Joo Wan sedang berpose untuk sebuah pemotretan dan wawancara. Joo Wan
bercerita bagaimana ia menjalani masa remaja yang penuh dinamika setelah
ia pindah ke Amerika diumur 9 tahun, saat itulah ia menyadari tentang
dunia musik dan saat ia berumur 15 tahun ia mulai menciptakan lagu.
Dan karena saking bersemangatnya dalam membuat lagu, Joo Wan sering
sekali tidak sadar bahwa hari telah berganti dan setiap kali Joo Wan
mendengarkan lagu ciptaannya sendiri, dia selalu mengagumi lagu
ciptaannya itu. Dia lalu mulai mencari penyanyi untuk menyanyikan
lagu-lagu ciptaannya sampai akhirnya ia menjadi seorang produser.
"Walaupun anda tinggal di Amerika cukup lama, tapi akhir-akhir lagu-lagu
yang anda ciptakan memiliki sentuhan Korea" kata pewawancara
Joo Wan menceritakan bahwa alat musik yang pertama kali dimainkannya
adalah piano, saat itu ada seseorang disisinya yang mengajarinya, orang
itu bukan mengajari Joo Wan bagaimana cara menekan kunci piano tapi
bagaimana mengekspresikan perasaan lewat musik.
"Semua berkat orang itu" kata Joo Wan
"Apakah dia wanita?"
"Benar"
"Anda kembali ke negara ini setelah 17 tahun. Apa anda akan menemui wanita itu?"
"Mungkin, kurasa aku akan bertemu dengannya"
Namun setelah ia bertemu dengan Shing Shing, Joo Wan menyadari bahwa
Shing Shin sekarang bukan lagi Shing Shing yang ia kenal dulu. Shing
Shing sekarang sudah berubah menjadi orang yang asing dan dingin.
Joo Wan sangat terkejut dan bingung dengan sikap Joo Yeon di bar yang
sangat kasar pada Se Ryeong saat kedua wanita itu sedang perang mulut.
Setelah Joo Yeon tanpa ketulusan hati mendoakan semoga Se Ryeong dan Joo
Wan bahagia, ia langsung pergi. Namun Joo Wan langsung menghentikannya.
"Apa ada orang yang berbuat kesalahan padamu? Kenapa kau sejahat ini?"
"Apa kau mengenalku?"
Joo Yeon lalu berpaling kembali pada Se Ryeong untuk meminta Se Ryeong
meminjamkan pria itu padanya agar ia bisa menjelaskan kenapa ia bisa
sejahat ini. Joo Yeon langsung mendekatinya dan menarik kerah jas Joo
Wan.
"Bagaimana? Apa kau mau pergi denganku? Sepertinya kau ingin sekali tahu tentangku"
"Kau benar-benar wanita yang tidak bertanggung jawab"
Joo Yeon langsung tersenyum sinis mendengarnya "Sebaiknya kau khawatirkan saja dirimu sendiri"
Joo Yeon lalu pergi meninggalkan klub itu. Joo Wan bertanya pada Se
Ryeong apakah dia telah membuat kesalahan pada wanita itu dan Se Ryeong
hanya mengatakan bahwa Shin Joo Yeon menjalani hidup yang sulit. Joo Wan
terkejut mendengar nama wanita itu adalah Shin Joo Yeon yang artinya
wanita itu adalah Shing Shing.
Joo Wan lalu pergi mendatangi rumah Joo Yeon. Saat tiba didepan rumah
Joo Yeon, ia teringat saat ia menangis histeris didepan rumah Joo Yeon
sampai membuat Joo Yeon kebingungan kenapa Joo Wan menangis sekeras
itu.
Disela-sela tangisannya, Joo Wan memberi Joo Yeon sesuatu lalu berteriak
sedih pada Joo Yeon agar Joo Yeon menyimpan benda ini untuknya. Joo
yeon bingung kenapa Joo Wan memberinya benda kotor untuk disimpan.
"Aku... aku... harus pergi ke Amerika... tapi... aku... tidak punya
apapun untuk diberikan padamu... Aku pergi bukan untuk liburan... Aku
mungkin tidak akan pernah kembali lagi"
"Jadi?" tanya Joo Yeon dengan tenangnya menghadapi Joo Wan yang menangis histeris
"Kalau kau menyimpan benda itu... maka aku akan kembali untuk mengambilnya"
Joo Yeon lalu berlutut dihadapan Joo Wan dan menggenggam tangannya "Joo
Wan dengarkan aku baik-baik. Saat ini hatimu terasa sakit, bukan? Itu
artinya kau sedang bersedih. Disaat seperti ini, jangan marah dan
berteriak. Kau harus menuturkan kata hatimu"
Setelah mendengar nasehat Joo Yeon, Joo Wan berusaha untuk lebih tenang dan mengutarakan kata hatinya pada Joo Yeon.
"Aku akan merindukanmu, Shing Shing"
"Benar, itu berarti kita tidak akan bertemu lagi, iya kan?"
"Tidak, aku akan kembali. Aku pasti akan kembali" janji Joo Wan
"Baiklah, kalu begitu pastikan kau benar-benar kembali. Ayo kita bertemu
lagi, ubi" kata Joo Yeon sambil menghapus air mata Joo Wan
Kembali ke masa kini, Joo Wan menelepon Joo Yeon yang saat itu sedang
makan dan minum-minum sendirian. Saat mengangkat teleponnya, Joo Yeon
langsung mengoceh kesal karena Joo Wan masih mengganggunya padahal dia
sudah bilang pada Joo Wan untuk tidak meneleponnya lagi.
"Bahkan sekalipun kau ingin menemuiku, aku ini bukan wanita yang
gampangan untuk ditemui. Apa kau tahu betapa sulitnya hidupku saat aku
harus membesarkan bocah angkuh, menggendong dan memandikanmu?"
Joo Yeon dengan sebalnya mengingatkan Joo Wan pada masa lalunya yang
sangat sulit saat ia ketakutan jika Joo Wan terluka, jika Joo Wan tidak
mau makan, takut jika ia dimarahi ibunya jika ia membuat Joo Wan
menangis.
"Apa aku harus hidup seperti itu lagi? Menurutku, kau adalah pria
pembawa sial! Selamat tinggal!" teriak Joo Yeon sambil mematikan
teleponnya
Joo Wan mendesah sedih setelah mendengar ocehan Joo Yeon barusan, ia
bernarasi "Dia bukan wanita yang ramah. Dia wanita yang suka menyakiti
hati orang lain. Wanita yang membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata
beracun. Dia wanita jahat dan kasar. Dia berubah menjadi wanita seperti
itu"
Saat Joo Wan berjalan pergi dengan langkah lemas menyusuri sebuah gang,
ia mendengar suara Joo Yeon yang sedang mengeluh pada ahjumma pemilik
restoran yang tidak mau memberinya sebotol soju lagi. Ahjumma itu
sebenarnya hanya khawatir karena Joo Yeon sudah mabuk tetapi Joo Yeon
tetap ngotot bahwa ia baik-baik saja.
Tiba-tiba pintu restoran terbuka dan Joo Yeon melihat Joo Wan masuk ke dalam restoran dan langsung duduk didepannya.
"Apa kau tinggal di sekitar sini?" tanya Joo Yeon
Joo Wan hanya tersenyum lalu memesan sebotol soju pada ahjumma. Joo Yeon
penasaran kenapa Joo Wan berada disini, apakah Joo Wan sedang
mengikutinya (tertarik pada Joo Yeon).
Joo Wan langsung tersenyum geli mendengarnya karena dia menyadari bahwa
Joo Yeon ternyata orang yang terlalu membanggakan dirinya sendiri.
Joo Wan juga menyadari bahwa Joo Yeon juga suka berbohong saat Joo Yeon
mengatakan pada Joo Wan bahwa ia adalahnya fans-nya Joo Wan. Untuk
membuat Joo Wan percaya bahwa ia adalah fans-nya Joo Wan, Joo Yeon
menyebutkan hal-hal yang pernah dikatakan oleh rekan-rekan kerjanya
tentang lagu ciptaannya Joo Wan yang masuk sepuluh besar chart
Billboard.
"Apa kau pernah mendengarkan lagu itu?"
"Tentu saja, kubilang kan aku fansmu"
"Jika kau memang fansku, seharusnya kau tahu namaku" ujar Joo Wan sambil memandang Joo Yeon dengan penuh harap
"Allen Joo"
Joo Wan hanya bisa tersenyum kecewa karena Joo Yeon tidak menyadari
siapa Allen Joo yang sebenarnya. Joo Wan lalu bertanya apakah selama ini
kepribadiannya memang selalu seperti itu.
Joo Yeon menyadari bahwa Joo Wan pasti sedang membicarakan tentang apa
yang sedang dilakukannya pada Se Ryeong. Joo Yeon tahu bahwa ia
meninggalkan kesan pertama yang buruk.
"Aku memang cukup jahat. Tapi... apa pentingnya hidup sebagi orang baik.
Apa kau percaya pada perkataan orang yang mengatakan bahwa jika kau
hidup sebagai orang baik maka kau akan diberkati?"
"Setidaknya, kau tidak akan minum-minum sendirian di jam segini. Karena
kau akan memiliki seseorang disisimu (jika Joo Yeon menjadi orang baik)"
Mendengar hal itu, Joo Yeon mengerti bahwa Joo Wan pasti duduk
bersamanya karena Joo Wan melihat Joo Yeon seperti orang kesepian dan
menyedihkan. Seorang gadis yang minum-minum sendirian di malam musim
dingin, tanpa teman ataupun kekasih. Joo Yeon akhirnya mengaku.
"Tidak ada seorangpun yang mencintaiku"
Tetapi sedetik kemudian Joo Yeon berubah ceria lagi dan menyatakan bahwa
walaupun tidak ada yang mencintainya, ia tetap baik-baik saja karena
dia memang sendirian di dunia ini. Bahkan sekalipun ada orang yang
bersamanya tetap saja mereka harus hidup sendiri-sendiri.
"Lagipula aku... terlahir bukan untuk dicintai. Aku terlahir untuk makan
dan hidup sendirian. Dan juga aku... saaaangat suka sendirian"
Selama Joo Yeon mengoceh, Joo Wan hanya terdiam memandanginya dengan prihatin "Apakah selama ini kau wanita yang seperti ini?"
"Dimana lagi kau akan menemukan wanita yang memang selalu seperti ini?
Saat hidup kau akan menyadari suatu rahasia alam yaitu selain diriku
semua orang lainnya adalah orang asing"
Joo Wan bertanya apakah Joo Yeon tidak hidup dalam kesusahan jika ia
mempercayai hal seperti itu. Awalnya senyum Joo Yeon sempat menghilang
tapi ia cepat-cepat menyangkal pertanyaan Joo Wan.
"Jika orang membenciku karena aku seperti ini maka aku juga akan
membenci mereka, semudah itu saja. Tidak ada alasan bagiku untuk
terlihat baik dihadapan orang yang tidak menyukaiku. Aku sendiri merasa
sulit untuk menyukai orang yang menyukaiku"
"Apakah kau memiliki seseorang yang mencintaimu?"
Joo Yeon terdiam cukup lama mendengar pertanyaan itu dan berusaha
menahan tangisnya sebelum akhirnya menjawab "Aku kan sudah bilang bahwa
tidak ada seorang pun yang mencintaiku dan walaupun begitu, aku
baik-baik saja"
Joo Yeon berusaha untuk tersenyum lalu pamit pergi dengan ceria.
Saat Joo Yeon berjalan pulang sambil mengoceh sendiri, Joo Wan mengikutinya dari belakang sampai Joo Yeon sampai ke rumahnya.
Sesampainya didepan pintu, Joo Yeon yang sedang mabuk celingukan dengan
curiga untuk memastikan tidak ada orang yang mengikutinya, dia
menasehati dirinya sendiri untuk berhati-hati karena dia tidak boleh
membiarkan orang lain melihat password kunci rumahnya, dia lalu
berteriak keras sambil memencet tombol password kunci rumahnya.
"Sadarlah Shin Joo Yeon. Di dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa dipercaya. 2918 (2X9=18)"
Dan pintu rumahnyapun terbuka, Joo Wan yang berada dibelakangnya langsung tersenyum.
Setekah Joo Yeon masuk ke dalam rumahnya, Joo Wan memencet angka 2918
lalu membuka pintunya tetapi ia memutuskan untuk tidak masuk kedalam
rumahnya.
Didalam rumahnya, Joo Yeon berkeliling dalam kegelapan mengingat
saat-saat indahnya bersama Jung Ho. Saat Jung Ho menciumnya di sofa.
Saat Jung Ho membuka kulkas Joo Yeon yang isinya hanya minuman Ginseng,
saat itu Joo Yeon mengatakan bahwa ia tidak memasak karena dia hidup
sendirian maka Jung Ho mengatakan agar mulai sekarang mereka makan
bersama.
Saat Jung Ho melihat Joo Yeon menyimpan begitu banyak cincin pasangan di
sebuah gelas, dia bertanya kenapa Joo Yeon masih menyimpan
cincin-cincin itu dan Joo Yeon memberitahunya bahwa jika dia melihat
cincin-cincin dia pasti akan teringat berapa kali dia gagal dalam
bercinta dan karena itulah dia menyimpan cincin-cincin itu agar dia
tidak pernah menyerah untuk mencari cinta sejatinya.
Sekarang, Joo Yeon melepaskan cincin pasangan dari Jung Ho dan
menaruhnya di gelas yang berisi cincin-cincin dari para mantan pacarnya.
Dia mengatakan pada dirinya sendiri.
"Selain aku semua orang lainnya adalah orang asing dan pada akhirnya mereka semua akan menjadi orang asing"
Bel pintu rumahnya tiba-tiba berbunyi dan rekan-rekan kerja yang berada diluar rumahnya serempak berteriak "Sayang, kami datang"
Didalam rumahnya, semua orang kompak memakai piyama milik Joo Yeon dan
Woo Young adalah seorang pria maka Joo Yeon memberinya piyama yang dulu
adalah milik Jung Ho sampai membuat Woo Young mengeluh bagaimana bisa
Joo Yeon memberinya piyama milik pria yang sudah mencampakkannya, Joo
Yeon mengatakan bahwa ia tidak bisa membuang piyama itu.
Hee Jae lalu memberanikan diri bertanya tentang kenapa Jung Ho
memutuskan Joo Yeon. Mendengar pertanyaan itu, Joo Yeon langsung protes
siapa yang bilang kalau dia dicampakkan oleh Jung Ho. Woo Young
mengatakan bahwa ia mengetahuinya dari karyawan bagian produksi dan Min
Jung menduga bahwa mungkin alasan perpisahan itu adalah Jung Ho
berselingkuh dengan wanita lain.
Woo Young juga curiga bahwa ada wanita lain karena jelas-jelas dia
melihat Jung Ho membeli kalung wanita jadi pasti ada wanita yang
menerima kalung itu. Setelah mendengar pendapat rekan-rekan kerjanya,
Joo Yeon jadi teringat bahwa waktu di bar Se Ryeong memakai kalung yang
bentuknya sama persis seperti kalung yang dibeli Jung Ho.
Tetapi Joo Yeon memutuskan untuk tidak mempedulikan masalah itu karena
dia dan Jung Ho sudah putus dan yang paling penting sekarang adalah di
bebas.
Min Jung langsung membenarkan perkataan Joo Yeon. Joo Yeon dan Min Jung
serempak berpendapat bahwa cinta dan perpisahan adalah hal yang wajar
dan tidak perlu bersedih jika berpisah karena akan ada cinta berikutnya.
Hee Jae kurang setuju karena ada juga pria yang cintanya bisa bertahan
sangat lama, pria-pria yang seiring dengan berjalannya waktu akan
menjadi pria yang bisa diandalkan dan membuat wanita merasa nyaman.
"Didunia ini tidak ada pria semacam itu" ujar Min Jung
"Didunia ini hanya ada 2 jenis pria. Pria yang mencium wanita dengan
baik tapi tidak punya jiwa atau pria yang sangat tidak bisa berciuman,
sangat menyebalkan dan tidak punya jiwa"
"Bagaimana dengan pria yang punya jiwa?" tanya Woo Young sambil membanggakan dirinya sendiri
"Aku belum pernah bertemu pria semacam itu" ujar Joo Yeon dan Min Jung serempak
Min Jung tiba-tiba teringat bahwa ia punya cerita yang sangat menarik
tetapi dia merasa tidak enak dengan keberadaan Woo Young. Woo Young
langsung meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja, dia sudah terbiasa
mendengarkan cerita para wanita tentang pria.
"Cerita apa? Cinta satu malam?" tanya Woo Young
Min Jung lalu menceritakan tentang pertemuannya dengan pria yang ia
kenal lewat internet. Mereka sudah janji untuk bertemu di sebuah kamar
hotel. Dan sesampainya di kamar hotel, pria itu sudah menunggunya dengan
sebuket mawar merah dan Min Jung memperkenalkan namanya sebagai Lee Woo
Young.
Woo Young hampir tersedak mendengar Min Jung memakai namanya sebagai
nama samaran. Min Jung juga mengatakan bahwa umurnya adalah 27 tahun
padahal umurnya yang sebenarnya adalah 36 tahun dan dia melakukan itu
karena dia merasa umurnya memang 27 tahun.
"Pria itu percaya?" tanya Joo Yeon
"Kau tidak punya nurani" Tuduh Hee Jae
"Mungkin maksudmu umur mentalmu" ujar Woo Young
Min Jung membela diri bahwa ia punya hati nurani karena itulah dia membohongi pria itu dengan hanya mengurangi 9 tahun umurnya.
Setelah acara kumpul-kumpul itu selesai, Min Jung yang sedang membantu
Joo Yeon mencuci piring bertanya tentang kenapa Joo Yeon bersikap
seperti itu pada Oh Se Ryeong, apakah terjadi sesuatu diantara mereka
berdua. Tetapi Joo Yeon hanya menjawabnya dengan senyuman.
Keesokan harinya, Joo Wan bertemu dengan Se Ryeong di sebuah cafe. Joo
Wan langsung bertanya apakah Se Ryeong dan wanita yang kemarin tidak
punya hubungan yang baik. Se Ryeong langsung menyangkalnya.
"Aku sebenarnya menyukainya" kata Se Ryeong
"Kau suka wanita yang bersikap kasar padamu didepan orang lain? Kenapa?"
Se Ryeong bercerita bahwa ia dan Joo Yeon dulu sangat dekat "Tapi aku mencuri cinta pertamanya"
Se Ryeong mengatakan bahwa ia memang wanita jahat karena itulah dia
sangat mengerti kenapa Joo Yeon bersikap seperti itu padanya. Joo Wan
bertanya apakah dia sudah meminta maaf pada Joo Yeon dan Se Ryeong
mengatakan bahwa tidak meminta maaf karena yang mereka berdua lakukan
hanya memutuskan hubungan persahabatan mereka. Joo Yeon tidak pernah
bertanya kenapa dia melakukannya tidak pula menyalahkannya, hubungan
persahabatan mereka berakhir seperti itu saja.
"Aku akan merasa lebih baik jika dia menamparku. Reaksinya yang seperti itu terasa jauh lebih menakutkan" kata Se Ryeong
Bahkan kemarin setelah terjadinya semua keributan itu, Joo Yeon tetap
tidak menceritakan pada Joo Wan tentang apa yang sudah dilakukan oleh Se
Ryeong padanya. Jika saja kemarin Joo Yeon mengatakan satu kata saja
tentang masalah ini maka Se ryeong pasti akan dibenci oleh semua orang
yang ada berada disana.
"Tapi karena harga dirinya, dia tidak mengatakan apapun. Karena itulah aku menyukainya"
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam