Kantor Joo Yeon ramai oleh para pekerja yang berkumpul membaca sebuah
pengumuman hasil kompetisi antar tim. Joo Yeon dan timnya juga melihat
pengumuman itu tetapi tim mereka ternyata tidak masuk kedalam daftar.
Walaupun kecewa tetapi anak buah Joo Yeon tetap memberi selamat kepada
tim lain tetapi Joo Yeon yang merasa tidak terima timnya kalah langsung
menuduh perusahaan tempat kerjanya sangat kuno, kaku, membosankan dan
kurang kreatifitas.
"Jadi maksudmu para juri itu gagal, pemimpin tim Shin?" tanya Tae Yoon
yang sedari tadi hanya tersenyum melihat tingakh laku Joo Yeon
"Karena itulah, seharusnya anda menaikkan standar, direktur" ujar Joo Yeon ketus
Tae
Yoon lalu menyuruh Joo Yeon untuk bicara berdua dengannya. Dan setelah
Joo Yeon pergi semua tim lain langsung menggosipkannya sementara anggota
timnya Joo Yeon malah memuji tindakan pemimpin mereka yang mampu mempertahankan harga dirinya dengan baik.
Saat mereka hanya berdua, Joo Yeon langsung melempar tasnya ke meja
dengan kesal. Tae Yoon langsung protes dengan sikap Joo Yeon yang tidak
sopan pada bosnya sendiri. Tae Yoon terus menatap Joo Yeon sampai
akhirnya Joo Yeon menyerah dan bersikap lebih sopan pada Tae Yoon.
"Kau sudah dewasa" kata Tae Yoon
"Saat aku pertama kali bekerja disini, asistenmu sangat jahat seperti
ular berbisa. Jika kau menangis setiap hari sambil belajar tentang
pekerjaanmu, kau akan menjadi sepertiku" kata Joo Yeon
Tae Yoon lalu bertanya menurut Joo Yeon kenapa dia tidak meluluskan
proposal rencana kerja Joo Yeon. Joo Yeon menduga bahwa mungkin Tae
Yoon merasa proposal rencana kerja itu kurang realistis karena mereka
hanya TV home shopping tetapi dalam rencana kerjanya Joo Yeon malah
ingin bekerja sama dengan desainer terkenal dan membuka butik.
"Kenapa kau membuat rencana kerja yang tidak realistis?" tanya Tae Yoon
Joo Yeon langsung mengingatkan Tae Yoon pada apa yang pernah Tae Yoon
ajarkan padanya dulu yaitu mereka harus selalu menantang diri mereka
agar mereka berkembang bahkan sekalipun mereka kehilangan laba dan
karena itulah dia membuat rencana kerja seperti itu.
Tae Yoon lalu menawarinya Joo Yeon sebuah rencana alternatif yang
nantinya akan bisa membantu Joo Yeon merealisasikan rencananya. Tae Yoon
memberitahu Joo Yeon bahwa ada sesuatu yang hilang dalam rencana kerja
Joo Yeon.
"Apa?" tanya Joo Yeon
"Style Director" ujar Tae Yoon
Tae Yoon menyuruh Joo Yeon untuk mencari seorang style director yang
terkenal yang bisa memberi nilai tambah pada produk yang mereka jual dan
menjadi wajah bagi brand mereka.
Saat Joo Yeon menceritakan ide dari Tae Yoon ini pada para anggota
timnya di cafetaria sambil makan siang, mereka langsung menyukai ide
itu. Misalnya mereka berhasil merekrut style director-nya selebritis
maka para konsumen mereka pasti akan senang.
Joo Yeon lalu menyuruh Min Jung dan Woo Young untuk membuat daftar para
style director lalu menyuruh Hee Jae untuk mengubah renca akerja mereka
dan mengatur jadwal pertemuan dengan para style director.
"Bagaimana kalau Oh Se Ryeong?" ujar Min Jung tiba-tiba
Min Jung sebenarnya agak tidak enak hati membawa-bawa nama Oh Se Ryeong
tetapi Se Ryeong memang seorang style director. Joo Yeon mengatakan
untuk menulis nama Se Ryeong dalam daftar dan tidak usah merasa tidak
enak hati padanya karena ini adalah masalah kerja.
Saat itu Hee Jae melihat Jung Ho sedang berjalan masuk bersama
rekan-rekannya untuk makan siang. Dia langsung melirik tidak enak hati
pada Joo Yeon sebelum menyapa Jung Ho. Joo Yeon langsung pamit pergi
duluan dan salam perjalanannya keluar, dia menyapa Jung Ho dengan sangat
ceria.
Joo Yeon dan semua anggota timnya mulai bekerja merekrut style director
dan mengubah rencana kerja mereka sebelum tenggat waktu yang ditentukan
untuk menyerahkan proposal rencana kerja mereka.
Beratnya pekerjaan sampai membuat Hee Jae tertidur di sebuah supermarket
dan hampir saja terjatuh jika sang pacar tidak segera datang
menjemputnya. Pacarnya Hee Jae lalu membawa Hee Jae ke kamar kosnya dan
membasuh kaki Hee Jae. Hee Jae memberitahu pacarnya bahwa ia sudah 4
hari tidak bisa tidur.
Pacarnya Hee Jae bingung kenapa Hee Jae hidup seperti itu. Hee Jae
memberitahu pacarnya bahwa ia melakukannya demi mencontoh cara kerja
para sunbaenya dan dia harus melakukannya selama dia masih berumur 20
tahunan karena di umurnya yang sekarang dia masih punya banyak energi
untuk melakukannya.
Pacarnya sangat prihatin melihat keadaan Hee Jae tetapi Hee Jae
meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja. Hee Jae meminta pacarnya untuk
segera lulus ujian pegawai sipil agar mereka bisa segera menikah,
membeli rumah dan punya anak.
Joo Yeon dan anak buahnya terkejut melihat kantor baru mereka yang
dibuat oleh Tae Yoon, kantor baru mereka jauh lebih besar dan lebih
bagus dari kantor mereka yang sebelumnya. Tetapi tiba-tiba Woo Young
datang dengan membawa berita buruk, Jung Ho sang PD yang sudah bekerja
bersama tim mereka selama 7 tahun baru saja menyerahkan surat
pengunduran diri.
Dan yang lebih buruk lagi PD penggantinya adalah PD yang selama ini
terkenal dengan kinerjanya yang buruk karena dia lebih suka menampilkan
wajah para model daripada baju-baju yang mereka jual.
Joo Yeon langsung panik berusaha menghubungi Jung Ho lalu pergi untuk
menemui Jung Ho di rumahnya. Sesampainya di rumah Jung Ho, Joo Yeon
langsung marah-marah karena Jung Ho mengundurkan diri dari pekerjaan
hanya karena perpisahan pribadi mereka.
"Kita kan satu tim, pekerjaan kita bukan cuma melibatkanku tapi juga orang lain..."
"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau bersikap santai seperti ini juga demi kebaikan orang lain?"
Jung Ho mengatakan bahwa ia tidak bisa bersikap seolah tidak terjadi
apapun diantara mereka berdua, dia merasa sangat tidak nyaman saat ia
melihat Joo Yeon. Joo Yeon akhirnya mengakui perasaannya yang sebenarnya
bahwa ia juga sebenarnya tidak baik-baik saja.
Dan tepat saat itu Se Ryeong masuk kedalam rumah Jung Ho, walaupun
awalnya terkejut dengan kehadiran Joo Yeon namun dengan santainya Se
Ryeong berpaling dan tersenyum manis pada Jung Ho lalu bertanya apakah
dia masih belum pergi (liburan). Joo Yeon hampir menangis menyadari
alasan dari perpisahan mereka.
Joo Wan yang tadinya mengantar Se Ryeong ke rumah Jung Ho, melihat
ponsel Se Ryeong ketinggalan di mobilnya maka dia berbalik kembali untuk
mengantarkan ponsel kembali.
Dengan tenangnya Joo Yeon menghampiri Se Ryeong "Jadi kau? Bahkan kali ini pun, kau orangnya?"
Se Ryeong tersenyum sinis dan membenarkan pertanyaan Joo Yeon bahkan sampai menantangnya "Apa yang mau kau lakukan?"
Joo Yeon melihat kalung pemberian Jung Ho yang dipakai oleh Se Ryeong,
lalu dengan marahnya Joo Yeon menarik kalung itu dan membuangnya keluar
rumah tepat dihadapan Joo Wan yang baru datang. Joo Wan mengambil
kalungnya dan melihat kedua wanita itu sedang bertengkar.
"Apa-apaan ini?" teriak Se Ryeong
"Menurutmu apa?" balas Joo Yeon
"Apapun yang kau pikirkan..."
PLAAAK! Joo Yeon langsung menampar Se Ryeong.
Joo Yeon teringat saat ia melihat Se Ryeong jalan berdua dengan mesra
bersama cinta pertamanya sang rocker. Joo Yeon bernarasi bahwa saat dia
melihat perselingkuhan itu terjadi yang paling menyakitkan baginya bukan
pria yang menduakannya, bukan cinta yang telah berubah bukan pula
pengkhianatan yang dilakukan pria itu padanya tapi karena wanita
selingkuhan itu adalah temannya sendiri.
Flashback saat kedua wanita itu masih SMA, Se Ryeong bercerita pada Joo
Yeon tentang ciuman pertamanya pada Joo Yeon sementara Joo Yeon yang
masih lugu butuh waktu cukup lama untuk melakukannya. Lalu saat Se
Ryeong yang suka membolos sekolah membujuk Joo Yeon untuk membolos
dengan melompat pagar sekolah tetapi Joo Yeon sangat ketakutan untuk
melakukannya.
Kembali ke masa kini, Se Ryeong membalas tamparan Joo Yeon sampai
membuat kedua pria yang melihat mereka berdua langsung kaget. Joo Yeon
bernarasi bahwa sejak hari itu, dia tidak lagi percaya dengan yang
namanya persahabatan. Karena rasanya sangat menyakitkan sampai ia tidak
bisa melabrak Se Ryeong.
Joo Yeon lalu menampar Se Ryeong lagi dan Se Ryeong juga membalasnya
lagi sampai akhirnya mereka berdua saling jambak-jambakan. Kedua pria
langsung berlarian untuk melerai kedua wanita dan Joo Wan langsung
menggandeng tangan Joo Yeon keluar rumah.
Joo Yeon melanjutkan narasinya "Hari ini aku mengetahui sesuatu, bahwa
jika ada sesuatu yang perlu kau perjuangkan maka kau harus
memperjuangkannya dan ketika kau memutuskan untuk memperjuangkannya maka
kau harus menang"
Sesampainya di luar rumah, Joo Wan hanya menatapnya dan berkata dalam
hatinya apa yang harus ia lakukan pada wanita tidak punya rasa tanggung
jawab ini.
"Apa kau sampai harus memukulnya?" tanya Joo Wan
Tetapi ternyata yang dipedulikan oleh Joo Yeon tetaplah harga dirinya
saat dia bertanya pada Joo Wan berapa kali dia memukul Se Ryeong.
"Sepertinya aku yang lebih banyak dipukul. Sepertinya pukulanku masih kurang"
"Jadi?" tanya Joo Wan kebingungan
"Aku tidak mau kalah. Walaupun aku kalah dari semua orang di dunia ini tapi aku tidak mau kalah dari Oh Se Ryeong"
Joo Yeon tiba-tiba melihat mobil biru milik Joo Wan tapi ia mengira
mobil itu milik Se Ryeong. Dengan senyum licik, Joo Yeon menghampiri
mobil itu lalu menendang bumpernya dan kaca spionnya sampai putus.
"Hei apa kau sudah gila?" teriak Joo Wan yang shock melihat kaca spionnya patah
Joo Yeon sangat senang dengan hasil tendangannya dan memutuskan untuk
mematahkan kaca spion yang satunya. Joo Wan serta merta berlari ke
seberang mobilnya untuk menghentikan Joo Yeon tapi Joo Yeon malah
menyuruhnya untuk minggir.
Joo Wan berusaha untuk menangkap Joo yeon untuk menghentikan aksinya
tapi Joo Yeon ternyata lebih kuat dari Joo Wan dan langsung mendorong
Joo Wan ke tembok dan berlari untuk menendang kaca spion yang satunya.
Joo Wan yang panik langsung menangkap Joo Yeon sebelum Joo Yeon sempat
menendang kaca spionnya. Mereka berdua saling bergulingan di kap mobil
sampai akhirnya terjatuh ke tanah dan Joo Yeon mandarat di atas tubuh
Joo Wan.
Mereka berdua saling menatap cukup lama dalam posisi seperti itu dan
musik romantis mengalun sampai saat Joo Yeon merasa telapak tangannya
sakit dan saat ia mengangkatnya ternyata telapak tangannya ternyata
berdarah.
"Ternyata kau lebih berat dari yang kukira. Bagaimana kalau kau memeriksa lukamu setelah kita berdiri?" tanya Joo Wan
Joo Yeon cepat-cepat berdiri dan membantu Joo Wan bangun dan Joo Wan
langsung bertanya "Apa kau tahu sekencang apa jantungku berdebar?"
Joo Yeon langsung kaget mendengarnya, Joo Wan menjelaskan bahwa apa yang
barusan dilakukan Joo Yeon pada mobilnya benar-benar membuat jantungnya
berdebar kencang.
"Ah, debaran jantung semacam itu" kata Joo Yeon yang hampir salah paham
Joo Yeon mengira bahwa Se Ryeong adalah pacarnya Joo Wan yang
berselingkuh maka dia mengatakan pada Joo Wan bahwa seharusnya dialah
yang mematahkan kaca Spion Se Ryeong.
"Ini bukan mobilnya Se Ryeong, ini mobilku" ujar Joo Wan
"APA?" Joo Yeon sangat kaget mendengarnya "Lalu... kenapa kau tidak bilang..."
"Apa kau memberiku kesempatan untuk mengatakannya?"
Joo Wan lalu menyarankan pada Joo Yeon untuk menyelesaikan masalah ini
lewat jalur hukum saja. Saat mendengar kata hukum Joo Yeon cepat-cepat
menunjukkan telapak tangannya yang terluka dan menuduh Joo Wan sebagai
penyebabnya maka Joo Yeon menyarankan agar mereka menyelesaikan masalah
ini dengan musyawarah saja.
"Musyawarah?"
"Itu hukum Korea"
Maka Joo Wan memberi sebuah ide bagaimana cara agar situasi mereka
menjadi adil yaitu dengan cara mematahkan kaca spion mobilnya Joo Yeon.
Joo Wan lalu berjalan menghampiri mobilnya Joo Yeon tetapi Joo Yeon
cepat-cepat merentangkan tangannya untuk menghalangi Joo Wan. Joo Wan
lalu meminta Joo Yeon untuk menyerahkan kunci mobilnya.
Joo Yeon bingung kenapa Joo Wan menginginkan kunci mobilnya tapi Joo Wan
tidak menjelaskan apapun dan hanya memberinya isyarat untuk segera
menyerahkan kunci mobilnya. Walaupun mengeluh tapi Joo yeon akhirnya
menyerahkan kunci mobilnya.
"Ikut aku" ujar Joo Wan sambil berjalan ke mobilnya Joo Yeon
"Kemana? Bukan ke kantor polisi kan? Ah, tidak ada gunanya ke kantor polisi... sebaiknya kita selesaikan lewat musyawarah saja"
Joo Wan langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Joo Yeon dan menatapnya lama sampai akhirnya Joo Yeon diam dan menuruti Joo Wan.
Ternyata Joo Wan membawanya ke apotik. Joo Wan langsung menunjukkan luka
di telapak tangan Joo Yeon pada apoteker dan bertanya apakah dia bisa
mengobatinya.
Apoteker mengatakan bahwa luka itu bisa diobati sendiri lalu memberi
mereka obat untuk lukanya. Joo Yeon sangat terpanah oleh apa yang
dilakukan oleh Joo Wan padanya sampai saat Joo Wan membuatnya kesal
dengan menyuruhnya untuk membayar biaya obatnya sendiri.
"Orang yang terluka harus membayar biaya obatnya sendiri. Itu adalah hal yang kupelajari di Korea" kata Joo Wan
"Siapa yang mengajarimu hal seaneh itu?"
Mereka lalu duduk di sebuah bangku taman dan Joo Wan membantunya
mengobati lukanya. Joo Wan menetesakan obatnya ke lukanya dan Joo Yeon
langsung meringis dalam diam menahan rasa sakitnya.
"Sakit?" tanya Joo Wan
"Aku bisa menahannya"
"Apa kau wanita yang tidak bisa mengatakan bahwa kau kesakitan?"
"Aku tidak perlu melebih-lebihkan lukaku pada orang yang tidak kukenal"
"Lalu bagaimana dengan hatimu?"
"Pacarmu berselingkuh kan? Apa hatimu baik-baik saja?"
"Saat aku meninggalkan rumah itu aku sudah mengakhirinya. 20 menit yang lalu"
Joo Wan lalu bercerita bagaimana dulu saat ia masih muda ia adalah
pemuda liar yang suka membuat masalah dan karena itulah dia sering
terjatuh dan menyakiti dirinya sendiri.
Flashback saat Joo Yeon membantu mengobati luka Joo Wan di sebuah bangku
taman. Joo Yeon mengatakan pada Joo Wan untuk meminta uang pada ibunya
untuk membayar biaya obatnya. Joo Yeon mengatakan itu karena biaya
hidupnya sendiri sangat kecil dan barusan dia telah menghabiskan banyak
uang untuk membeli obatnya Joo Wan.
"Orang yang terluka harus membayar biaya obatnya sendiri" ujar Joo Yeon
Saat Joo yeon mengoleskan obatnya pada luka Joo Wan, Joo Wan langsung
meringis dalam diam menahan rasa sakitnya. Joo Yeon yang melihat
ekspresinya langsung bertanya apakah dia kesakitan tetapi Joo Wan
langsung meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja. tetapi baru sedetik dia
mengatakan itu Joo Wan meringis lagi.
"Pasti sakit" kata Joo Yeon
"Sudah kubilang tidak. Aku ini pria. Hal-hal seperti ini. Aku bisa menahannya" tegas Joo Wan
Joo Yeon langsung tersenyum mendengarnya "ubi, apa kau ingin menjadi pria yang menarik?"
Joo Wan langsung membela diri bahwa selama ini dia memang pria yang
menarik. Joo Yeon memberitahunya bahwa dia akan terlihat menarik jika ia
dengan jujur mengakui bahwa ia kesakitan.
"Tidak perlu mempedulikan orang lain, jadilah dirimu sendiri" kata Joo Yeon
Joo Wan bertanya apakah menurut Shing Shing pria yang menarik adalah
pria yang seperti itu dan Joo Yeon langsung membenarkannya, pria yang
jujur jauh lebih menarik daripada berpura-pura menjadi cowok macho. Saat
Joo Yeon menempelkan perban ke luka Joo Wan, Joo Wan langsung mengaku
bahwa ia merasa sakit.
"Apa aku menarik?" tanya Joo Wan
"Iya, sangat" ujar Joo Yeon
Kembali ke masa kini, Joo Wan menempelkan perban ke luka Joo Yeon saat
ia menceritakan bahwa orang yang selalu mengobati lukanya saat ia masih
muda dulu selalu mengatakan padanya bahwa orang terlihat lebih menarik
saat mereka mengakui secara jujur tentang rasa sakit yang dirasakannya.
"Berkat orang itu, aku belajar untuk bicara jujur tanpa mempedulikan omongan orang lain" kata Joo Wan
Mendengar cerita Joo Wan, Joo Yeon langsung berpendapat bahwa orang itu
mungkin sekarang sudah berubah karena biasanya orang selalu berubah
setelah mereka mengalami kesulitan hidup.
"Kurasa juga begitu, orang itu sekarang sudah berubah menjadi orang yang
aneh. Karena itulah hatiku merasa sakit. Jika bisa, aku ingin mengubah
orang itu kembali menjadi dirinya yang dulu" kata Joo Wan sambil menatap
Joo Yeon
Joo Yeon menarik tangannya dari genggaman tangan Joo Wan setelah Joo Wan
selesai mengobatinya, Joo Yeon lalu berterima kasih atas bantuannya.
Joo Yeon lalu meminta kunci mobilnya kembali dan setelah Joo Wan
menyerahkan kunci mobilnya, Joo Yeon memberinya kartu nama dan meminta
Joo Wan untuk memberikan nomor rekeningnya lewat sms (untuk biaya
perbaikan spion).
Saat Joo Yeon hendak pergi, Joo Wan cepat-cepat menghentikannya karena
Joo Wan memiliki permintaan yaitu pergi bersama Joo Yeon ke suatu tempat
lain yaitu Hotel Maison de Flore. Joo Yeon langsung kaget mendengarnya.
"Apa kau sedang mengajakku ke hotel?" tanya Joo Yeon kebingungan
Joo Wan langsung tersenyum geli mendengarnya. Dalam hatinya Joo Wan
berkata bahwa Joo Yeon telah salah paham (Joo Wan tinggal di hotel dan
sebenarnya hanya minta tumpangan ke hotel tapi Joo Yeon salah paham).
Tapi Joo Wan tidak menjelaskan apapun.
"Kenapa? Tidak mau?" tanya Joo Wan sok polos
Joo Yeon langsung tertawa mendengarnya "Apa sekarang kau sedang merayuku?"
"Kalau iya, apa kau mau datang padaku?"
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam