Leyla tidak banyak basa-basi dan langsung to the point menanyakan alibi Kenan semalam pasca pergi dari restoran. Kenan mengklaim kalau dia langsung pulang ke rumah tapi tentu saja tidak ada saksi yang bisa mendukungnya kesaksiannya karena dia tinggal sendirian.
Dia benar-benar bingung tentang alasannya dipanggil kemari tapi sama sekali tidak tampak gugup sedikitpun, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda menyimpan rahasia apa pun, tidak tampak pula rasa bersalah, bahkan saat Leyla memberitahunya tentang alasannya dipanggil kemari dan saat si saksi dipanggil untuk mengenalinya.
Namun yang tidak disangka semua orang, setelah si saksi bertatap muka dengan Kenan, mendadak dia berubah haluan mengklaim kalau dia menunjuk Kenan hanya karena dia ingin bertemu Kenan. Lah? Jelas saja Leyla jadi kesal sama si tunawisma.
Tapi kemudian, si tunawisma mendadak memeluk Kenan untuk membisikkan sesuatu padanya yang sontak membuat Kenan menegang. Ooooh, sepertinya dia mengetahui sesuatu tentang korban, tapi entah apakah dia benar-benar saksi mata pembvnvhan.
Mata jeli Leyla menangkap setiap detil interaksi mereka, makanya dia dengan gigih memaksa Kenan untuk mengatakan apa yang dibisikkan si saksi.
Bahkan saat Kenan terus berusaha mengelak, Leila langsung mengancam akan mengurungnya di sini sampai dia angkat bicara. Frustasi, Kenan akhirnya jujur memberitahu Leyla bahwa yang dibisikkan si saksi padanya tadi adalah tentang putrinya si korban, Sedef, dia bilang kalau Sedef mengetahui segalanya.
Leyla menyuruhnya untuk tidak ikut campur dalam penyelidikan, tapi dasar orang ambisius, Kenan mengabaikan peringatan itu dan langsung bergegas menemui Sedef, berusaha menginterogasinya tentang mengapa korban yang terkenal sebagai orang baik malah dibvnvh sekejam itu, apakah korban punya musuh, siapa musuhnya dan lain sebagainya.
Namun Sedef begitu marah mendengar semua pertanyaan itu, mengklaim kalau dia sama sekali tidak mengetahui jawaban atas semua pertanyaan Kenan tersebut lalu langsung mengusir Kenan.
Hmm, sebenarnya Sedef ini agak aneh. Saat mengidentifikasi mayat ayahnya, reaksinya sangat datar, sama sekali tidak menunjukkan emosi apa pun dan tampak jelas dia terus berusaha menghindari penyelidikan entah karena apa.
Leyla sendiri sedang frustasi karena si saksi tadi mendadak kabur, dia jadi marah pada para polisi yang seharusnya menjaga si saksi. Apalagi dia kemudian mendapat telepon dari polisi lain yang tadi membuntuti Kenan dan melapor kalau Kenan tadi pergi menemui Sedef.
Kesal, dia langsung menelepon Kenan untuk memarahinya karena tindakannya tadi benar-benar bisa mengacaukan penyelidikan pihak berwenang.
Tak lama kemudian, Leyla mendapat telepon dari ibunya yang baru mendapat kabar kalau Leyla sudah kembali ke Istanbul dan memberitahu Leyla bahwa beberapa waktu yang lalu, ayahnya Leyla kena serangan jantung.
Kaget dan khawatir, Leyla pun bergegas pulang. Leyla memang sangat menyayangi ayahnya, tapi tampak jelas hubungannya dengan ibunya sangat canggung. Ibu berusaha mendekatinya, tapi Leyla sendiri yang menarik batas, bersikeras menolak tinggal serumah dengan keluarganya sendiri, bahkan menginap semalam pun dia tidak mau.
Hubungannya dengan kakak iparnya jauh lebih buruk dan itu dikarenakan masalah kakaknya yang dulunya mengemudi dalam keadaan mabuk dan berujung kecelakaan yang menewaskan seorang gadis muda.
Kasus inilah yang menghancurkan keluarga mereka. Leyla-lah yang dulu menjebloskan kakaknya ke penjara, dia membela keluarga korban, meyakini kalau itu bukan sekedar kecelakaan karena kakaknya mengemudi dalam keadaan mabuk.
Namun cinta sang ibu begitu besar pada putranya sehingga dia rela melakukan apa pun demi menyelamatkan dan melindungi putranya, makanya kemudian Ibu menggunakan uang untuk membayar keluarga korban.
Namun saat dia gagal melindungi putranya dan putranya dijebloskan ke penjara, Ibu langsung mengusir Leyla dari rumah dan menuduhnya sebagai pengkhianat. Bahkan sampai detik ini pun, Ibu masih membela putranya. Makanya Leyla sama sekali tidak antusias saat mendengar dari ibunya bahwa kakaknya sebentar lagi akan keluar dari penjara.
Keesokan paginya, Leyla menonton berita tentang pemakaman Hamdi Atilbay. Namun ada sesuatu yang menarik perhatiannya dari foto korban yang ada di TV dengan foto korban saat ditemukan di hutan, warna matanya beda.
Leyla langsung menelepon dokter patologi yang memeriksa mayat korban untuk menanyakan warna mata korban. Dokter patologi pun memberitahu bahwa warna mata korban aslinya coklat, namun saat ditemukan, dia memakai lensa biru.
Entah apakah korban sering memakai lensa, tapi mereka tidak menemukan penemuan negatif apa pun terkait masalah ini. Hmm, mungkin pembvnvh sengaja memasang lensa itu di mata korban setelah melakukan aksinya.
Pulang dari luar kota, Kepala Jaksa sudah diberitahu tentang kejadian semalam dan langsung memanggil Leyla untuk ditanyai perihal perbuatan Leyla yang memanggil putranya kemari kemarin.
Leyla tetap tenang menjelaskan detil penyelidikan kasus ini dan keterkaitannya dengan Kenan dan si saksi yang kabur. Anehnya, Kepala Jaksa tampak gugup saat melihat foto saksi yang bernama Idris Tasli tersebut.
Sepertinya dia mengenali Idris, tapi entah apa yang dia sembunyikan sehingga dia diam saja dan merahasiakannya dari Leyla. Begitu Leyla keluar, dia langsung menghubungi kepala polisi dan meminta bantuannya untuk sesegera mungkin menemukan Idris.
Di stasiun TV, Kenan sedang membicarakan kasus ini dengan para rekannya saat tiba-tiba dia mendapat email dari anonim, lebih tepatnya, dari si pembvnvh (Hah? Dari dirinya sendiri?), yang menunjukkan sebuah foto boneka beruang pink yang dia tinggalkan di sebuah pohon di dekat TKP.
Pada saat yang bersamaan, Leyla seorang diri mendatangi dan menyelidiki TKP dan berhasil menemukan sesuatu yang gagal ditemukan para polisi, boneka beruang pink dan sebuah liontin kristal.
Dengan semua penemuannya hari ini, Leyla menyimpulkan bahwa si pembvnvh meninggalkan semua petunjuk ini karena dia menginginkan mereka untuk menemukannya.
Tepat setelah itu, Kenan mendadak meneleponnya hanya untuk mengonfirmasi adanya boneka beruang pink yang ditinggalkan si pembvnvh. Jelas saja Leyla kaget menyadari Kenan mau menyiarkan masalah ini di program beritanya.
Dia berusaha memperingatkan Kenan untuk tidak melakukannya dan mengacaukan investivigasi, tapi Kenan masa bodo, menolak mendengarkan perintah siapa pun dan bertekad untuk menyiarkannya pada publik.
Kebetulan mereka bertemu lagi saat keduanya mendatangi acara pemakaman Hamdi Atilbay, dan hampir saja bertengkar gegara rebutan untuk bicara dengan Sedef duluan.
Namun karena Kenan sebelumnya membuat Sedef kesal, jadi mereka sepakat agar Leyla duluan yang bicara dengan Sedef. Sayangnya, lagi-lagi Sedef menolak bicara apa pun saat Leyla menunjukkan boneka itu dan langsung pergi mengabaikannya, namun ekspresinya saat melihat boneka itu memang jelas sangat aneh dan mencurigakan.
Terpaksa Leyla dan Kenan harus menunggu di depan acara pemakaman dan mendengarkan pidatonya Sedef tentang ayahnya. Awalnya pidatonya normal, menyebutkan kebaikan-kebaikan ayahnya yang telah memberikan banyak beasiswa pada anak-anak yatim piatu (terutama anak-anak perempuan) selama lebih dari 30 tahun.
Namun tiba-tiba, entah mengapa saat menatap foto mendiang, Sedef mulai tercekat, ingin mengatakan sesuatu tapi ragu-ragu. Ah! Jelas keluarga mereka memiliki rahasia kelam yang disembunyikan.
Namun akhirnya, setelah beberapa saat galau, Sedef dengan penuh keberanian mengumumkan bahwa ayahnya ternyata tidak sebaik yang dia tampilkan di depan umum.
Hamdi Atilbay sebenarnya adalah monster yang memperkaos anak-anak perempuan itu. OMG! Sontak saja seluruh ruangan langsung heboh, saudara-saudaranya langsung panik berusaha menghentikan Sedef.
Untungnya ada Leyla dan Kenan yang sigap melindungi Sedef dan membawanya pergi bersama mereka ke kejaksaan di mana mereka menginterogasinya dengan ditemani seorang psikolog.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam