Sinopsis I Need Romance 3 episode 2 - part 1

 Episode 2: Tidak ada yang mencintaiku


Joo Wan sedang berpose untuk sebuah pemotretan dan wawancara. Joo Wan bercerita bagaimana ia menjalani masa remaja yang penuh dinamika setelah ia pindah ke Amerika diumur 9 tahun, saat itulah ia menyadari tentang dunia musik dan saat ia berumur 15 tahun ia mulai menciptakan lagu. 

Dan karena saking bersemangatnya dalam membuat lagu, Joo Wan sering sekali tidak sadar bahwa hari telah berganti dan setiap kali Joo Wan mendengarkan lagu ciptaannya sendiri, dia selalu mengagumi lagu ciptaannya itu. Dia lalu mulai mencari penyanyi untuk menyanyikan lagu-lagu ciptaannya sampai akhirnya ia menjadi seorang produser.


"Walaupun anda tinggal di Amerika cukup lama, tapi akhir-akhir lagu-lagu yang anda ciptakan memiliki sentuhan Korea" kata pewawancara

Joo Wan menceritakan bahwa alat musik yang pertama kali dimainkannya adalah piano, saat itu ada seseorang disisinya yang mengajarinya, orang itu bukan mengajari Joo Wan bagaimana cara menekan kunci piano tapi bagaimana mengekspresikan perasaan lewat musik.

"Semua berkat orang itu" kata Joo Wan

"Apakah dia wanita?"

"Benar"

"Anda kembali ke negara ini setelah 17 tahun. Apa anda akan menemui wanita itu?"

"Mungkin, kurasa aku akan bertemu dengannya"



Namun setelah ia bertemu dengan Shing Shing, Joo Wan menyadari bahwa Shing Shin sekarang bukan lagi Shing Shing yang ia kenal dulu. Shing Shing sekarang sudah berubah menjadi orang yang asing dan dingin. 

Joo Wan sangat terkejut dan bingung dengan sikap Joo Yeon di bar yang sangat kasar pada Se Ryeong saat kedua wanita itu sedang perang mulut. Setelah Joo Yeon tanpa ketulusan hati mendoakan semoga Se Ryeong dan Joo Wan bahagia, ia langsung pergi. Namun Joo Wan langsung menghentikannya.

"Apa ada orang yang berbuat kesalahan padamu? Kenapa kau sejahat ini?"

"Apa kau mengenalku?"


Joo Yeon lalu berpaling kembali pada Se Ryeong untuk meminta Se Ryeong meminjamkan pria itu padanya agar ia bisa menjelaskan kenapa ia bisa sejahat ini. Joo Yeon langsung mendekatinya dan menarik kerah jas Joo Wan.

"Bagaimana? Apa kau mau pergi denganku? Sepertinya kau ingin sekali tahu tentangku"

"Kau benar-benar wanita yang tidak bertanggung jawab" 

Joo Yeon langsung tersenyum sinis mendengarnya "Sebaiknya kau khawatirkan saja dirimu sendiri"


Joo Yeon lalu pergi meninggalkan klub itu. Joo Wan bertanya pada Se Ryeong apakah dia telah membuat kesalahan pada wanita itu dan Se Ryeong hanya mengatakan bahwa Shin Joo Yeon menjalani hidup yang sulit. Joo Wan terkejut mendengar nama wanita itu adalah Shin Joo Yeon yang artinya wanita itu adalah Shing Shing.


Joo Wan lalu pergi mendatangi rumah Joo Yeon. Saat tiba didepan rumah Joo Yeon, ia teringat saat ia menangis histeris didepan rumah Joo Yeon sampai membuat Joo Yeon kebingungan kenapa Joo Wan menangis sekeras itu. 

Disela-sela tangisannya, Joo Wan memberi Joo Yeon sesuatu lalu berteriak sedih pada Joo Yeon agar Joo Yeon menyimpan benda ini untuknya. Joo yeon bingung kenapa Joo Wan memberinya benda kotor untuk disimpan.

"Aku... aku... harus pergi ke Amerika... tapi... aku... tidak punya apapun untuk diberikan padamu... Aku pergi bukan untuk liburan... Aku mungkin tidak akan pernah kembali lagi"

"Jadi?" tanya Joo Yeon dengan tenangnya menghadapi Joo Wan yang menangis histeris

"Kalau kau menyimpan benda itu... maka aku akan kembali untuk mengambilnya"


Joo Yeon lalu berlutut dihadapan Joo Wan dan menggenggam tangannya "Joo Wan dengarkan aku baik-baik. Saat ini hatimu terasa sakit, bukan? Itu artinya kau sedang bersedih. Disaat seperti ini, jangan marah dan berteriak. Kau harus menuturkan kata hatimu"


Setelah mendengar nasehat Joo Yeon, Joo Wan berusaha untuk lebih tenang dan mengutarakan kata hatinya pada Joo Yeon.

"Aku akan merindukanmu, Shing Shing"

"Benar, itu berarti kita tidak akan bertemu lagi, iya kan?"

"Tidak, aku akan kembali. Aku pasti akan kembali" janji Joo Wan

"Baiklah, kalu begitu pastikan kau benar-benar kembali. Ayo kita bertemu lagi, ubi" kata Joo Yeon sambil menghapus air mata Joo Wan


Kembali ke masa kini, Joo Wan menelepon Joo Yeon yang saat itu sedang makan dan minum-minum sendirian. Saat mengangkat teleponnya, Joo Yeon langsung mengoceh kesal karena Joo Wan masih mengganggunya padahal dia sudah bilang pada Joo Wan untuk tidak meneleponnya lagi. 

"Bahkan sekalipun kau ingin menemuiku, aku ini bukan wanita yang gampangan untuk ditemui. Apa kau tahu betapa sulitnya hidupku saat aku harus membesarkan bocah angkuh, menggendong dan memandikanmu?"

Joo Yeon dengan sebalnya mengingatkan Joo Wan pada masa lalunya yang sangat sulit saat ia ketakutan jika Joo Wan terluka, jika Joo Wan tidak mau makan, takut jika ia dimarahi ibunya jika ia membuat Joo Wan menangis.

"Apa aku harus hidup seperti itu lagi? Menurutku, kau adalah pria pembawa sial! Selamat tinggal!" teriak Joo Yeon sambil mematikan teleponnya


Joo Wan mendesah sedih setelah mendengar ocehan Joo Yeon barusan, ia bernarasi "Dia bukan wanita yang ramah. Dia wanita yang suka menyakiti hati orang lain. Wanita yang membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata beracun. Dia wanita jahat dan kasar. Dia berubah menjadi wanita seperti itu"

Saat Joo Wan berjalan pergi dengan langkah lemas menyusuri sebuah gang, ia mendengar suara Joo Yeon yang sedang mengeluh pada ahjumma pemilik restoran yang tidak mau memberinya sebotol soju lagi. Ahjumma itu sebenarnya hanya khawatir karena Joo Yeon sudah mabuk tetapi Joo Yeon tetap ngotot bahwa ia baik-baik saja. 


Tiba-tiba pintu restoran terbuka dan Joo Yeon melihat Joo Wan masuk ke dalam restoran dan langsung duduk didepannya.

"Apa kau tinggal di sekitar sini?" tanya Joo Yeon

Joo Wan hanya tersenyum lalu memesan sebotol soju pada ahjumma. Joo Yeon penasaran kenapa Joo Wan berada disini, apakah Joo Wan sedang mengikutinya (tertarik pada Joo Yeon). 

Joo Wan langsung tersenyum geli mendengarnya karena dia menyadari bahwa Joo Yeon ternyata orang yang terlalu membanggakan dirinya sendiri.


Joo Wan juga menyadari bahwa Joo Yeon juga suka berbohong saat Joo Yeon mengatakan pada Joo Wan bahwa ia adalahnya fans-nya Joo Wan. Untuk membuat Joo Wan percaya bahwa ia adalah fans-nya Joo Wan, Joo Yeon menyebutkan hal-hal yang pernah dikatakan oleh rekan-rekan kerjanya tentang lagu ciptaannya Joo Wan yang masuk sepuluh besar chart Billboard.

"Apa kau pernah mendengarkan lagu itu?" 

"Tentu saja, kubilang kan aku fansmu"

"Jika kau memang fansku, seharusnya kau tahu namaku" ujar Joo Wan sambil memandang Joo Yeon dengan penuh harap

"Allen Joo"


Joo Wan hanya bisa tersenyum kecewa karena Joo Yeon tidak menyadari siapa Allen Joo yang sebenarnya. Joo Wan lalu bertanya apakah selama ini kepribadiannya memang selalu seperti itu. 

Joo Yeon menyadari bahwa Joo Wan pasti sedang membicarakan tentang apa yang sedang dilakukannya pada Se Ryeong. Joo Yeon tahu bahwa ia meninggalkan kesan pertama yang buruk.

"Aku memang cukup jahat. Tapi... apa pentingnya hidup sebagi orang baik. Apa kau percaya pada perkataan orang yang mengatakan bahwa jika kau hidup sebagai orang baik maka kau akan diberkati?"

"Setidaknya, kau tidak akan minum-minum sendirian di jam segini. Karena kau akan memiliki seseorang disisimu (jika Joo Yeon menjadi orang baik)"


Mendengar hal itu, Joo Yeon mengerti bahwa Joo Wan pasti duduk bersamanya karena Joo Wan melihat Joo Yeon seperti orang kesepian dan menyedihkan. Seorang gadis yang minum-minum sendirian di malam musim dingin, tanpa teman ataupun kekasih. Joo Yeon akhirnya mengaku.

"Tidak ada seorangpun yang mencintaiku"

Tetapi sedetik kemudian Joo Yeon berubah ceria lagi dan menyatakan bahwa walaupun tidak ada yang mencintainya, ia tetap baik-baik saja karena dia memang sendirian di dunia ini. Bahkan sekalipun ada orang yang bersamanya tetap saja mereka harus hidup sendiri-sendiri.

"Lagipula aku... terlahir bukan untuk dicintai. Aku terlahir untuk makan dan hidup sendirian. Dan juga aku... saaaangat suka sendirian"


Selama Joo Yeon mengoceh, Joo Wan hanya terdiam memandanginya dengan prihatin "Apakah selama ini kau wanita yang seperti ini?"

"Dimana lagi kau akan menemukan wanita yang memang selalu seperti ini? Saat hidup kau akan menyadari suatu rahasia alam yaitu selain diriku semua orang lainnya adalah orang asing"

Joo Wan bertanya apakah Joo Yeon tidak hidup dalam kesusahan jika ia mempercayai hal seperti itu. Awalnya senyum Joo Yeon sempat menghilang tapi ia cepat-cepat menyangkal pertanyaan Joo Wan. 

"Jika orang membenciku karena aku seperti ini maka aku juga akan membenci mereka, semudah itu saja. Tidak ada alasan bagiku untuk terlihat baik dihadapan orang yang tidak menyukaiku. Aku sendiri merasa sulit untuk menyukai orang yang menyukaiku"

"Apakah kau memiliki seseorang yang mencintaimu?"

Joo Yeon terdiam cukup lama mendengar pertanyaan itu dan berusaha menahan tangisnya sebelum akhirnya menjawab "Aku kan sudah bilang bahwa tidak ada seorang pun yang mencintaiku dan walaupun begitu, aku baik-baik saja"

Joo Yeon berusaha untuk tersenyum lalu pamit pergi dengan ceria. 


Saat Joo Yeon berjalan pulang sambil mengoceh sendiri, Joo Wan mengikutinya dari belakang sampai Joo Yeon sampai ke rumahnya. 


Sesampainya didepan pintu, Joo Yeon yang sedang mabuk celingukan dengan curiga untuk memastikan tidak ada orang yang mengikutinya, dia menasehati dirinya sendiri untuk berhati-hati karena dia tidak boleh membiarkan orang lain melihat password kunci rumahnya, dia lalu berteriak keras sambil memencet tombol password kunci rumahnya.

"Sadarlah Shin Joo Yeon. Di dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa dipercaya. 2918 (2X9=18)"

Dan pintu rumahnyapun terbuka, Joo Wan yang berada dibelakangnya langsung tersenyum. 


Setekah Joo Yeon masuk ke dalam rumahnya, Joo Wan memencet angka 2918 lalu membuka pintunya tetapi ia memutuskan untuk tidak masuk kedalam rumahnya.


Didalam rumahnya, Joo Yeon berkeliling dalam kegelapan mengingat saat-saat indahnya bersama Jung Ho. Saat Jung Ho menciumnya di sofa. Saat Jung Ho membuka kulkas Joo Yeon yang isinya hanya minuman Ginseng, saat itu Joo Yeon mengatakan bahwa ia tidak memasak karena dia hidup sendirian maka Jung Ho mengatakan agar mulai sekarang mereka makan bersama.


Saat Jung Ho melihat Joo Yeon menyimpan begitu banyak cincin pasangan di sebuah gelas, dia bertanya kenapa Joo Yeon masih menyimpan cincin-cincin itu dan Joo Yeon memberitahunya bahwa jika dia melihat cincin-cincin dia pasti akan teringat berapa kali dia gagal dalam bercinta dan karena itulah dia menyimpan cincin-cincin itu agar dia tidak pernah menyerah untuk mencari cinta sejatinya.

Sekarang, Joo Yeon melepaskan cincin pasangan dari Jung Ho dan menaruhnya di gelas yang berisi cincin-cincin dari para mantan pacarnya. Dia mengatakan pada dirinya sendiri.

"Selain aku semua orang lainnya adalah orang asing dan pada akhirnya mereka semua akan menjadi orang asing"


Bel pintu rumahnya tiba-tiba berbunyi dan rekan-rekan kerja yang berada diluar rumahnya serempak berteriak "Sayang, kami datang"


Didalam rumahnya, semua orang kompak memakai piyama milik Joo Yeon dan Woo Young adalah seorang pria maka Joo Yeon memberinya piyama yang dulu adalah milik Jung Ho sampai membuat Woo Young mengeluh bagaimana bisa Joo Yeon memberinya piyama milik pria yang sudah mencampakkannya, Joo Yeon mengatakan bahwa ia tidak bisa membuang piyama itu.

Hee Jae lalu memberanikan diri bertanya tentang kenapa Jung Ho memutuskan Joo Yeon. Mendengar pertanyaan itu, Joo Yeon langsung protes siapa yang bilang kalau dia dicampakkan oleh Jung Ho. Woo Young mengatakan bahwa ia mengetahuinya dari karyawan bagian produksi dan Min Jung menduga bahwa mungkin alasan perpisahan itu adalah Jung Ho berselingkuh dengan wanita lain.


Woo Young juga curiga bahwa ada wanita lain karena jelas-jelas dia melihat Jung Ho membeli kalung wanita jadi pasti ada wanita yang menerima kalung itu. Setelah mendengar pendapat rekan-rekan kerjanya, Joo Yeon jadi teringat bahwa waktu di bar Se Ryeong memakai kalung yang bentuknya sama persis seperti kalung yang dibeli Jung Ho. 

Tetapi Joo Yeon memutuskan untuk tidak mempedulikan masalah itu karena dia dan Jung Ho sudah putus dan yang paling penting sekarang adalah di bebas. 


Min Jung langsung membenarkan perkataan Joo Yeon. Joo Yeon dan Min Jung serempak berpendapat bahwa cinta dan perpisahan adalah hal yang wajar dan tidak perlu bersedih jika berpisah karena akan ada cinta berikutnya. Hee Jae kurang setuju karena ada juga pria yang cintanya bisa bertahan sangat lama, pria-pria yang seiring dengan berjalannya waktu akan menjadi pria yang bisa diandalkan dan membuat wanita merasa nyaman.

"Didunia ini tidak ada pria semacam itu" ujar Min Jung 

"Didunia ini hanya ada 2 jenis pria. Pria yang mencium wanita dengan baik tapi tidak punya jiwa atau pria yang sangat tidak bisa berciuman, sangat menyebalkan dan tidak punya jiwa"

"Bagaimana dengan pria yang punya jiwa?" tanya Woo Young sambil membanggakan dirinya sendiri

"Aku belum pernah bertemu pria semacam itu" ujar Joo Yeon dan Min Jung serempak


Min Jung tiba-tiba teringat bahwa ia punya cerita yang sangat menarik tetapi dia merasa tidak enak dengan keberadaan Woo Young. Woo Young langsung meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja, dia sudah terbiasa mendengarkan cerita para wanita tentang pria.

"Cerita apa? Cinta satu malam?" tanya Woo Young


Min Jung lalu menceritakan tentang pertemuannya dengan pria yang ia kenal lewat internet. Mereka sudah janji untuk bertemu di sebuah kamar hotel. Dan sesampainya di kamar hotel, pria itu sudah menunggunya dengan sebuket mawar merah dan Min Jung memperkenalkan namanya sebagai Lee Woo Young.

Woo Young hampir tersedak mendengar Min Jung memakai namanya sebagai nama samaran. Min Jung juga mengatakan bahwa umurnya adalah 27 tahun padahal umurnya yang sebenarnya adalah 36 tahun dan dia melakukan itu karena dia merasa umurnya memang 27 tahun.


"Pria itu percaya?" tanya Joo Yeon

"Kau tidak punya nurani" Tuduh Hee Jae

"Mungkin maksudmu umur mentalmu" ujar Woo Young

Min Jung membela diri bahwa ia punya hati nurani karena itulah dia membohongi pria itu dengan hanya mengurangi 9 tahun umurnya.


Setelah acara kumpul-kumpul itu selesai, Min Jung yang sedang membantu Joo Yeon mencuci piring bertanya tentang kenapa Joo Yeon bersikap seperti itu pada Oh Se Ryeong, apakah terjadi sesuatu diantara mereka berdua. Tetapi Joo Yeon hanya menjawabnya dengan senyuman.


Keesokan harinya, Joo Wan bertemu dengan Se Ryeong di sebuah cafe. Joo Wan langsung bertanya apakah Se Ryeong dan wanita yang kemarin tidak punya hubungan yang baik. Se Ryeong langsung menyangkalnya.

"Aku sebenarnya menyukainya" kata Se Ryeong

"Kau suka wanita yang bersikap kasar padamu didepan orang lain? Kenapa?"

Se Ryeong bercerita bahwa ia dan Joo Yeon dulu sangat dekat "Tapi aku mencuri cinta pertamanya"


Se Ryeong mengatakan bahwa ia memang wanita jahat karena itulah dia sangat mengerti kenapa Joo Yeon bersikap seperti itu padanya. Joo Wan bertanya apakah dia sudah meminta maaf pada Joo Yeon dan Se Ryeong mengatakan bahwa tidak meminta maaf karena yang mereka berdua lakukan hanya memutuskan hubungan persahabatan mereka. Joo Yeon tidak pernah bertanya kenapa dia melakukannya tidak pula menyalahkannya, hubungan persahabatan mereka berakhir seperti itu saja. 

"Aku akan merasa lebih baik jika dia menamparku. Reaksinya yang seperti itu terasa jauh lebih menakutkan" kata Se Ryeong


Bahkan kemarin setelah terjadinya semua keributan itu, Joo Yeon tetap tidak menceritakan pada Joo Wan tentang apa yang sudah dilakukan oleh Se Ryeong padanya. Jika saja kemarin Joo Yeon mengatakan satu kata saja tentang masalah ini maka Se ryeong pasti akan dibenci oleh semua orang yang ada berada disana.

"Tapi karena harga dirinya, dia tidak mengatakan apapun. Karena itulah aku menyukainya"


Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments