanya sampai kapan Tae
Yoon akan menghindarinya.
"Apa kau tidak melihat usahaku? Dengan harga diriku, kau tahu bahwa ini semua tidak mudah untukku" kata Se Ryeong
"Karena itulah sebaiknya kau berhenti. Jangan membubuhi cerita seperti
semakin mencintai seseorang setelah perpisahan. Kau hanya ingin
menangkap ikan yang lepas dari tanganmu. Apa kau bahkan tahu betapa
berharganya ikan itu saat ia masih berada di tanganmu? Kaulah orang yang
kebingungan untuk mencari apakah ada orang lebih baik. Apa kau tahu apa
yang kupikirkan setiap kali aku melihatmu? Agar wanita ini terus
mencintaiku, maka aku berpikir aku tidak boleh tertangkap olehmu. Dengan
begitu, kau akan berusaha keras untuk memilikiku" ujar Tae Yoon
Setelah mendengar perkataan Tae Yoon itu, Se Ryeong malah merasa
bersyukur karena perkataan Tae Yoon barusan menyimpan arti bahwa ia
masih mencintai Se Ryeong. Tae Yoon meminta Se Ryeong agar mereka tetap
dalam hubungan mereka yang seperti ini saja, karena Tae Yoon merasa
tidak cukup memiliki kepercayaan diri.
"Kau hiduplah menjadi seperti dirimu sendiri dan biarkan aku sendiri,
biarkan aku menjalani hidupku seperti saat ini. Hiduplah dengan sifat
alamimu yang mempesona dan jangan bercanda lagi"
Tae Yoon lalu pergi meninggalkan Se Ryeong yang menangis sendirian di
dalam kantornya. Beberapa saat kemudian, Se Ryeong mengomeli dirinya
sendiri untuk segera sadar karena pasti ada cara lain untuk memiliki Tae
Yoon kembali.
Saat Se Ryeong keluar dari kantornya Tae Yoon, Hee Jae langsung
menghampirinya dengan membawa jaket yang diberikan Se Ryeong padanya.
Hee Jae bertanya apa maksud Se Ryeong yang sebenarnya dengan memberinya
jaket itu.
Dihadapan semua anggota timnya Se Ryeong, Woo Young dan Tae Yoon yang
baru saja kembali ke kantor, Hee Jae langsung menuduh Se Ryeong telah
memanfaatkannya dengan memberinya jaket itu untuk menghancurkan timnya
Joo Yeon.
"Seharusnya kau bertanya saja pada kami tentang apa pendapat kami
tentang produk ini. Tim kami bekerja seperti orang gila yang bodoh
dengan berusaha keras untuk menemukan produk baru karena designer Park
Seung Geon telah kau rebut dari kami. Tapi orang yang seharusnya
membantu kami untuk menemukan produk baru (Se Ryeong dan semua anggota
timnya) bahkan tidak menganggap kami sebagai satu tim"
Salah satu anak buah Se Ryeong langsung bertanya balik apakah timnya Joo
Yeon sendiri menganggap mereka sebagai satu tim, bahkan sekarangpun Hee
Jae sedang membedakan mereka dalam 2 tim yang berbeda.
"Kalianlah yang membuat perbedaan itu! Apa anda benar-benar memberi
jaket ini dengan niat yang buruk?" tanya Woo Young pada Se Ryeong
Awalnya ekspresi Se Ryeong terlihat cukup kecewa dituduh seperti itu,
namun kemudian dia memutuskan untuk membenarkan tuduhan Hee Jae bahkan
mengatai timnya Joo Yeon gampangan, Se Ryeong bahkan mengatakan bahwa
timnya Joo Yeon dengan mudahnya masuk ke dalam perangkapnya.
Tae Yoon yang sedari menyaksikan semuanya dalam diam, kali ini langsung
bertindak karena dia tahu bahwa Se Ryeong sedang berbohong.
"Kau tidak perlu bertindak sejauh itu" kata Tae Yoon pada Se Ryeong
Tae Yoon lalu meyakinkan Hee Jae dan Woo Young bahwa apa yang mereka pikirkan tentang Se Ryeong salah.
Tae Yoon lalu menuntun Se Ryeong keluar agar mereka bisa bicara berdua.
Tae Yoon langsung bertanya kenapa Se Ryeong tidak memberitahu bahwa
tuduhan mereka tidak benar.
"Karena inilah kau selalu mendengar orang menggosipkanmu dibelakang punggungmu" kata Tae Yoon
"Orang yang mengenalku pasti tahu yang sebenarnya. Seperti kau. Joo Yeon mungkin juga akan tahu atau mungkin juga tidak"
Perkataan Se Ryeong itu benar-benar membuat Tae Yoon bingung apa yang
harus ia lakukan pada Se Ryeong. Se Ryeong tersenyum mendengarnya, ia
lalu memeluk Tae Yoon dan memintanya ke bar bersamanya sekarang. Tae
Yoon langsung membelai kepala Se Ryeong yang berada dalam pelukannya.
Woo Young bertanya pada Hee Jae kenapa dia tidak memberitahukan masalah
jaket itu adalah pemberian dari Se Ryeong. Hee Jae mengatakan bahwa ia
tidak tahu bahwa siarannya Joo Yeon akan berakhir seburuk itu, ia juga
takut bahwa ia akan menyebabkan masalah tidak penting dengan waktu
siaran yang sudah semakin mendekat.
"Aku merasa semua ini salahku" keluh Hee Jae
Woo Young langsung menyemangatinya bahwa siarannya sudah selesai dan
semua ini bukan salah Hee Jae. Hee Jae bertanya apakah Woo Young tidak
ingin menemui Joo Yeon karena sekarang tiba-tiba saja Hee Jae merasa
sangat rindu pada Joo Yeon.
Woo Young mengatakan bahwa ia sudah mengirimi pesan untuk Joo Yeon tetapi pesan balasan dari Joo Yeon adalah: nikmatilah pesta perayaan itu, aku ingin sendirian saat ini.
Jae langsung mengeluh karena pesan itu langsung membuat semangatnya
turun. Woo Young lalu menawari Hee Jae untuk minum-minum bersama. Tapi
Hee Jae langsung menolaknya.
"Tidak pula segelas? Aku ini beban bagimu, yah? Baiklah, sampai jumpa hari senin" kata Woo Young
Woo Young lalu pergi meninggalkan Hee Jae yang langsung mengeluh karena Woo Young menyerah semudah itu.
"Seharusnya dia memintanya sekali lagi" keluh Hee Jae
Dalam perjalanannya keluar kantor, Woo Young menggumam sendiri bahwa ia
tidak menyerah, ia hanya mengerti karena Hee Jae sudah punya pacar, ia
mengerti bahwa Hee Jae pasti mengalami saat-saat yag sulit.
Sementara itu, Joo Yeon sedang berlari malam-malam dengan diikuti oleh
Joo Wan. Sepanjang jalan, Joo Yeon mengeluhkan kekalahannya dari Se
Ryeong yang mampu menjual habis semua baju yang dijualnya.
"Ah, aku sangat cemburu" ujar Joo Yeon
"Berhentilah berlari dan ayo kembali ke rumah sekarang" pinta Joo Wan
Joo Yeon yang masih kesal langsung melampiaskan kemarahannya dengan cara
menendangi tanaman disekitarnya sambil nge-rap dan Joo Wan langsung
mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama nada rap-nya Joo Yeon.
"Tidak cuma itu, dia juga melakukannya langsung setelah acaraku
berakhir! Tentu saja mudah sekali untuk menbanding-bandingkan! Tapi aku
tidak akan menangis. Aku tidak akan mati. Kenapa? Karena aku orang yang
kuat! Yup! Kebahagiaan ada karena ada kesedihan. Laba ada karena ada
rugi. Sukses ada karena ada kegagalan. Yup! Karena itulah hidup. Aku
hanya optimistis saja, iya kan?"
Joo Wan mengiyakannya tapi jika sekarang Joo Yeon masih mencoba untuk
optimistis sekali lagi maka bisa-bisa mereka akan membeku di bawah sinar
bulan.
"Aduh dingin" ujar Joo Wan sambil berlalu pergi meninggalkan Joo Yeon
Melihat Joo Wan meninggalkannya, Joo Yeon langsung berlari mendahului
Joo Wan karena dia tidak mau kalah dari Joo Wan juga. Joo Wan langsung
tertawa melihat semangat Joo Yeon.
"Aigoo, tidak ada seorangpun yang bisa menghentikanmu" keluh Joo Wan
Setelah capek berlari, mereka berdua duduk di tangga depan rumah. Joo
Yeon mengatakan bahwa disaat seperti ini, dia harus membuat keputusan
yang rasional. Misalnya, apakah akan ada orang yang menyelamatkannya
jika ia terlalu tenggelam dalam emosinya.
"Tidak, karena akulah orang yang menjalani hidupku sendiri. Selain aku, semua orang lainnya adalah orang asing" kata Joo Yeon
"Aigoo, jika kau berpura-pura tidak peduli, apakah itu akan membuatmu menjadi tidak peduli?"
"Tentu saja. Pada akhirnya, yang mengendalikan manusia adalah otak. Apa kau tidak tahu ungkapan yang mengatakan 'pikiranmu akan mengubah hidupmu'?"
Joo Wan bertanya apakah Joo Yeon mengira dirinya pintar. Joo Yeon
langsung protes karena dia adalah yang terbaik dari skala 100 orang
se-Korea. Joo Wan tidak setuju karena dimatanya, Joo Yeon adalah orang
bodoh yang melupakan sesuatu yang penting.
"Apa yang kulupakan?"
"Ketulusanmu"
Joo Wan berkata dalam hatinya sambil memandang Joo Yeon "Kau menyukai
Kang Tae Yoon. Karena itulah kau terluka. Karena rasa sakit itu, kau
menangis"
Joo Yeon tidak mengerti apa maksud Joo Wan dengan ia yang kehilangan
ketulusannya. Joo Wan menjelaskan bahwa Joo Yeon selalu berpikir
obyektif sampai ia melupakan detilnya dan karena itulah Joo Yeon terluka
dengan cara yang salah dan hal itu menyebabkan Joo Yeon melupakan
ketulusannya sampai pada akhirnya membuat Joo Yeon menjalani hidupnya
seperti ini.
"Kau menangis tanpa tahu tentang hatimu sendiri. Lalu kau menghapus air
matamu dan memaksa dirimu sendiri untuk tidak bersedih. Lalu kau makan
dan berlari dengan sia-sia. Kau pikir hidupmu akan berjalan tanpa
masalah jika kau hidup dengan cara seperti itu, bukan? Tapi, jika kau
meneruskan hidupmu dengan cara seperti itu, maka kau tidak akan pernah
sadar kenapa kau terluka... kenapa kau bersedih... apa yang kau suka...
siapa yang kau cintai. Kau akan hidup tanpa mengetahui dirimu sendiri"
Joo Yeon lalu bertanya apa yang seharusnya ia lakukan, apakah ia harus
menangis dan tenggelam dalam emosinya sendiri. Joo Wan mengatakan bahwa
melakukan hal-hal itu boleh, saat Joo Yeon berusaha untuk tidak
tenggelam maka dia akan melihat bagian bawah dan saat ia melihat bagian
bawah saat itulah ia akan menemukan kebenaran.
"Kau bicara seolah kau pernah mengalaminya" kata Joo Yeon
"Aku pernah mengalaminya" kata Joo Wan
"Kapan?"
"Kurasa, tepat setelah aku masuk SMA. Masa remajaku membuatku menjadi gila"
Joo Wan lalu bercerita bahwa orang tuanya selalu sibuk bekerja dan dia
ditinggal di rumah sendirian. Setiap hari Joo Wan selalu menangis, bolos
sekolah, berteman dengan anak-anak nakal dan selalu membuat masalah.
Dan setelah menjalani hidup sampai ke bagian bawah yang berlumpur
seperti itu, Joo Wan akhirnya menyadari sesuatu.
"Apa?" tanya Joo Yeon
"Kau" kata Joo Wan
Joo Wan bercerita bahwa pada suatu hari, ia terbangun dari tidurnya dan
menyadari bahwa ia telah jatuh ke titik paling bawah dalam hidupya. Saat
itulah, Joo Wan membuat keputusan bahwa ia harus kembali pada Joo
Yeon.
"Karena aku sudah berjanji dan jika aku pergi kesana, maka aku akan menemukan apa yang kuinginkan" kata Joo Wan
"Apa yang ingin kau temukan?"
"Orang yang mengkhawatirkanku dan selalu bersamaku. Orang yang akan
melihat kedalam hatiku. Karena itulah aku kembali" kata Joo Wan
Joo Yeon langsung menanggapi perkataan Joo Wan itu dengan santai dan
mengatakan bahwa ada bagusnya juga Joo Wan kembali jadi Joo Wan bisa
membuatkannya sarapan, Joo Yeon juga bisa punya teman ngobrol dan
berlari seperti ini.
"Hidup dengan noona ternyata lebih nyaman dari yang kau kira kan?"
Joo Wan langsung protes saat ia mendengar kata noona "Tidak, aku tidak
nyaman. Dan aku tidak suka jika kau merasa nyaman bersamaku. Aku lebih
suka kau merasa tidak nyaman bersamaku. Aku ini pria!"
"Siapa juga yang bilang kau wanita?" keluh Joo Yeon
Joo Wan langsung mendekati Joo Yeon dan menyuruhnya untuk tidak pernah
lupa bahwa ia menyukai Joo Yeon. Joo Yeon heran siapa yang sudah
mengajari Joo Wan untuk berterus terang seperti ini.
Joo Wan langsung semakin mendekat pada Joo Yeon dan berkata "Aku
mempelajarinya beberapa waktu yang lalu dari seorang wanita yang
berpura-pura bahwa ia orang pintar dan punya banyak kelebihan. Jadi aku
tidak perlu buang-buang waktu (untuk berbasa basi)"
Joo Wan semakin mendekat lagi sampai membuat Joo Yeon mundur lagi, Joo Wan malah semakin senang melihat reaksi Joo Yeon.
"Benar, seperti ini. malu-malu-lah sedikit, waspadalah, berhati-hatilah
aku juga berharap kau merasa sedikit gugup. Rasanya menyenangkan
mendengar suara napas masing-masing seperti ini"
Joo Yeon langsung sadar lalu mendorong wajah Joo Wan dengan jarinya "Dasar anak muda"
"Dan juga, aku tidak bisa memanggil wanita yang kucium dengan sebutan 'noona'. Kau terus menerus menegaskan bahwa kau adalah 'noona' disetiap
akhir kalimatmu, tapi kau akan melihat bahwa semua usahamu itu akan
sia-sia. Bahkan sekalipun aku menutup dan membuka mataku 100 kali, aku
masih akan melihatmu sebagai wanita" protes Joo Wan
Semua perkataan Joo Wan itu langsung membuat Joo Yeon merasa tak nyaman
tetapi Joo Wan langsung menegaskan sekali lagi bahwa perasaan itu
namanya adalah debaran hati. Joo Yeon malas menanggapi ocehan Joo Wan
lagi maka ia langsung mengajak Joo Wan masuk rumah.
Dalam perjalanan masuk, Joo Wan langsung menggandeng tangan Joo Yeon dan
walaupun protes tetapi Joo Yeon tidak menampik tangan Joo Wan dan
mereka berdua akhirnya masuk rumah bersama dengan bergandengan tangan.
Sesampainya didalam rumah, Joo Wan memainkan piano untuk Joo Yeon yang
duduk disampingnya. Lagu suka cita yang dulu pernah Joo Yeon ajarkan
pada Joo Wan kecil. Joo Wan bertanya apakah Joo Yeon ingat lagu yang
dimainkannya itu, perasaan apa yang Joo Yeon rasakan saat mendengar lagu
itu.
"Suara piano" kata Joo Yeon yang tidak mengingat lagu itu
"Aku bicara tentang perasaan, apa yang kau rasakan"
"Bagus (lagunya)"
"Bukan itu maksudku. Apa lagu ini tidak mengingatkanmu pada suara anak-anak ayam?"
Joo Yeon langsung memandangi Joo Wan dengan kebingungan, maka Joo Wan langsung memainkan lagu yang lain.
Lagu kebahagiaan, tetapi lagi-lagi Joo Yeon tidak mengenali lagu itu.
Joo Wan berusaha mengingatkan Joo Yeon bahwa lagu itu terasa seperti
angin yang berhembus.
"Perasaan bahagia" kata Joo Wan
Tetapi Joo Yeon tetap tidak mengerti.
Maka Joo Wan memutuskan untuk memainkan lagu lain yang pasti akan dikenali oleh Joo Yeon. Lagu yang menggambarkan rasa sakit.
"Lagu ini familier kan? Ini namanya 'sakit'" kata Joo Wan
"Apanya yang sakit?" tanya Joo Yeon yang masih belum mengerti juga
Joo Wan lalu memainkan lagu terakhir, lagu tentang kesedihan. Setelah
memainkan lagunya, Joo Wan bertanya apakah Joo Yeon tidak mengenali lagu
yang satu ini juga.
Namun kali ini Joo Wan salah, karena Joo Yeon langsung bisa merasakan kesedihan dalam lagu itu. Joo Wan membenarkannya.
Ia lalu memainkan lagu lain, kali ini lagu tentang cinta dan lagu itu ternyata mampu membuat Joo Yeon tertidur di bahu Joo Wan.
Saat Joo Wan melihat Joo Yeon tertidur, ia langsung membelai rambutnya
dan berkata "Saat ini memang jauh lebih baik jika kau tidak tahu apa itu
cinta. Teruslah tidak mengetahuinya (cinta)"
Joo Wan lalu mengecup dahi Joo Yeon, lalu membaringkannya di kasur.
Joo Wan mencoba sekali lagi membuka kepalan tangan Joo Yeon yang sedang
tidur tetapi tiba-tiba saja tangan Joo Yeon langsung mengenggam jempol
Joo Wan erat-erat. Joo Wan langsung tersenyum melihatnya.
"Kenapa kau tidak melepaskan tanganku? Bisa-bisa kau akan berada dalam
bahaya" kata Joo Wan yang tersenyum melihat Joo Yeon yang tertidur.
Sementara itu, Tae Yoon dan Se Ryeong pergi ke bar dan bermain bersama
eve. Tae Yoon khawatir jika alerginya Se Ryeong kambuh setelah
bersentuhan dengan eve tetapi Se Ryeong tidak mempermasalahkannya, ia
malah mengajak Tae Yoon untuk bermain bersama eve lebih lama lalu
meminum obat anti alergi bersama. Tae Yoon langsung menyetujui usulan Se
Ryeong itu.
"Tapi aku... tidak punya obat anti alergi" kata Se Ryeong
"Spertinya di rumahku juga tidak ada" kata Tae Yoon
"Ada, aku tahu dimana tempatnya"
"Lalu haruskah kita pulang dan mencarinya bersama?"
Se Ryeong langsung mengangguk.
Mereka lalu pulang ke rumahnya Tae Yoon, Se Ryeong melihat ikan
peliharaan Tae Yoon di akuarium tetapi Tae Yoon langsung mencium Se
Ryeong and they spend the night together.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam